HOMS (Arrahmah.com) – Tentara rezim Alawiyah kembali menyerang pusat provinsi Homs dalam serangan terbaru untuk mendapatkan kontrol kembali wilayah yang dikuasai pejuang oposisi, aktivis HAM mengatakan sedikitnya 38 orang tewas akibat penembakan di sana selama 24 jam terakhir.
Serangan tentara rezim Assad difokuskan di kota Qusair, dekat perbatasan Lebanon, di mana aktivis melaporkan setidaknya enam orang tewas pada hari Minggu (10/6/2012). Tiga lainnya tewas dalam penembakan di kota Talbiseh, utara Homs, menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di Inggris, lapor Al Jazeera.
Abu al-Hoda, aktivis di Qusair mengatakan perempuan dan anak-anak telah berkumpul di ruang bawah tanah bangunan apartemen, mereka terlalu takut untuk keluar. Pada Sabtu (9/6), 29 orang tewas dalam kekerasan di Homs.
Pasukan rezim juga melepaskan babak baru penembakan berat di daerah pegunungan dekat kota pesisir Latakia, di mana ratusan pejuang oposisi memiliki basis dan pertempuran sengit telah berlangsung dalam beberapa hari terakhir.
Klaim rezim Assad
Pertempuran antara pasukan rezim Alawiyah pimpinan Assad yang didukung dengan helikopter bersenjata dan kelompok bersenjata di daerah Haffa telah dimulai pada Selasa pekan lalu. Rami Abdul-Rahman, direktur Observatorium mengatakan sedikitnya 58 tentara rezim tewas dan lebih dari 200 terluka sejak operasi dimulai.
Ia mengatakan kerugian besar menunjukkan tantangan serius di daerah pegunungan di mana ratusan pejuang oposisi memiliki basis. Korban jiwa tidak dapat diverifikasi secara independen.
Kantor berita yang dikelola rezim, SANA, mengatakan “kelompok teroris” di Haffa menyerang lembaga-lembaga publik dan swasta pada Sabtu (9/6) dan melakukan “kejahatan” terhadap warga sipil, membakar rumah sakit nasional dan memaksa orang untuk meninggalkan rumah mereka.
Sejak situasi Suriah mulai memanas, rezim Assad selalu menggembar-gemborkan bahwa mereka berperang melawan “kelompok teroris” dan bahwa kelompok tersebut “menyerang sipil”, namun rezim Assad tidak pernah memberikan bukti yang kuat untuk mendukung argumentasi mereka.
Sejak pemberontakan melawan rezim dimulai 15 bulan lalu, sedikitnya 13.000 orang tewas dalam kekerasan. (haninmazaya/arrahmah.com)