MALI (Arrahmah.com) – Belum lama Negara Islam Azawad berdiri telah banyak ujian yang menerpa. Setelah konferensi orang-orang Arab Sekuler yang menentang Negara Islam Azawad yang akan menerapkan hukum-hukum Allah secara total, beredar kabar bahwa ada perseteruan terjadi antara Jama’ah Mujahidin Ansar Al-Din dan Gerakan Nasional Pembebasan Azawad (MNLA) – yang bergabung untuk menerapkan Syari’at Islam di Azawad.
Kabar tersebut berawal dari sebuah berita yang dipublikasikan oleh Sahara Media bahwa MNLA menyimpang dari perjanjian yang telah disepakati dengan Ansar Al-Din pada saat pendeklarasian Negara Islam Azawad.
Selain itu, laporan kontroversi lain beredar di media bahwa terjadi bentrokan antara Ansar Al-Din dan MNLA di kota Kidal.
Dalam laporan tersebut mengatakan, Muhammad Ag Mahmud seorang pejabat Ansar Al-Din mengatakan dalam sebuah wawancara melalui telepon bahwa pertempuran tersebut terjadi “setelah MNLA sepanjang pekan ini di Kidal, mengeksploitasi demonstrasi warga sipil yang digelar melawan Gerakan Islam,” dan “Mereka mendorong wanita dan anak-anak untuk berdemo melawan kami, sekarang kami akan menunjukkan kepada mereka kekuatan kami.”
Tetapi pejabat lainnya dari jajaran Ansar Al-Din membantah berita tersebut. Sanda Ould Boumama, juru bicara Ansar Al-Din di kota Timbuktu, membantah ketika diwawancarai melalui telepon oleh Nouakchott News Agency bahwa kabar terkait terjadinya bentrokan antara Mujahidin dari kelompoknya dan dari kelompok MNLA, tidak ada kebenaran atas informasi ini dan berita tersebut sepenuhnya palsu, seperti dilansir forum Ansar Al-Mujahidin.
Selain Sanda, Syaikh Ossa Mujahid yang dekat dengan Amir Ansar Al-Din Iyad Ag Ghali jua membantah berita Sahara Media bahwa ada bentrokan terjadi antara mereka dengan MNLA. “Tidak ada masalah apapun antara kami dengan MNLA.” Menekankan bahwa antara kedua pihak masih memegang teguh perjanjian yang telah ditandatangani sebelumnya.
Dia menambahkan, “kami dan MNLA tidak bisa masuk ke dalam sebuah konfrontasi,” menekankan bahwa “ketidaksepakatan mereka adalah kesepakatan itu sendiri.”
Sheikh Ossa juga mengatakan bahwa ia memperingatkan para negara tetangga – tentu yang tidak sepakat dengan mujahidin – untuk tidak ikut campur dalam urusan internal mereka, terutama antara mereka dengan MNLA. (siraaj/arrahmah.com)