KABUL (Arrahmah.com) – Presiden Afghanistan mengatakan Sabtu (9/6/2012) bahwa Amerika Serikat gagal untuk berkonsultasi pasukan Afghanistan saat memerintahkan serangan udara yang menewaskan 18 warga sipil, dan memperingatkan bahwa di masa depan pemerintahannya akan mempertimbangkan tindakan itu melanggar pakta yang sudah ditandatangani antara negaranya dengan Washington.
Kecaman Karzai dari operasi AS ini pengingat adalah bahwa pintu keluar pasukan salibis internasional dari Afghanistan akan jauh dari tertib. Bersamaan dengan perjanjian yang berisi pemberian kembali kedaulatan Afghanistan dan penugasan pasukan NATO pada peran pelatih atau penasihat, misi salibis internasional di daerah menjadi semakin kacau.
Juru bicara kepresidenan, Aimal Faizi, mengatakan bahwa Presiden Hamid Karzai bertemu dengan para peneliti pada hari sebelumnya dan menyimpulkan bahwa tentara AS telah disebut dalam serangan hari Rabu dilakukan tanpa berkoordinasi dengan militer Afghanistan.
Insiden ini terjadi dalam serangan malam hari terhadap mujahidin yang berlindung di sebuah desa.
Penggerebekan-penggerebekan ini adalah penyebab utama yang mengganggu hubungan Presiden Afghanistan Hamid Karzai dengan koalisi militer internasional. Karzai mengatakan serangan menempatkan warga sipil pada risiko cedera atau kematian.
AS dan Afghanistan menandatangani perjanjian pada April yang menempatkan pemerintah Afghanistan untuk bertanggung jawab atas sebagian besar “operasi khusus” di negeri tersebut.
Tapi ketika insiden di provinsi Logar pada hari Rabu lalu yang menewaskan 18 warga sipil akibat serangan udara AS mencuat di media, Karzai cepat menyerukan koalisi internasional untuk menjelaskan itu sendiri.
“Serangan udara ini adalah keputusan sepihak, dan tidak dikoordinasikan dengan pasukan keamanan Afghanistan,” kata Faizi.
Dia mengatakan pemerintah Afghanistan merasa bahwa Amerika Serikat mengkhianati janji yang mereka buat dalam pakta yang telah disepakati.
Komandan salibis AS di Afghanistan telah meminta maaf atas kematian warga sipil pada hari Jumat dan penyelidikan NATO memutuskan bahwa pasukan koalisi bertanggung jawab atas kematian yang tidak diinginkan dari warga sipil. Namun, para pejabat NATO tidak mengatakan bahwa mereka bertindak melawan perjanjian operasi khusus.
Seorang juru bicara pasukan NATO di Afghanistan menolak mengomentari temuan Afghanistan.
“NATO akan menunggu sampai hasil akhir dari tim investigasi keluar sehingga kami membuat komentar mengenai hal itu,” kata Kolonel Gary Kolb. Baik Kolb dan juru bicara Kedutaan Besar AS, Gavin Sundwall, menolak berkomentar mengenai apakah perjanjian pada operasi khusus telah dilanggar dalam insiden Logar ataukah tidak. (althaf/arrahmah.com)