ISTANBUL (Arrahmah.com) – Forum ‘Kontra-Terorisme’ Global telah digelar di ibukota Turki, Istanbul, dengan dalih bahwa kerusuhan terus mengancam orang-orang di seluruh dunia.
Para delegasi dari lebih 20 anggota negara, termasuk Indonesia telah menghadiri KTT tersebut, untuk merumuskan langkah-langkah ‘memperbaiki keamanan’ melalui pelaksanaan hukum.
KTT itu dikepalai oleh Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu dan Sekretaris Negara AS Hillary Clinton, dilaksanakan selama dua hari 7-8 Juni 2012.
“Negara kami Turki telah memerangi terorisme selama hampir 30 tahun, berperang melawan teroris PKK (Partai Buruh Kurdistan). Kami telah melihat solidaritas internasional dari masyarakat internasional. Turki juga telah mendapatkan pengalaman dalam laga ini,” kata Davutoglu, dikutip Presstv.
Sementara itu sebelumnya Turki telah dikritik atas serangan militernya tahun lalu yang telah menewaskan 35 warga di sebuah desa dengan alasan mencari para militan PKK.
Otoritas Turki mengatakan bahwa para anggota PKK beroperasi di dekat perbatasan utara antara Turki-Irak.
PKK dianggap sebagai kelompok ‘teroris’ oleh banyak negara, yang mengangkat senjata melawan pemerintahan pusat di Turki pada tahun 1984.
KTT tersebut diadakan hanya beberapa hari setelah serangan mujahidin Imarah Islam Afghanistan terhadap terminal logistik pasukan pimpinan AS-NATO di Kandahar yang menewaskan 87 pasukan koalisi NATO-Afghan.
Terkait serangan tersebut, AS nampak meminta bantuan dari negara-negara lain untuk meningkatkan perang yang mereka katakan ‘perang melawan teror’.
Dalam KTT di Istanbul ini, nampak mencolok dibahas mengenai ‘ekstrimisme’ di seluruh dunia yang mereka anggap mengancam ‘dunia’. Tetapi nampak terlupakan masalah korban-korban drone AS yang kenyataannya banyak menewaskan warga sipil tak bersalah, termasuk wanita dan anak-anak di negara-negara kaum Muslimin dan AS serta sekutu-sekutunya bersikeras bahwa serangan mereka hanya menargetkan ‘militan’. (siraaj/arrahmah.com)