JAKARTA (Arrahmah.com) – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Agil Siradj kembali menegaskan penolakannya terhadap formalisasi Syari’at Islam di Indonesia. Menurutnya tidak ada tempat lagi di Indonesia bagi aspirasi untuk menjadikan negara Islam, sebab nilai-nilai Islam sudah terkandung pada Pancasila.
Selain itu, ia menegaskan bahwa Pancasila sebagai falsafah dasar tertinggi NKRI dari dulu sampai kapan pun.
“Tidak ada lagi tempat bagi organisasi yang memperjuangkan negara Islam, apalagi dengan kekerasan dan teror. Organisasi seperti itu harus dikategorikan sebagai organisasi kriminal dan harus ditindak. Yang ingin membangun negara Islam pindah saja ke Afghanistan,” kata Said Agil Siradj dalam pidato kebangsaannya pada acara Peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni, di gedung MPR, Jakarta, hari ini (1/6).
Tanpa merinci, Said mengatakan, banyak hukum dan undang-undang yang bertentangan dengan Pancasila.
Menurut Said, hukum dan undang-undang tersebut perlu ditinjau kembali karena jelas-jelas merugikan, merusak, dan menyengsarakan rakyat dan negara Indonesia. “Padahal, jelas, tujuan Pancasila adalah untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,” kata Said
Pada bagian lain pidatonya, Agil Siradj juga menegaskan bahwa NU berpendapat hari lahirnya Pancasila adalah tanggal 1 Juni sebagaimana telah dikemukakan oleh Bung Karno dan diakui oleh M. Yamin.
“Ini dinyatakan oleh penggalinya sendiri, yaitu Bung Karno, serta dibenarkan para ulama seperti KH Wahab Hasbullah dan KH Saifuddin Zuhri. Dengan penegasan ini diharapkan tidak akan terjadi pergeseran terhadap sejarah dan status Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia,” kata Said.
Acara yang dihadiri oleh Wapres Boediono dan sejumlah mantan presiden dan wakil presiden tersebut, diisi dengan ‘parade’ pidato kebangsaan dari sejumlah tokoh, termasuk Said Agil.
Hadir dalam memperingati hari lahirnya Pancasila, Wakil Presiden(Wapres) Boediono, Mantan Presiden diantaranya B.J Habibie, Megawati Soekarno Putri, Mantan Wapres antara lain, Tri Sutrisno, Hamzah Haz dan Jusuf Kalla.
Hadir pula tokoh rohaniawan, Ketua PB NU Said Aqil Siradj, Ketua PGI Pdt. Andreas A. Yewangoe, Ketua PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dan Ketua Wali Gereja Indonesia Mgr. Martinus D. Situmorang.
Sementara, pembaca teks Pancasila dipercayakan pada Wakil Ketua MPR RI, Hj Melani Leimena Suharli. (bilal/arrahmah.com)