KAIRO (Arrahmah.com) – Hazim Shalah Abu Ismail, salah satu kandidat presiden terkuat dari kelompok Islam yang dianulir oleh Mahkamah Konstitusi Mesir dengan tegas mengungkapkan bahwa intelijen penjajah zionis Israel bekerja untuk memenangkan Ahmad Shafiq, capres sekuler yang juga perdana mentri Mesir pada era Husni Laa Mubarak.
Pernyataan itu disampaikan Abu Ismail dalam wawancara dengan stasiun TV Al-Mihwar, Rabu (30/5/2012). Abu Ismail mengutip sejumlah sumber terpercaya, bahwa negara-negara Barat telah menggelontorkan dana sebesar 30 juta poundsterling untuk memenangkan Ahmad Shafiq dan mengembalikan rezim sekuler militer di Mesir. Dana itu disalurkan melalui orang-orang jagal Husni Laa Mubarak.
Sebagai imbalan, Shafiq harus memenuhi tuntutan negara-negara Barat dan Israel. Jika kesepakatan itu dilaksanakan, Barat menjanjikan Shafiq sebagai pemenang pilpres Mesir. Lebih dari itu, Israel akan mengadakan perayaan yang meriah atas kemenangan Shafiq.
Abu Ismail mengingatkan bangsa Mesir bahwa Shafiq akan meneruskan langkah-langkah gurunya, Husni Laa Mubarak. Kepemimpinannya yang sekuler dan loyalitasnya kepada Barat akan mengantarkan rakyat Mesir kepada kemiskinan dan kebodohan seperti era Husni Laa Mubarak. Militer Mesir akan tetap dipersenjatai dan dilatih oleh militer AS seperti di era Husni Laa Mubarak, karena Shafiq adalah murid utama Husni Laa Mubarak.
Lolosnya Ahmad Shafiq pada pilpres putaran kedua diyakini banyak kalangan di Mesir sebagai bukti pemilu yang penuh dengan pemalsuan dan ketidak jujuran. Para kandidat presiden yang mendapat dukungan luas masyarakat dianulir oleh mahkamah konstitusi, terutama dari kelompok Ikhwanul Muslimin dan Salafi.
Selain itu, penambahan jumlah dua juta pemilih yang memberikan suaranya kepada Shafiq sangat mencurigakan. Sebelum pilpres putaran pertama dilangsungkan, kedua juta pemilih tersebut tidak masuk dalam daftar pemilih. Meski demikian mahkamah konstitusi dan media massa nasional yang dikuasai orang-orang Husni Laa Mubarak pura-pura tidak mengetahui semua kecurangan tersebut.
Barat dan Israel sangat berkepentingan dengan pemilihan presiden di Mesir. Mereka melakukan konspirasi untuk memenangkan capres sekuler yang loyal kepada Israel dan Barat. Bagi aktivis Islam dan kaum muslimin secara umum, semua kecurangan ini menjadi pelajaran yang kesekian kali bahwa tidak ada demokrasi dan pemilu yang jujur jika mengancam kepentingan Barat dan Israel.
(muhib almajdi/arrahmah.com)