WASHINGTON (Arrahmah.com) – Amerika Serikat telah mengirimkan sejumlah pelatih militernya kembali ke Pakistan sebagai salah satu pertanda bahwa dua negara tersebut kemungkinan bisa kembali menjalin kerja sama tingkat rendah melawan ‘terorisme’, meskipun perdebatan sengit masih mengikat hubungan Washington dengan Islamabad dalam krisis.
Sekitar 10 tentara operasi khusus AS telah dikirim ke tempat pelatihan di dekat kota perbatasan Peshawar, di mana mereka akan menginstruksikan pelatih dari Pasukan Garda Depan Pakistan untuk melakukan perang kontra-pemberontakan, kata seorang pejabat AS.
Jumlah instruktur militer Amerika di Pakistan turun hingga nol setelah pesawat AS menewaskan 24 tentara Pakistan pada akhir November. NATO melabeli insiden perbatasan itu sebagai kecelakaan tetapi Pakistan marah besar dan hubungan kedua negara menegang.
“Saya tidak akan menyebut ini momen pencairan, (tapi) hal ini tidak terlalu signifikan,” kata pejabat AS tanpa menyebut nama.
Beberapa pejabat Amerika mengatakan pihaknya tetap merasa berat karena Pakistan menolak mengurangi pembatasan pada pemberian visa untuk personel intelijen AS.
Sebagai pembalasan atas insiden perbatasan, Pakistan juga menutup rute pasokan penting untuk menjaga dan melengkapi tentara salibis AS dan NATO di Afghanistan, dan menjepit personel militer AS yang beroperasi di Pakistan.
“Pada tingkat strategis, hubungan itu masih pada tempat yang sangat kasar,” kata pejabat itu.
“Ada lebih banyak yang ingin kami lakukan untuk memperbaikinya, tapi kembalinya para pelatih merupakan tanda penting bahwa setidaknya di beberapa aspek kami sudah merasakan sehat.”
Pada pertemuan puncak NATO di Chicago bulan ini, Presiden AS Barack Obama tampak melecehkan rekannya dari Pakistan, Asif Ali Zardari, dengan menolak untuk mengadakan pertemuan dengan Zardari karena Pakistan tidak membuka kembali rute pasokan.
Pembicaraan AS dan Pakistan yang ditujukan untuk membuka kembali rute yang menjadi sangat penting jelang penarikan pasukan salibis NATO dari Afghanistan, tampaknya menemui jalan buntu dalam hal pembiayaan retribusi. (althaf/arrahmah.com)