LONDON (Arrahmah.com) – Faraj Hassan Alsaadi (30), seorang mantan narapidana dan hafidz Qur’an, meninggal dunia dalam kecelakaan motor pada 16 agustus lalu sekitar pukul 21.00 yang penuh diselimuti misteri.
Malam sebelumnya, ia melakukan aksi unjuk rasa di depan Kedubes AS di London untuk membela saudari seimannya, Dr. Aafia Siddiqui, seorang Muslimah yang dilecehkan kehormatannya, selalu mengalami kekerasan dan hingga kini masih ditahan oleh AS tanpa sebab yang jelas.
Bersama sekitar 300 Muslim lainnya ia melakukan unjuk rasa di London menuntut pembebasan Dr. Aafia Siddiqui. Setelah melakukan unjuk rasa, Faraj Hassan memimpin Qiyamullail dan qunut di depan Kedubes AS.
Ia tewas dibunuh secara sengaja saat mengendarai sepeda motor sehari setelah melakukan aksi unjuk rasa. “Kecelakaan” yang dialaminya masih menjadi misteri dan belum terungkap.
Dalam tujuh bulan terakhir Faraj Hassan Alsaadi menghabiskan waktunya untuk berkampanye tanpa kenal lelah menuntut pembebasan tahanan Muslim bersama HHUGS dan JFAC. Ia meninggalkan tiga orang anak dan seorang istri. Sebelumnya, ia menghabiskan waktu dalam penjara thagut karena kegigihannya berdakwah dan membela saudara seimannya.
Dia dan keluarganya pernah ditahan tanpa terlebih dahulu menghadapi persidangan diikuti dengan perintah deportesi ke Libya, ia juga dikenakan sanksi keuangan.
Baru sekitar 8 bulan lalu Faraj akhirnya menjadi manusia bebas tanpa perintah pengawasan. Ia menghabiskan waktunya bersama dua organisasi yang dengan vokal menuntut hak-hak tahanan Muslim yang berada dalam penjara thagut Inggris. Ia membantu organisasi HHUGS dan JFAC.
Semoga Allah memberikan rahmat yang tak terbatas kepadanya, mengampuni segala dosanya, menerima semua amalannya dan memberikan balasan surga untuknya atas semua pengorbanannya, amin. (haninmazaya/arrahmah.com)