DAMASKUS (Arrahmah.com) – Situasi di Suriah tengah memanas. Lebih dari 100 orang tewas oleh rezim Bashar al Assad dalam beberapa hari terakhir.
Pasukan rezim Alawite, pasukan paramiliter dari milisi pro-Assad, Shabiha, tank dan helikopter tempur terlibat aktif dalam pembunuhan warga sipil Suriah.
Aktivis hak asasi mannusia Suriah menunjukkan bahwa tindakan dan pernyataan oleh PBB, Liga Arab dan Barat tidak mempengaruhi pembantaian Assad di Suriah.
Menurut organisasi ham suriah, rezim Aalwite yang didukung oleh Rusia dan Iran telah menewaskan 13.000 orang sejak pemberontakan anti-rezim dimulai.
Sementara itu, Assad terus-menerus berani menyatakan bahwa dia berjuang melawan “teroris” khususnya Al Qaeda.
Pada gilirannya, Amerika mengatakan akan mencari adopsi untuk resolusi dewan keamanan PBB yang memberikan hak untuk menggunakan kekuatan terhadap rezim Assad, juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan.
Menteri Luar Negeri AS, Clinton mengatakan lebih dari sebulan lalu, bahwa Amerika kini memiliki hak untuk kembali ke resolusi yang mengaplikasikan artikel ketujuh Piagam PBB untuk memperketat sanksi bilateral dan multilateral.
Artikel ketujuh Piagam PBB menyediakan penggunaan kekuatan dalam kasus ancaman terhadap perdamaian, pelanggaran perdamaian dan tindakan agresi.
Sebelumnya, Presiden Perancis tidak menutup kemungkinan akan operasi militer di Suriah, tetapi hanya dengan sanksi dewan keamanan PBB. Oleh karena itu ia membujuk negara-negara seperti Rusia dan Cina bahwa “sebaiknya tidak lebih mengizinkan Assad untuk menghancurkan bangsanya”.
Rusia yang dituduh Barat berusaha menutupi tirani yang tak terkendali dari rezim Assad, merespon pernyataan tersebut dengan sebuah peringatan pada Rabu (30/5/2012) bahwa ia tidak akan membiarkan inisiatif dewan keamanan PBB untuk campur tangan secara militer dalam urusan rezim Assad. (haninmazaya/arrahmah.com)