MEDAN (Arrahmah.com) – Mungkin berita ini tidak ramai terdengar, karena media-media nasional seperti tidak tertarik memberitakannya atau peristiwa ini luput dari perhatian mereka?
Sebuah Mesjid yang terletak di wilayah Sumatera Utara dibakar habis oleh orang tidak dikenal. Mesjid Syeikh Ali Martaib yang terletak di Desa Lumban Lobu, Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba Samosir, Tapanuli Utara dibakar pada akhir Juli lalu.
Menurut laporan, mesjid ini telah tiga kali dibakar secara sengaja. Masjid berusia ratusan tahun tersebut dibakar pertama kali pada tahun 1986, saat itu Mesjid masih bernama Mesjid Fii Sabilillah, dibakar sleuruh karpet dan sajadah yang berada di dalamnya. Di tahun 2009 kembali terjadi pembakaran, yaitu pembakaran mushaf-mushaf Al-Qur’an dan buku-buku keagamaan hingga mengenai Mihrab mesjid. Lalu terakhir pada 27 Juli 2010 lalu, Mesjid ini dibakar sekitar pukul 5.00 pagi ba’da Shubuh oleh orang tak dikenal.
Masjid itu merupakan salah satu masjid tertua di Kecamatan Porsea yang diperkirakan sudah berusia ratusan tahun dna berdiri di wilayah mayoritas Nasrani. Saat ini kondisi bangunan masjid tinggal puing-puing dan hanya sebagian kecil bagian dinding terbuat dari papan itu tersisa. Dari kondisi lapangan menunjukkan, kasus kebakaran pada masjid di Porsea itu cenderung karena disengaja dan direncanakan, seperti yang dilaporkan waspadamedan.
Dewan Pimpinan Pusat Persatuan Batak Islam (PBI) mengutuk keras aksi pembakaran tersebut dan mendesak Polda Sumatera Utara untuk mengusut kasus ini.
“Kami yakin terbakarnya masjid Fiisabilillah tersebut cenderung tindak kejahatan, karenanya Poldasu perlu mengusut tuntas dan menangkap para pelaku pembakaran rumah ibadah itu”, kata Ketua Umum DPP PBI Prof DR H Abdul Muin Sibuea, MPd kepada pers di Medan, Rabu (4/8), seperti yang dilansir waspadamedan.com.
Tragisnya, pasca pembakaran Masjid tersebut belum ada pengusutan serius dari Polres Tobasa. Maka PBI berharap agar Poldasu mengambil alih pengusutan kasus ini.
Berbicara mengenai peristiwa ini, Ustadz Abu Jibriel mengatakan, “Siapa yang memicu permusuhan dan peperangan Islam atau salibis?”
“Perang di ambon, perang di poso mereka lah yang memulai, di bekasi pada hari pendidikan nasional mereka memulai membuat onar di masjid agung bekasi, kini terjadi lagi di Sumatera. Karena itu umat Islam harus segera bangkit menyatukan langkah untuk bersiap menghadapi peperangan yang mungkin tidak lama lagi akan dicetuskan oleh mereka,” lanjutnya.
Saat ummat Islam beramai-ramai menuntut dibubarkannya kebaktian liar di Bekasi, berbagai kalangan memprotes aksi ummat Islam dan mengatakan melanggar HAM, tapi saat terjadi pembakaran sebuah Masjid, rumah ibadah ummat Muslim, dimana suara kelompok-kelompok tersebut? Bukankah hal ini juga melanggar HAM? (haninmazaya/arrahmah.com)