KAIRO (Arrahmah.com) – Ketika ia bergabung dengan persaingan untuk menempati posisi orang pertama (presiden) di Mesir, lima minggu lalu ia diejek sebagai “ban serep” Ikhwanul Muslimin setelah pilihan pertama kandidatnya didiskualifikasi.
Tapi Mohammed Morsi (60), seorang insinyur yang datang di babak pembukaan, menurut penghitungan memiliki suara terbanyak, berkat kampanye yang memamerkan otot politik tiada bandingnya dari gerakan Islam tertua di Mesir, lapor Al arabiya.
Putaran kedua pada 16 dan 17 Juni yang menempatkan Ahmed Shafiq di urutan kedua, dia sebelumnya menjabat sebagai seorang menteri dalam pemerintahan Mubarak, memberikan rakyat Mesir pilihan yang nyata antara seorang militer yang terkait dengan masa lalu dan gerakan Islam yang menjanjikan penegakan hukum Islam di Mesir.
Seorang pejabat Ikhwanul Muslimin mengatakan bahwa dengan suara yang dihitung dari 12.800 tempat pemungutan suara dari total keseluruhan 13.100 tempat, Morsi memiliki suara 25 persen, Shafiq 23 persen, Abdul Moneim Abul Fatouh 20 persen dan Hamdeen Sabahi 19 persen.
Dia telah berjanji akan menerapkan syariah Islam selama kampanyenya yang dibumbui dengan referensi Al Qur’an, hadist nabi dan sholat berjamaah.
Morsi menyerukan untuk review perjanjian damai tahun 1979 dengan Israel, mengatakan bahwa Israel tidak menghormati perjanjian tersebut,dan kelompok itu mengatakan tidak akan merobek kesepakatan.
“Kami akan mengambil langkah serius menuju masa depan yang lebih baik, insya Allah,” ujar Morsi dalam kampanye terakhirnya hari Minggu lalu dan menjanjikan akan memerangi setiap koruptor yang dibiarkan di era Mubarak.
“Jika mereka mengambil langkah untuk membawa kita mundur, untuk menempa kehendak rakyat, maka kita tahu siapa mereka,” lanjutnya. “Kami akan melemparkan mereka ke dalam tong sampah sejarah,” janjinya.
Penekanan pada Syariah
Seorang pria dengan postur tubuh gemuk, berkacamata dan berjenggot abu-abu putih, Morsi, telah melakukan perjalanan ke seluruh Mesir mempromosikan proyek “renaisans” Ikhwanul Muslimin-sebuah manifesto 80 halaman yang berbasis pada apa yang mereka istilahkan sebagai “pemahaman sentris” keislaman mereka.
“Itu demi syariah Islam, untuk para pria yang dilemparkan ke penjara. Darah mereka dan eksistensi mereka bertumpu pada bahu kami sekarang,” klaim Morsi selama reli kampanyenya.
“Kami akan bekerja sama untuk mewujudkan impian mereka menerapkan Syariah.”
Morsi yang memperoleh gelar doktor dari Amerika Serikat, telah lama menjadi tokoh berpengaruh dalam gerakan Ikhwanul Muslimin Mesir, sebuah gerakan yang dilarang di era Mubarak, tetapi memenangkan hampir setengah kursi di parlemen yang diadakan setelah penggulingan Mubarak.
Morsi mulai berkampanye setelah kandidat utama IM, Khairat al-shater didiskualifikasi pada April lalu.
Morsi berjanji akan bekerja untuk membebaskan Syeikh Omar Abdul Rahman, seorang ulama yang dipenjara di Amerika Serikat pada tahun 1990-an dengan tuduhan merencanakan serangan di New York. Abdul Rahman adalah pemimpin spiritual gerakan Gama’a al-Islamiya. Kelompok ini dikatakan terlibat dalam pembunuhan Presiden Anwar Sadat di tahun 1981, namun masuk ke politik arus utama sejak Mubarak digulingkan.
Meskipun selama kampanye ia menekankan pada hukum Islam, namun ketika ditanya bagaimana dan seperti apa aturan Islam itu sendiri yang akan berlaku di Mesir, ia mengatakan bahwa Mesir tidak akan menjadi teokrasi, menambahkan bahwa ada sedikit perbedaan antara kalimat “prinsip-prinsip syariah” dan “syariah” itu sendiri.
Saat sebuah wawancara televisi menanyakan kepadanya aturan Islam seperti apa yang akan berlaku bagi bikini di pantai-satu unsur pariwisata di Mesir-Morsi tidak memberikan jawaban yang jelas. (haninmazaya/arrahmah.com)