WASHINGTON (Arrahmah.com) – AS telah mengancam secara tidak langsung bahwa larangan terhadap perusahaan keamanan swasta di Afghanistan Barat dapat mempengaruhi proyek-proyek pembangunan dan bantuan di negara ini, PressTV melaporkan pada Kamis (19/8/2010).
“Kami khawatir bahwa setiap tindakan yang cepat untuk menghapus perusahaan keamanan swasta ini mungkin memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan, termasuk kemungkinan penundaan upaya rekonstruksi dan pengembangan bantuan dari AS,” kata Caitlin Hayden, juru bicara Kedutaan AS di Kabul dalam sebuah pernyataan, yang dikutip oleh Reuters.
Presiden Afghanistan, Hamid Karzai, mengumumkan pada Selasa lalu mengenai pelarangan beroperasinya perusahaan keamanan swasta dalam jangka waktu empat bulan. Keputusan ini diklaim Karzai merupakan bagian dari persiapan agar pemerintah Afghanistan dapat mengambil alih semua tanggung jawab keamanan di negara ini.
“Keberadaan perusahaan keamanan swasta saat ini yang masih memungkinkan kami untuk memberikan bantuan rekonstruksi dan pembangunan demi peningkatan taraf hidup rakyat Afghanistan,” tegas Hayden.
Para penjaga bersenjata lengkap ini menjadi pemandangan umum di jalan-jalan Afganistan dan meresahkan warga.
“Mereka pikir mereka yang memiliki jalan,” kata Edrees, seorang mahasiswa Kabul yang mengaku dirinya biasa dilecehkan oleh perilaku mereka.
Mohammad Anwar, seorang pemilik toko Kabul, juga setuju dengan keputusan Karzai. “Karzai seharusnya membubarkan semua perusahaan keamanan sebelumnya,” katanya.
Perusahaan, yang bersaing untuk memperoleh kontrak miliaran dolar ini, mempekerjakan sekitar 40.000 penjaga bersenjata lengkap. Mereka juga menyediakan keamanan untuk terutama konvoi pasukan Barat, kedutaan besar, dan perusahaan lainnya.
Citra buruk penjaga keamanan swasta ini semakin terlihat setelah serangkaian insiden mematikan di Irak. Salah satu insiden yang paling terkenal terjadi saat penjaga keamanan dari perusahaan AS, Blackwater, terlibat dalam penembakan tahun 2007 di mana 14 warga sipil tewas.
Blackwater telah mengubah namanya menjadi Xe dan memiliki beberapa kontrak di Afghanistan. Pada bulan Januari, dua penjaga keamanan AS yang bekerja untuk Paravant LLC, salah satu unit dari Xe, ditangkap di Afghanistan karena membunuh dua warga Afghanistan di Kabul dan melukai satu orang lainnya.
Departemen Luar Negeri AS tahun lalu menyatakan pihaknya akan meninjau penggunaan tentara bayaran di kedutaan luar negeri setelah skandal pelecehan seksual oleh penjaga keamanan dalam misinya di Kabul. (althaf/arrahmah.com)