MALANG (Arrahmah.com) – Resto & Spa Dhogadho yang berlokasi di Jalan Tlogomas Kota Malang, Rabu malam (16/5) didatangi oleh puluhan umat Islam dan tokoh masyarakat Kota Malang. Massa yang sudah berkumpul sejak ba’da Isya melakukan penempelan poster dan spanduk penolakan terhadap kehadiran Resto & Spa Dhoghadho.
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan, diketahui bahwa Dhoghadho ini merupakan tempat maksiat berkedok Resto & Spa. Didalamnya disediakan minuman keras, hiburan “esek-esek” dan transaksi prostitusi, yakni pijat plus-plus dengan wanita berpakaian seronok, karaoke yang tidak lepas dari minuman keras, dan mandi uap (spa) bercampur antara laki-laki dan perempuan dalam kondisi telanjang hanya ditutup handuk.
Ustadz Ahmad Ghozali, warga setempat sekaligus koordinator aksi penolakan tersebut, mengatakan bahwa dibukanya tempat maksiat Dhoghadho ini sangat membahayakan warga dan kaum Muslimin. “Bagaimana tidak, kawasan Tlogomas yang merupakan kawasan pendidikan dan terdapat banyak masjid, dinodai kehadiran tempat maksiat seperti itu. Padahal dua bulan sebelumnya umat Islam dan warga telah menutup kafe maksiat “Belok Kiri”, yang berada tidak jauh dari Resto & Spa Dhoghadho, masih satu wilayah RT 03″ jelasnya.
Ia juga menyesalkan sikap Ketua RT 03 yang bersifat munafik, yang mendukung kemaksiatan, dengan hadirnya tempat maksiat kafe Belok Kiri dan Resto & Spa Dhoghadho di wilayah yang sama, yakni RT 03 RW 07 Kelurahan Tlogomas, Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Wilayah RT 03 telah berkali-kali menjadi sarang maksiat, dengan ketua RT yang sama. “Pertemuan dengan pihak RT sudah dilakukan, namun yang terjadi adalah warga dan umat Islam dibenturkan dengan preman”, tambahnya.
Setelah didesak warga, pihak RT 03 berjanji menyelesaikan masalah, namun ketika dikonfirmasi kepada Lurah Tlogomas, pihak Kelurahan Tlogomas mengaku Ketua RT 03 belum menemuinya. Satu minggu kemudian Ustadz Ahmad Ghozali bersama warga dan tokoh masyarakat berinisiatif mencari tahu sejauh mana perizinan Dhoghadho. Ternyata izin HO (gangguan) tetangga kanan kiri sudah lepas, artinya sudah ditandatangani. Dan menurutnya, inilah kelicikan orang kafir. Resto & Spa Dhoghadho Tlogomas adalah bisnis esek-esek milik seorang kafir cina bernama Franky Setiawan, yang mempunyai beberapa usaha sejenis di beberapa tempat selain di Tlogomas, diantaranya di daerah Beji, Kota Batu. Untuk memuluskan usaha maksiat ini, Franky menggunakan segala cara, mulai dari aksi kekerasan preman yang dibenturkan dengan warga hingga memberi uang sogokan dengan kedok pendanaan acara jaran kepang beberapa minggu lalu. Sehingga sangat disesalkan sikap Ketua RT 03 yang bersifat munafik, yang sengaja membiarkan tempat maksiat berulangkali hadir di wilayah yang dipimpinnya.
Karena sangat resah dengan kehadiran tempat maksiat Resto & Spa Dhoghadho tersebut, terwujudlah kesepakatan dari unsur elemen lembaga pendidikan, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), lembaga pendidikan setingkat SMK yang ada di kawasan Tlogomas, dari para takmir masjid dan tokoh-tokoh masyarakat. Semuanya memberikan tandatangan, intinya menolak tempat maksiat Resto & Spa Dhoghadho yang merusak generasi.
Berdasarkan pantauan di lapangan, aksi penutupan berlangsung lancar tanpa perlawanan berarti dari pihak Dhoghadho. Puluhan umat Islam dari berbagai elemen dan warga setempat melakukan pemasangan spanduk dan poster di dua titik, yakni sekitar pintu masuk Terminal Landungsari, tidak jauh dari lokasi Dhoghadho dan di sekitar tempat maksiat Resto & Spa Dhoghadho.
Ke depannya, jelas Ustadz Ahmad Ghozali, umat Islam tidak akan berhenti pada penutupan tempat maksiat Resto & Spa Dhoghadho ini saja, namun juga akan bergerak di segenap penjuru Malang. Masih banyak PR pemberantasan kemaksiatan dan kemungkaran di daerah Malang. “Kita berusaha menjalin ukhuwah, persatuan umat Islam, berusaha bisa bergerak bersama-sama untuk amar ma’ruf nahi mungkar.”pungkasnya. (bilal/fai/arrahmah.com)