JERMAN (Arrahmah.com) – Meski difitnah oleh media-media anti-Islam sebagai orang-orang pembuat rusuh, Muslim Jerman dari Millatu Ibrahim atau yang sering dikenal sebagai Salafi tetap mempertahankan hak mereka untuk melakukan protes terhadap partai sayap kanan ekstrim yang menghina Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam (SAW).
Meski melakukan protes, mereka menolak telah membuat kerusuhan dengan melemparkan bom.
“Kami tidak melemparkan bom apapun,” kata Malik, seorang pemuda Muslim yang turut melakukan protes membela Rasulullah SAW, kepada Der Spiegel Online pada hari Selasa (15/5/2012).
Malik bersama dua teman Muslimnya, Koray dan Martin bergabung dalam protes di kota Cologne melawan para ekstrimis partai North Rhine-Westphalia (NRW) yang membawa banner yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW. Protes tersebut dilakukan setelah pada Sabtu (6/5) demonstrasi serupa digelar, dimana terjadi bentrokan antara kaum Muslimin dengan polisi kafir Jerman dan lebih dari 100 Muslim ditangkap, meski sehari kemudian sebagian besar dari mereka dilaporkan telah dibebaskan.
NRW yang telah dikategorikan sebagai sayap kanan ekstrim oleh badan intelijen domestik, berulangkali membuat ulah dengan sengaja memicu kemarahan kaum Muslimin di Jerman. Mereka bahkan berencana akan membuat event “Kontes Kartun Muhammad”, yang menggambarkan Nabi Muhammad SAW, dan menyiapkan hadiah bagi kontestan pembuat karikatur anti-Islam ‘terbaik’.
Hal tersebut semakin membuat marah kaum Muslimin Jerman, dan adalah hak mereka (Muslim) untuk membela Nabinya dari penghinaan.
“Pada hari Kiamat, mungkin Nabi (Muhammad) akan bertanya, ‘Dimana kalian ketika nama Nabi dikotori?'” kata Malik.
“Saya tidak ingin memiliki jawaban, ‘Wahai utusan Allah, saya adalah salah satu dari mereka yang berpaling.”
Malik, Koray dan Martin telah digambarkan oleh media sebagai orang-orang pembuat kerusuhan. Mereka mengatakan bahwa aksi mereka hanya untuk membela kehormatan dan kemuliaan Rasulullah SAW.
“Kehormatan Nabi (Muhammad) adalah lebih penting bagi kami daripada kehormatan kami sendiri,” ujar Malik (22) mewakili Muslim lainnya, pemuda keturunan Aljazair-Jerman, yang menyandang gelar diploma dan hendak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi itu.
Sementara Martin (19), Muslim asli Jerman dengan rambut pirang yang masuk Islam sekitar setahun yang lalu, dan masih menjadi mahasiswa di Hamburg, dan Koray (19) adalah Muslim keturunan Turki yang lahir di Hamburg.
Ketiga Muslim yang taat tersebut, sama-sama pernah mengalami diskriminasi dan dirugikan oleh para dosen, sesama mahasiswa, bos dan rekan kerja.
Mereka memandang bahwa kartun Nabi Muhammad SAW adalah sebuah bom yang dilemparkan kepada Muslim sebagai bagian dari penghinaan terhadap Muslim selama bertahun-tahun. (siraaj/arrahmah.com)