AMBON (Arrahmah.com) – Bentrok antar warga di Ambon kembali terjadi di wilayah perbatasan Batumerah-Mardika. Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 05.00 WIT, Selasa (15/05). Sebagaimana dilansir pii-maluku.com, bentrok ini bermula dari ribuan masa yang sedang iring-iringan membawa obor Pattimura dan sampai persis di Mardika, namun tiba-tiba ada yang sengaja melempar batu ke tengah ribuan masa yang sedang melakukan iring-iringan itu.
Obor tersebut kemudian diseberangkan dari Pulau Saparua dengan menggunakan kapal perang dan tiba di pelabuhan Tulehu, PUlau Ambon, pukul 23.00 WIT., kemudian diarak secara estafet dengan dengan delapan desa-kelurahan, hingga tiba di kawasan Pattimura Park.
Para pemuda yang berada di setiap kawasan yang dilewati obor wajib berkumpul di batas kampung kampung untuk menunggu kedatangan pemuda yang membawanya, kemudian dilarikan secara estafet menuju desa lainnya. Pada setiap desa disiapkan lima orang pemuda yang bertugas membawa dan mengawal obor, sedangkan sisanya mengiringi dengan tarian Cakalele selama perjalanan.
Sebanyak 240 pemuda dari delapan desa di Ambon bergantian membawa obor secara estafet, dan saat tiba kawasan Pattimura Park, obor tersebut diterima Wali kota Ambon, Richard Louhenapessy dan kemudian menyerahkannya kepada Upulatu (pimpinan tertinggi) Karel Albert Ralahalu guna menyulut obor utama yang berada di tengah kawasan Pattimura, sekaligus menandai dimulainya upacara peringatan. (PII-Maluku/arrahmah.com)
AMBON (Arrahmah.com) – Bentrok antar warga di Ambon kembali terjadi di wilayah perbatasan Batumerah-Mardika. Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 05.00 WIT, Selasa (15/05). Sebagaimana dilansir pii-maluku.com, bentrok ini bermula dari ribuan masa yang sedang iring-iringan membawa obor Pattimura dan sampai persis di Mardika, namun tiba-tiba ada yang sengaja melempar batu ke tengah ribuan masa yang sedang melakukan iring-iringan itu.
Obor tersebut kemudian diseberangkan dari Pulau Saparua dengan menggunakan kapal perang dan tiba di pelabuhan Tulehu, PUlau Ambon, pukul 23.00 WIT., kemudian diarak secara estafet dengan dengan delapan desa-kelurahan, hingga tiba di kawasan Pattimura Park.
Para pemuda yang berada di setiap kawasan yang dilewati obor wajib berkumpul di batas kampung kampung untuk menunggu kedatangan pemuda yang membawanya, kemudian dilarikan secara estafet menuju desa lainnya. Pada setiap desa disiapkan lima orang pemuda yang bertugas membawa dan mengawal obor, sedangkan sisanya mengiringi dengan tarian Cakalele selama perjalanan.
Sebanyak 240 pemuda dari delapan desa di Ambon bergantian membawa obor secara estafet, dan saat tiba kawasan Pattimura Park, obor tersebut diterima Wali kota Ambon, Richard Louhenapessy dan kemudian menyerahkannya kepada Upulatu (pimpinan tertinggi) Karel Albert Ralahalu guna menyulut obor utama yang berada di tengah kawasan Pattimura, sekaligus menandai dimulainya upacara peringatan. (PII-Maluku/arrahmah.com)