MOSKOW (Arrahmah.com) – Rusia-salah satu negara yang sangat mendukung rezim Bashar Al Assad-menuduh pejuang oposisi bersenjata menggunakan taktik teror dan lebih menyalahkan mereka atas pelanggaran gencatan senjata dibanding pasukan rezim Alawite, saat pemimpin militer pemberontak mengatakan misi pemantauan PBB ke Suriah pasti gagal.
“Kami meminta pihak Suriah untuk melaksanakan kewajiban penuh,” ujar juru bicara Menteri Luar Negeri Rusia, Alexander Lukashevich pada konferensi mingguan pada Kamis (26/4/2012) seperti yang dilaporkan Reuters.
“Meskipun demikian, ada sisi lain di Suriah, kelompok-kelompok oposisi yang pada dasarnya bergeser ke taktik teror pada skala regional,” tuduhnya.
Lukashevich juga menuduh kelompok oposisi bersenjata telah dipersenjatai oleh negara asing.
“Banyak pemerintah Barat dan bukan hanya Barat, mereka membantu oposisi Suriah dengan senjata dan pembiayaan, dan ini membuat situasi secara signifikan lebih sulit,” klaimnya.
Sebelumnya Rusia telah memblokir dua resolusi Dewan Keamanan PBB yang mengutuk rezim Assad untuk tindakan keras di mana PBB mengatakan pasukan Assad telah membunuh lebih dari 9.000 orang sejak Maret 2011.
Suriah dan Rusia merupakan dua sekutu akrab, Suriah memberikan Rusia pijakan kuat di Timur Tengah, membeli senjata senilai miliaran dollar dan menjadi lokasi pemeliharaan dan fasilitas suplai hanya untuk Rusia di pelabuhan air laut hangat di luar Uni Soviet.
Sementara itu, pemimpin militer pemberontak mengatakan pada Kamis (26/4) bahwa misi pemantauan PBB ke Suriah pasti gagal karena Presiden Assad tidak akan mematuhi gencatan senjata, menurut AFP.
Rezim Assad terus menyalahkan kelompok “teroris” bersenjata untuk kekerasan yang terjadi di Suriah meskipun beberapa fakta terungkap bahwa tangan-tangan Assad berada di balik pemboman dan kekerasan terhadap sipil yang terjadi di Suriah yang mereka tuduhkan kepada kelompok “teroris”. (haninmazaya/arrahmah.com)