(Arrahmah.com) – Menteri Luar Negeri merangkap Wakil Perdana Menteri penjajah zionis Yahudi, Avigdor Lieberman belum lama ini mengirimkan sebuah dokumen kepada Perdana Menteri Israel, Benyamin Netanyahu. Liebermen mengingatkan Netanyahu bahwa Mesir lebih berbahaya daripada Iran, akibat revolusi 25 Januari 2011 dan perubahan politik di Mesir.
Seperti dilaporkan oleh harian Israel, Ma’arev pada Ahad (22/4/2012) Lieberman mengingatkan Netanyahu bahwa persoalan Mesir lebih berbahaya daripada persoalan Iran, karena Mesir adalah negara Arab terbesar yang memiliki wilayah perbatasan paling panjang dengan Israel. Revolusi Mesir 2011 yang menjatuhkan rezim antek zionis Husni Laa Mubarak dan kemenangan partai-partai Islam dalam pemilu legislatif telah menjadi ancaman sangat serius bagi eksistensi Israel.
Lieberman mengusulkan agar Israel mengambil langkah berani dengan membentuk kembali Kesatuan Militer Selatan dan menempatkannya di perbatasan Mesir-Israel. Divisi tersebut berkekuatan 4 divisi dan telah dibekukan sejak Mesir mengakui kedaulatan penjajah zionis Yahudi dalam perjanjian Camp Davis, 1981.
Meski Mesir telah mengerahkan tujuh batalion militer ke Sinai untuk memerangi mujahidin yang menyerang pipa gas Mesir-Israel, Lieberman menuding Mesir tidak serius memerangi teroris. Terbuka kemungkinan Mesir membatalkan sepihak ‘perdamaian’ dengan Israel dan mengerahkan pasukan lebih besar ke Sinai bahkan setelah selesainya pemilihan presiden Mesir, kata Lieberman seperti dikutip harian Ma’ariv.
Tudingan Lieberman pada dasarnya merupakan sebuah peringatan keras kepada kekuatan-kekuatan politik di Mesir untuk tidak membatalkan perjanjian Camp David. Sebelumnya, pemerintah penjajah salibis AS telah mengucurkan ‘bantuan’ $ 1,3 juta dolar kepada militer Mesir agar tetap setia mengawal sekulerisme dan eksistensi negara penjajah zionis Yahudi.
(muhib almajdi/arrahmah.com)