(Arrahmah.com) – Situs Islam al-Hisbah pada tahun 1427 H/2006 M, pernah membuka ruang tanya-jawab dengan salah seorang ulama, mufti, dan komandan utama tazhim Al-Qaeda pusat, Afghanistan yaitu syaikh Abu Abdurrahman Athiyatullah al-Libi.
Para pengunjung situs bebas menyampaikan pertanyaan seputar jihad, dan syaikh Abu Abdurrahman akan menjawabnya. Kumpulan tanya-jawab tersebut telah dikompilasikan oleh situs al-Hisbah.
Dalam sebuah sesi tanya-jawab, seorang pengunjung situs mengajukan beberapa pertanyaan berkenaan dengan salah satu topik politik internasional yang saat ini sedang actual, yaitu perang AS-Iran dan masa depan jihad Islam. Selain itu, penanya juga mempertanyakan keabsahan serangan terhadap hotel-hotel, kilang-kilang minyak, dan jatuhnya warga sipil muslim sebagai korban dalam operasi mujahidin.
Perang AS-Iran dan masa depan Jihad Islam
Analisa syaikh Athiyatullah al-Libi rahimahullah
Ulama, mufti, dan komandan tanzhim Al-Qaeda pusat
Pertanyaan Akh Ikrimah al-Madani
Akh Ikrimah al-Madani mengajukan 12 pertanyaan kepada syaikh Abu Abdurrahman. Situs al-Hisbah kemudian menyeleksi pertanyaan yang paling penting dan berkaitan langsung dengan tema yang tengah diperbincangkan.
Soal 2: Bagaimana pendapat syaikh tentang ancaman-ancaman AS terhadap Iran, apakah AS benar-benar ingin menyerang Iran? Jika hal itu betul-betul terjadi, apa prediksi Anda tentang peristiwa yang akan terjadi di kawasan tersebut? Apakah akan menguntungkan kepentingan mujahidin ataukah tidak?
Soal 7: Bagaimana pendapat Anda tentang operasi-operasi yang dilakukan di bumi Kinanah (Mesir, pent), seperti Thaba, Syarm Syaikh, dan Dahb? Apakah Anda meyakini operasi-operasi tersebut merupakan operasi jihad? Apakah operasi-operasi tersebut bermanfaat bagi mujahidin? Apa pendapat Anda tentang menjadikan hotel-hotel di negeri-negeri kaum muslimin secara umum sebagai target, padahal diketahui bahwa di antara kaum muslimin ada orang-orang yang bekerja di hotel-hotel tersebut? Apa penilaian Anda terhadap operasi-operasi seperti itu yang terjadi di Sinai dan operasi hotel-hotel Oman? Apakah operasi-operasi itu berhasil?
Soal 8: Bagaimana penilaian Anda terhadap operasi-operasi yang menargetkan minyak, terkhusus di Jazirah Arab seperti operasi Ibqiq yang terakhir? Apakah operasi-operasi tersebut berhasil merealisasikan tujuan-tujuannya? Bolehkah membunuh para tentara penjaga bangunan-bangunan tersebut padahal mungkin saja para tentara penjaga tersebut tidak mengetahui kalau mereka sedang menjaga bangunan-bangunan AS sehingga mereka memiliki udzur ketidak tahuan. Apakah boleh membunuh mereka?
Soal 11: Apa penilaian Anda terhadap kondisi AS saat ini? Apakah benar saat ini AS mulai memasuki masa-masa keruntuhan? Apa prediksi Anda jika tentara AS benar-benar telah ditarik dari Afghanistan dan Irak? Apakah mujahidin akan rela dengan kondisi tersebut ataukah mujahidin akan mencoba menyeret AS kepada peperangan baru? Apa prediksi Anda tentang hal yang harus dilakukan oleh mujahidin untuk menyeret AS sekali lagi? Apakah mereka akan mengulangi serangan 11 September sekali lagi?
Soal 12: Saya berharaap fadhilatusy syaikh berkenan memberikan kepada kami prediksi pergerakan jihad pada masa yang akan datang, maksud saya lima tahun atau sepuluh tahun ke depan, bagaimana kondisi yang akan terjadi di Irak, Palestina, Afghanistan, Chechnya, Somalia, dan Darfur (Sudan)?
Saya berharap Anda memaafkan saya atas pertanyaan yang terlalu panjang lebar ini. Saya tahu ada beberapa pertanyaan yang terulang-ulang, namun saya tetap menuliskannya karena ada beberapa tambahan perkara. Ketahuilah, Anda selalu berada dalam hati kami. Jazakumullah khairan.
Jawaban syaikh Athiyatullah al-Libi
Jawaban atas pertanyaan no. 2:
Saya menduga AS memiliki waktu yang cukup leluasa, dan AS tidak tergesa-gesa untuk menyerang Iran, karena AS tengah menghadapi banyak problematika. Selain itu, kondisi nasional, internasional, dan opini umum juga tidak banyak mendukung untuk melakukan serangan saat ini. Saat ini, AS merasa cukup melakukan tekanan-tekanan dan maneuver-manuver, namun saya menduga kuat bahwa AS akan menyerang Iran ketika AS telah merasa yakin bahwa Iran memiliki senjata nuklir. Seperti saya katakan tadi, masih ada waktu yang cukup lama untuk hal ini.
Pertimbangan AS adalah seperti diungkapkan oleh anggota konggres AS, “Tidak ada kebijakan yang lebih buruk daripada menyerang Iran, kecuali ketika Iran telah memiliki senjata nuklir.”
Pernyataan ini menurut saya meringkakan secara cermat kebijakan mereka dalam masalah ini.
Namun dalam hal ini ada sebuah permasalahan yang sangat penting untuk dicermati dan direnungkan, yaitu Iran memiliki kesiapan untuk beraliansi dengan AS dalam suatu fase tertentu.
Maksudnya, bagi Iran tidak ada halangan untuk beraliansi dengan AS ketika Iran melihat kebijakan tersebut sesuai dengan kepentingan Iran, menurut pertimbangan ras dan kelompok Iran. Karena Iran adalah sebuah negara Rafidhah yang rasialis, tegak di atas sebuah agama buatan, agama dalam arti kata golongan, kebangsaan, dan identitas keyakinan. Sebenarnya Iran tidak memiliki agama.
Karena agama yang mereka anut bukanlah agama yang Allah SWT turunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Sebenarnya mereka tidak bertauhid dan tidak beribadah kepada Allah. Sebenarnya mereka tidak memiliki ketaatan apapun kepada Allah. Tidak ada keyakinan mereka kepada akhirat. Hal itu tidak ada, kecuali pada beberapa orang tertentu.
Agama mereka sebenarnya adalah golongan, kami, milik kami, kepentingan kami, Persia, Teluk Persia, imperium Persia, peradaban Persia, keunggulan dan rasialisme yang mereka anut.
Tidak ada keyakinan kepada Allah dan hari akhir pada diri mereka!
Kesimpulannya, negara Rafidhah Iran tidak memiliki halangan apapun jika pada suatu waktu tertentu menjadi sekutu dan kawan dekat AS, jika Iran melihat hal itu akan merealisasikan kepentingan Iran.
Tidak ada halangan agama apapun bagi mereka.
Apa sebenarnya kepentingan Iran?
Kepentingan Iran adalah; kemenangan golongan dan hegemoni terhadap kawasan (Timur Tengah), yang dibangun di atas dasar percampuran antara agama golongan yang telah kita sebutkan tadi dengan rasialisme Persia dan nasionalisme jahiliyah.
Bagaimana terhadap Israel?
Tidak ada masalah apapun. Kenapa Iran dan Israel harus bertikai? Tidak akan ada pertikaian antara keduanya, jika aliansi bisa merealisasikan kepentingan Iran di kawasan tersebut, yang terungkap dalam satu kalimat ringkas; kemenangan atas ahlus sunnah dan menguasai ahlus sunnah! Semoga Allah tidak memberikan mereka kemampuan untuk merealisasikan tujuan jahat tersebut.
Jika kepentingan itu telah diraih oleh Iran, maka setelah itu mau berperang dengan Israel atau tidak berperang, itu bisa-bisa saja, tergantung kondisi mana yang akan menguntungkan bagi Iran.
Toh Israel nun jauh di sana, di Palestina.
Sesungguhnya peperangan Iran dan Rafidhah yang sejati adalah terhadap ahlus sunnah. Kemenangan yang mereka idam-idamkan adalah kemenangan dan hegemoni atas ahlus sunnah, juga membalas dendam atas ahlus sunnah!!
Persengketaan antar Iran dan AS sebenarnya bukanlah masalah agama. Iran dan orang-orang Nasrani dalam beberapa hal merupakan orang-orang yang saling mencintai. Iran dan orang-orang yang murtad dalam beberapa hal merupakan orang-orang yang saling mencintai. Persengketaan Iran dengan AS, dalam bagian terbesarnya, adalah seperti persengketaan umat manusia lainnya, berkisar pada kepentingan, pengaruh, kekuasaan, hegemoni, dominasi, dan syahwat-syahwat lainnya. Wallahu a’lam.
Adapun jika AS benar-benar menyerang Iran, akankah hal itu membawa kebaikan bagi mujahidin? Bagaimana prediksi kita terhadap kemungkinan itu?
Ya, kita berharap hal itu membawa kebaikan bagi mujahidin, secara umum.
Namun memprediksikan perkara seperti itu sulit dilakukan, baik secara perkataan maupun pemikiran. Walalhu a’lam. Segala sesuatu bisa saja terjadi, dan diprediksikan akan terjadi kekacauan dan banyak perubahan besar.
Apapun keadaannya, dalam perkara ini mujahidin tidak mengkhawatirkan apapun. Kami berdoa semoga Allah akhirnya mengaruniakan kemenangan kepada kaum muslimin. Ya Allah, kami memohon kepada-Mu jadikanlah perkara apapun yang Engkau tetapkan bagi kami berakhir dengan kebaikan. Amien.
Jawaban atas pertanyaan no. 7:
Tentang operasi-operasi yang ditanyakan dalam soal, yang terjadi di bumi Kinanah seperti Thaba, Syarm Syaikh, Dahb, dan lain-lain; data-data saya tentang operas-operasi tersebut sedikit saja. Tentu sulit untuk membicarakan dan menilai satu per satu operasi tersebut.
Namun menyerang pemerintahan murtad Mesir, kepentingan-kepentingannya, sendi-sendi ekonominya, dan lain-lainnya; membangkitkan kembali umat Islam dengan jihad dan menggerakkan kondisi yang statis dalam kerusakan; upaya seperti itu pada dasarnya disyariatkan. Secara umum, hal itu adalah kepentingan-kepentingan yang diakui oleh syariat, insya Allah. Maka tinggal mujahidin menilai satu per satu operasi tersebut.
Adapun pembahasan secara rinci, tentang sebagian umat Islam dan selain mereka yang ikut menjadi korban, apakah hal itu memiliki landasan syar’i ataukah tidak? Perkara seperti ini, masing-masing kondisi memiliki kajian tersendiri, kita baru bisa membicarakannya ketika kita memiliki data-data yang cukup tentang operasi-operasi tersebut. Namun secara umum, kami berada di pihak setiap orang yang berjihad di jalan Allah melawan pemerintahan-pemerintahan murtad dan memberontak terhadapnya demi menegakkan panji Islam. Jika pun mereka keliru, kita akan meluruskan dan menasehatinya, namun kita tidak akan menghalang-halangi jihad dan mencegah orang berjihad hanya karena adanya beberapa kekeliruan, bahkan sekalipun terkadang kekeliruan tersebut adalah terbunuhnya sebagian umat Islam sebagai korban operasi jihad!
Kekeliruannya akan kita tolak, kita ukur kadar pengingkarannya, kita nasehati, dan kita luruskan.
Demikian jawaban ringkas kami, barangkali kami akan membahas hal ini lebih panjang lebar dalam kesempatan yang lain, insya Allah.
Apakah operasi-operasi tersebut memberi manfaat bagi mujahidin di seluruh dunia atau di kawasan tempat dilaksanakannya operasi? Pertanyaan ini sulit untuk saya jawab mengingat data-data saya yang juga sedikit. Amat baik apabila kita bisa menanyakan hal itu kepada para mujahidin.
Saya sendiri cenderung berpendapat operasi tersebut bermanfaat.
Kami selalu menasehati mujahidin di manapun mereka berada untuk melakukan investigasi yang cermat dan kehatian-hatian yang tinggi, hendaknya mereka hanya menyerang target-target yang jelas dan disyariatkan, menjauhi tempat-tempat yang masih mengandung kesamaran, selalu berkomuniaski dengan ikhwan-ikhwan mujahidin dari tanzhim Al-Qaeda, beraliansi dan selalu bermusyawarah semampunya sesuai keadaan yang memungkinkan mereka untuk melakukannya. Hanya kepada Allah kita memohon semoga Allah membantu, menguatkan, meluruskan, memberkahi dan menerima jihad mereka.
Tentang menjadikan hotel-hotel sebagai target seperti yang terjadi di Oman dan Sinai?
Masalah ini memerlukan jawaban rinci, barangkali kita akan membicarakannya saat membahas kajian-kajian masalah fiqihnya, insya Allah.
Namun tidak mengapa jika dalam kesempatan ini, saya menjawab tentang ungkapan penanya ‘di negeri-negeri kaum muslimin’. Pendapat yang benar, insya Allah, sifat ini tidak memiliki pengaruh apapun atas hukum masalah ini. Perkara yang membawa pengaruh terhadap hukum adalah ada atau tidaknya seorang muslim yang mungkin menjadi korban (terbunuh). Adapun status tempat operasi adalah negeri-negeri kaum muslimin atau bukan negeri-negeri mereka, maka hal itu tidak mempengaruhi hukum operasi sedikit pun selama kita mengetahui secara rinci kondisi orang-orang yang berada di tempat operasi (hotel atau lainnya).
Sifat ‘berada di negeri-negeri kaum muslimin atau negeri-negeri kaum kafir’ baru akan memberi pengaruh terhadap hukum operasi manakala kita tidak mengetahui kondisi orang-orang yang berada di tempat yang menjadi target operasi. Karena pada saat itu, kita harus kembali kepada tanda-tanda, qarinah-qarinah (perkara-perkara yang memberi indikasi), dan memperhitungkan status wilayah (negeri Islam atau negeri kafir, pent). Wallahu a’lam.
Jawaban atas pertanyaan no. 8:
Bagaimana penilaian Anda terhadap operasi-operasi yang menargetkan minyak, terkhusus di Jazirah Arab seperti operasi Ibqiq yang terakhir? Apakah operasi-operasi tersebut berhasil merealisasikan tujuan-tujuannya? Bolehkah membunuh para tentara penjaga bangunan-bangunan tersebut padahal mungkin saja para tentara penjaga tersebut tidak mengetahui kalau mereka sedang menjaga bangunan-bangunan AS sehingga mereka memiliki udzur ketidak tahuan. Apakah boleh membunuh mereka?
Terkait operasi-operasi yang menargetkan minyak, terkhusus lagi di Jazirah Arab, saya tidak mengetahui kaitannya dengan manfaat-manfaat dan aspek prioritasnya, wallahu a’lam.
Namun dasar pensyariatannya adalah menyerang aspek ekonomi negara-negara murtad seperti (negara-negara di Jazirah Arab; Arab Saudi, Yaman, Kuwait, Bahrain, Uni Emirat Arab, Qatar, dan Kesultanan Oman–pent) itu. Dasar operasi ini benar, selama harta tersebut dan kekayaan tersebut berada di tangan para penguasa murtad dan mereka pergunakan untuk memperkuat kekuasaan mereka, dan membantu pemimpin-pemimpin mereka para penguasa negara-negara salibis untuk memerangi kaum muslimin.
Menyerang target-target tersebut membawa maslahat bagi kaum muslimin dalam memerangi musuh mereka, tidak harus dengan syarat target berada di wilayah setempat, bahkan hukum disyariatkan menyerang target tersebut juga berlaku di semua tempat, seperti jika mujahidin ingin ‘menaikkan’ harga minyak dan memandang hal itu memberi manfaat bagi persoalan mereka, yaitu persoalan jihad dan mujahidin secara umum di seluruh dunia.
Persoalannya tinggal meneliti dan menegaskan sejauh mana manfaat dan efektifitasnya dari aspek politik.
Adapun perkara adanya para tentara penjaga di tempat-tempat pengolahan minyak tersebut yang terbunuh, baik mereka mengetahui atau tidak mengetahui tugas mereka —menjaga perusahaan-perusahaan minyak multi nasional AS—, maka saya katakan kepada Anda:
Jika Anda membandingkan bahwa negara-negara tersebut adalah negara-negara kafir murtad, wajib hukumnya memberontak terhadapnya, menggulingkannya, dan menggantikannya dengan pemerintahan yang menerapkan syariat Islam; lalu Anda benar-benar memutuskan untuk memberontak terhadapnya, Anda telah memulai usaha perlawanan tersebut, Anda mengumumkan perang, dan Anda memulai pertempuran…pertanyaan tentang orang-orang yang terbunuh dalam peperangan ini, tidak selayaknya membatalkan hukum dasar wajibnya berjihad melawan pemerintahan kafir murtad tersebut. Justru Anda wajib meneruskan peperangan, baik perang habis-habisan maupun perang menguras kekuatan musuh yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama!
Anda sedang memerangi militer dan tentara negara kafir murtad tersebut…
Jangan lagi menanyakan keislaman atau kekafiran mereka…!!
Saat Anda sedang menyerang aspek perekonomian dan kekayaannya, Anda merusak hartanya, dan menghancurkannya dengan menimbulkan kerugian-kerugian terhadapnya…!!
Intinya, Anda tengah menerjuni kancah peperangan, dengan segala maknanya…!!
Perang tidak lain adalah apa yang kalian ketahui
Kalian rasakan, bukan kisah yang direka-reka
Namun tidak diragukan lagi, kita terikat dengan hukum-hukum syariat Islam yang suci.
Pada pokoknya, kita tidak membunuh seorang muslim.
Namun karena manusia bercampur baur, juga karena kerusakan mereka dan sedikitnya ketaatan mereka kepada dien Islam membuat mereka bersama orang-orang murtad, berbakti kepada negara murtad, memberikan loyalitas kepadanya, bukannya melaksanakan kewajiban memberontak terhadapnya. Orang yang paling baik di antara mereka memilih diam, terus bekerja mencari nafkah lewat pekerjaan-pekerjaan dan jabatan-jabatannya. Kebanyakan hal itu kembalinya bukan kepada faktor kebodohan, namun kembali kepada memilih kehidupan dunia, perhiasaannya, dan kemewahannya, cenderung kepada kenikmatan yang cepat (dunia), bersantai, dan puas dengan kehidupan yang rendah dalam kehinaan. Hal itulah masih ditambah dengan syubhat-syubhat yang membingungkan dan membuat kesamaran, hasil kerja para ulama penguasa dan para ulama dunia, bukan ulama agama…!!
Oleh karena itu, saya katakan manusia dalam hal masalah ini terbagi menjadi dua kelompok:
Kelompok pertama berpendapat kondisi itu menjadi penghalang jihad (setelah mereka menerima fakta bahwa pemerintah yang berkuasa adalah pemerintahan murtad, dan bahwa berjihad serta memberontak melawan pemerintahan tersebut pada pokoknya disyariatkan). Mereka berdalil di antaranya dengan firman Allah,
{وَلَوْلَا رِجَالٌ مُؤْمِنُونَ وَنِسَاءٌ مُؤْمِنَاتٌ لَمْ تَعْلَمُوهُمْ أَنْ تَطَئُوهُمْ فَتُصِيبَكُمْ مِنْهُمْ مَعَرَّةٌ بِغَيْرِ عِلْمٍ}
“Dan kalau tidaklah karena laki-laki yang mukmin dan perempuan-perempuan yang mukmin yang tiada kalian ketahui, bahwa kalian akan membunuh mereka yang menyebabkan kalian ditimpa kesusahan tanpa pengetahuanmu (tentulah Allah tidak akan menahan tangan kalian dari membinasakan mereka).” (QS. Al-Fath [48]: 25)
Mereka juga berdalil dengan keumuman dalil-dalil keharaman membunuh seorang muslim.
Kelompok kedua memenangkan perintah untuk berjihad, meski dalam pelaksanaannya terkadang mengakibatkan beberapa orang muslim jatuh sebagai korban, dengan tetap wajib berhati-hati semaksimal mungkin. Maksud saya berhati-hati agar jangan sampai seorang muslim menjadi korban. Kelompok ini mendapatkan perkara tatarus (kebolehan atau kewajiban menyerang musuh yang menjadikan sandera kaum muslimin sebagai perisai mereka, jika dikhawatirkan membiarkan musuh akan mendatangkan bahaya yang lebih besar atas kaum muslimin secara luas) sebagai dasar pendapat mereka, dan bahwa jihad lebih wajib dari menghindari terbunuhnya seorang atau beberapa orang muslim dalam peperangan.
Ini sebagai bentuk kompromi dari dalil-dalil kewajiban menjaga nyawa kaum muslimin dan dalil-dalil kewajiban melaksanakan jihad. Maka kita berusaha melaksanakan kedua perintah tersebut sekaligus, sesuai kemampuan maksimal kita. Kelompok kedua juga menyatakan bahwa ayat dalam surat Al-Fath di atas tidak menunjukkan larangan memerangi musuh kafir (baik kafir lokal maupun kafir dari luar negeri) di negeri-negeri kita, negeri-negeri kaum muslimin. Bahkan jihad ini merupakan kewajiban, Allah telah mengizinkan dan bahkan memerintahkannya, dan para ulama juga telah sepakat atas pensyariatannya (yaitu pensyariatan melawan penguasa yang murtad dengan peperangan). Maka kewajiban ini tidak bisa ditolak dengan dalil ayat tersebut.
Maka kita menyatakan bahwa larangan (menyerang orang-orang kafir jika sebagian umat Islam berada di tengah mereka, pent) dalam ayat tersebut bersifat takdir bukan larangan syari’at, atau kita menyatakan larangan tersebut berssifat khusus (untuk kasus Makkah di zaman Nabi SAW, pent), atau kita menyatakan dalil-dalil syar’i lain yang jumlahnya sangat banyak lebih kuat daripada dalil dengan ayat tersebut. Kita serahkan ilmu tentang ayat ini kepada Allah SWT…
Kelompok kedua juga menyatakan pendapat yang mengandung kebenaran dan ketepatan makna mengenai ayat tersebut di atas. Anda bisa membacanya dalam kitab Al-Umdah fi I’dad al-Uddah karya syaikh Abdul Qadir bin Abdul Aziz dan beberapa tulisan para mujahidin dan simpatisan-simpatisan mujahidin.
Pendapat kelompok kedua ini secara umum diikuti oleh mujahidin.
Kesimpulannya, kita berusaha sungguh-sungguh dan berhati-hati agar tidak ada seorang muslim pun yang jatuh sebagai korban dalam operasi-operasi jihad kita, dan kita akan melanjutkan terus jihad kita.
Tentu kita juga bersungguh-sungguh dalam memberikan penjelasan, penerangan, pengumuman, peringatan, dan warning kepada masyarakat luas.
Terkadang ada beberapa kondisi di mana di situ ada target yang besar dan dibenarkan oleh syariat, maka kita tetap menghantam target tersebut meskipun beberapa orang muslim jatuh sebagai korban secara tidak sengaja, dan kondisi-kondisi tersebut diukur sesuai kadarnya, dan masing-masing kondisi dipelajari dan dikaji secara cermat dan teliti. Wallahu a’lam.
Jawaban atas pertanyaan no. 11:
Apa penilaian Anda terhadap kondisi AS saat ini? Apakah benar saat ini AS mulai memasuki masa-masa keruntuhan? Apa prediksi Anda jika tentara AS benar-benar telah ditarik dari Afghanistan dan Irak? Apakah mujahidin akan rela dengan kondisi tersebut ataukah mujahidin akan mencoba menyeret AS kepada peperangan baru? Apa prediksi Anda tentang hal yang harus dilakukan oleh mujahidin untuk menyeret AS sekali lagi? Apakah mereka akan mengulangi serangan 11 September sekali lagi?
Semoga Allah menjadikan wajah Anda selalu berseri-seri.
Saya tidak membayangkan bahwa mujahidin memiliki mimpi-mimpi kosong dan sekedar hobi untuk menciptakan perang-perang, atau memerankan film-film…!!
Kami yakin sepenuhnya bahwa mereka adalah mujahidin di jalan Allah, di atas landasan bashirah dan cahaya petunjuk dari Allah.
Pada akhirnya, mereka adalah manusia seperti manusia lainnya, terkadang benar dan terkadang keliru, namun al-hamdulillah, mereka adalah sebaik-baik manusia, demikian persangkaan kami dan kami tidak menganggap seorang pun suci di hadapan Allah SWT. Kita berdoa semoga Allah mengaruniakan kemenangan kepada mereka dan memberkati perjuangan mereka. Amin…
Saya justru menduga mujahidin akan senang dengan mundurnya AS dan pulang kandangnya AS ke kepulauannya di belakang samudra Atlantik sana, mujahidin tidak akan terburu-buru menyeret AS atau pihak lainnya kepada peperangan baru, karena di hadapan mujahidin aka nada banyak kesibukan tersendiri, setelah Allah menjaga mereka dari keganasan AS. Hanya kepada Allah semata kita memohon pertolongan.
Adapun penilaian saya terhadap kondisi AS, memang saya menyangka titik keruntuhan, kemunduran, dan kelemahan AS mulai terjadi. Namun bisa jadi keruntuhannya berjalan cepat, bisa juga berjalan lambat. Hal itu mungkin saja terjadi, karena beberapa faktor. Kita mengharapkan kebaikan dan berdoa kepada Allah semoga menghancurkan AS. Kaum muslimin di seluruh penjuru dunia mendoakan hal itu, maka kehancurannya tidak akan lama lagi.
Para ulama kita mengatakan: ‘Negara-negara itu kokoh.”
Maksudnya, keruntuhan, kejatuhan, dan menjatuhkannya bukan perkara mudah, apapun keadaannya, seperti sudah biasa terjadi di muka bumi!
Tidak ada sesuatu pun yang sulit bagi Allah, Yang telah menghancurkan kaum Aad pertama, membinasakan kaum Tsamud hingga tidak tersisa, dan melenyapkan Fir’aun yang memiliki bala tentara bak pasak bumi, juga orang-orang yang lebih dahsyat kekuatannya dari mereka. Allah berfirman,
{وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ هَلْ تُحِسُّ مِنْهُمْ مِنْ أَحَدٍ أَوْ تَسْمَعُ لَهُمْ رِكْزًا}
“Dan berapa banyak telah Kami binasakan umat-umat sebelum mereka. Adakah kamu melihat seorang pun dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar?.” (QS. Maryam [19]: 98)
{وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُم مِّن قَرْنٍ هُمْ أَشَدُّ مِنْهُم بَطْشاً فَنَقَّبُوا فِي الْبِلَادِ هَلْ مِن مَّحِيصٍ}
“Dan berapa banyaknya umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini, maka mereka (yang telah dibinasakan itu) telah pernah menjelajah di beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)?.” (QS. Qaf [50]: 36)
{أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَكَانُوا أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعْجِزَهُ مِن شَيْءٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ إِنَّهُ كَانَ عَلِيماً قَدِيراً}
“Dan apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka, sedangkan orang-orang itu adalah lebih besar kekuatannya dari mereka? Dan tiada sesuatu pun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Fathir [35]: 44)
{أَوَ لَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ كَانُوا مِن قَبْلِهِمْ كَانُوا هُمْ أَشَدَّ مِنْهُمْ قُوَّةً وَآثَاراً فِي الْأَرْضِ فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ وَمَا كَانَ لَهُم مِّنَ اللَّهِ مِن وَاقٍ}
“Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi, lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Mereka itu adalah lebih hebat kekuatannya daripada mereka dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi, maka Allah mengazab mereka disebabkan dosa-dosa mereka. Dan mereka tidak mempunyai seorang pelindung dari azab Allah.” (QS. Ghafir [40]: 21)
Hanya saja, kita berbicara berdasar sunah kauniyah dan kebiasaan Allah terhadap hamba-hamba-Nya.
Ada beberapa faktor yang mendukung kehancuran negara thaghut ini, seperti semakin terjepit dan dalamnya kemunduran AS di Irak, kemudian AS mundur dari Irak, demikian juga di Afghanistan; semakin bertambahnya kemenangan-kemenangan parsial mujahidin atas AS di setiap tempat, dan faktor-faktor lainnya.
Ada juga beberapa faktor insidental, misalnya terjadinya perubahan besar di Pakistan yang menguntungkan kaum muslimin —kita memohon kepada Allah agar merealisasikan hal itu untuk kaum muslimin—, kemungkinan pengaruh-pengaruh ekonomi baik masalah minyak maupun masalah lainnya, perubahan dalam negeri AS yang diikuti perpecahan dan kerusakan, dan serangan-serangan baru mujahidin dalam skala sangat besar, kita memohon kepada Allah hal itu semua.
Namun secara umum, baik peristiwa-peristiwa insidental tersebut terjadi atau tidak…AS jelas mengalami kemunduran dan keruntuhan. Segala puji bagi Allah.
Adapun jawaban pertanyaan no. 12:
Saya tidak tahu, saya tidak ingin berbicara tentang hal itu secara detail, kami hanya mengharapkan kebaikan dari Allah, kami bekerja mengharapkan ridha Allah, kami mengajak manusia kepada dien Allah di atas landasan bashirah, kami menunggu-nunggu pertolongan dan karunia Allah, dan kami memohon kepada Allah ampunan dan keselamatan.
Al-Jabhah al-I’lamiyah al-Islamiyah al-‘Alamiyah
Allah Maha Besar – Kejayaan hanya milik Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, akan tetapi orang-orang munafik tidak memahaminya
(muhib almajdi/arrahmah.com)