(Arrahmah.com) – Penulis, ahli puisi, dan artis Jerman yang meraih penghargaan Nobel pada 2007, Günter Grass, baru-baru ini mengejutkan jagat politik internasional. Ia menulis sebuah puisi yang dimuat oleh koran the SudDeutsche Zeitung, Rabu (4/4/2012) yang menyebut Israel sebagai musuh perdamaian dunia.
Puisi yang berjudul Was gesagt werden muss ‘Apa yang harus dikatakan’ itu dinilai oleh media massa dunia yang dikendalikan jaringan zionis Yahudi sebagai ‘anti-Semit’. Lirik puisi itu menyebutkan: “Kenapa aku menunggu sampai sekarang, di abad modern ini, dengan tetesen tinta terakhir untuk mengatakan: Kekuatan nuklir Isreal mengancam perdamaian dunia yang hampir hancur.”
Grass juga mengkritik kebijakan Jerman menjual persenjataan perang kepada Israel. Ia menyerukan pengawasan permanen terhadap kekuatan nuklir Israel dan fasilitas nuklir Iran melalui sebuah komisi internasional.
Setelah keluarnya puisi tersebut, Grass mendapat serangan bertubi-tubi dari kaum Yahudi dan antek-anteknya. The Central Council of Jews di Jerman menuduh puisi Grass sebagai ‘pamflet agitasi yang agresif’. Pimpinan Komite Hubungan Luar Negeri Parlemen Jerman, Ruprecht Polenz, menyatakan kepada Koran the Mitteldeutsche Zeitung bahwa that Grass memiliki ‘banyak kesulitan’ saat ia berkomentar tentang ‘politik’.
Seorang anggota Partai Demokrat Kristen, Philipp Missfelder, menyatakan puisi Grass tidak bermutu, tidak didukung data sejarah, dan menunjukkan kedangkalan wawasan tentang situasi di Timur Tengah. Sementara itu seorang jurnalis Yahudi Jerman, Henryk Broder, menuding puisi Grass memicu ‘anti-Semit’ dan serangan terhadap kaum Yahudi.
Begitulah ketika jaringan penjajah zionis Yahudi internasional menguasai media massa dan panggung politik dunia. Kejahatan zionis Yahudi menjajah dan membantai ribuan kaum muslimin Palestina dianggap angin lalu belaka. Sementara sebuah puisi kritik terhadap bahaya nuklir zionis Yahudi dianggap serangan sebenarnya terhadap kaum Yahudi.
(muhib almajdi/arrahmah.com)