JAKARTA (Arrahmah.com) – Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) lakukan kunjungan perdana ke kantor MUI pusat, untuk bersilaturahim memperkenalkan lembaga baru tersebut dan menyampaikan aspirasi umat tentang keberadaan syi’ah di Indonesia.
“Kami datang ke MUI untuk memperkenalkan diri dan salah satunya membahas fenomena Syi’ah” kata Ustadz Hamid Fahmi Zarkasyi selaku ketua MIUMI kepada arrahmah.com di kantor MUI Pusat, Jl Proklamasi, Jakarta, Selasa pagi(27/3).
Kedatangan MIUMI ke kantor MUI pusat ternyata mendapat tanggapan beragam dari pengurus MUI. Ada dua kelompok besar yang menaggapi lembaga intelektual tersebut, pertama yang khawatir dengan keberadaan MIUMI, dan yang kedua mendukung keberadaan MIUMI.
Kelompok pertama diantaranya adalah KH Amidhan. Ia menilai saat pertama kali mendengat kelahiran MIUMI dirinya langsung terkesan dalam dirinya, jika ada ulama muda berarti ada ulama tua. Artinya ada dikotomisasi ulama. Amidhan mengaku khawatir ada pihak-pihak tertentu yang akan membenturkan MIUMI dengan MUI.
“Saya sangat khawatir, jangan sampai kita dibenturkan. Saya sarankan MIUMI punya kekhususan bidang”, kata Kiyai Amidhan.
Begitu pula dengan Ibu Tuty Alawiyah yang termasuk mengkhawatiri keberadaan MIUMI. Ia mengaku kaget sekali mendengar adanya MIUMI. “Mudah-mudahan bisa saling memperkuat”, harapnya. Ungkap Rektor Universitas As Syafi’iyah Jakarta ini.
Terkait kekhawatiran dua pengurus MUI, Ustadz Hamid Fahmiy menjelaskan bahwa MIUMI fungsinya membantu dan menyokong MUI dalam mensosialisasikan fatwa secara ilmiyah dan intelektual kepada Umat, sehingga benturan yang dikhawatirkan tidak akan terjadi.
” fatwa-fatwa seperti haramnya Sepilis, kita dukung habis-habisan MUI. Kita jelaskan ke masyarakat fatwa tersebut secara akademis”, kata Ustadz Hamid Fahmi.
Sementara itu, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma’ruf Amin menyambut baik kelahiran MIUMI. Apalagi, kata Kiyai Ma’ruf, tokoh-tokoh yang membidani lahirnya MIUMI juga merupakan pengurus MUI Pusat. Seperti Wasekjen MIUMI Fahmi Salim yang merupakan Anggota Komisi Pengkajian dan Penelitian dan Muhammad Zaytun Rasmin, Ketua Umum Wahdah Islamiyah yang juga Wakil sekretaris Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional.
“Kita tahu arahnya MIUMI, jadi sudah terjawab pertanyaan, fa ayna tadzhabun?“, kata Kiyai Ma’ruf.
Sementara Sekjen MUI Pusat, KH Ichwan Syam, menyatakan bergembira atas kehadiran MIUMI. Ichwan mengaku sangat mendorong adanya MIUMI sebagai sumber kaderisasi ulama.
“Sebab selama ini kita mengalami kesulitan kaderisasi prospek kaderisasi ulama Indonesia akan berjalan lebih baik. “, kata Ichwan.
Wakil Sekjen MUI Pusat, Ustadz Natsir Zubaidi berpendapat senada. Menurut mantan Sekjen Dewan Masjid Indonesia (DMI) ini lahirnya MIUMI patut untuk di’tahniahi’. “Saya berkhusnudzan, tidak khawatir atas kelahiran MIUMI”, katanya.
Menurut Natsir, ibarat dalam olahraga tinju, MIUMI akan menjadi sparring partner bagi MUI. “Akan memperkuat komisi Fatwa dan Komisi Pengkajian”, kata Natsir.
“Pendukung MUI bertambah satu”, kata Kiyai Ma’ruf menambahkan perkataan ustadz Hamid Fahmy.
Pada pertemuan tersebut, MIUMI juga menyerahkan dua buah buku berisi data dan fakta kesesatan Syi’ah serta kumpulan fatwa-fatwa ulama Nusantara terhadap ajaran syia’ah.
“Kita menyerahkan dua buah dokumen yang berjudul ‘Syi’ah memecah belah, mencerca shabat, dan mencaci istri Nabi’ dan ‘Himpunan Fatwa dan pernytaan ulama Indonesia’ ” ujar Ustadz Fahmi Salim.
Terkait pembicaraan mengenai Syi’ah, MIUMI menyampaikan rekomendasi ke MUI Pusat untuk segera mengeluarkan fatwa sesat kepada ajaran pencaci maki sahabat Syi’ah. MUI sendiri meminta kaum Muslimin dan MIUMI untuk bersabar dan memaklumi kehati-hatian MUI dalam menyikapi Syi’ah. Sedangkan dari pihak MIUMI maasih memiliki harapan i’tikad MUI untuk menghadapi syi’ah.
“Kalau melihat janji MUI, kita masih optimistis untuk mereka mengeluarkan fatwa, dan kita juga akan mendesak terus-menerus untuk mengeluarkan fatwa”Pungkas Ustadz Farid Okbah selaku pengurus MIUMI. (bilal/arrahmah.com)