KABUL (Arrahmah.com) – Dalam salah satu kasus serius yang menimpa sipil Afghan selama perang Afghan yang telah berlangsung 9 tahun, pejabat Afghan pada Senin (26/7/2010) mengatakan bahwa 52 orang telah tewas di wilayah Helmand pada Jumat (23/7) ketika serangan roket menghantam sebuah rumah dimana para perempuan dan anak-anak berlindung saat NATO melancarkan serangan udara.
Presiden boneka Hamid Karzai hanya mengutuk serangan NATO dan mengatakan bahwa serangan tersebut tidak berperikemanusiaan dan tidak dapat diterima.
Berbicara melalui telepon, seorang penduduk lokal sekaligus saksi mata saat peristiwa berlangsung, Mohammed Usman (57) mengatakan ia membantu mengangkat jenazah 17 anak dan 7 perempuan dari puing-puing.
“Mereka menyerang kami dan mereka membunuh anak kecil dan kaum perempuan tak bersalah,” ujarnya.
“Tuhan tidak akan pernah memaafkan mereka.”
Pemerintahan boneka Karzai mengatakan bahwa informasi ini datang dari badan intelijen.
Namun lagi-lagi militer kafir AS yang bersekutu dengan NATO menolak laporan tersebut dan mengatakan terlalu dini untuk menyimpulkan.
“Spekulasi mengenai dugaan kecelakaan di kalangan sipil di desa Rigi belum ditemukan seluruhnya,” ujar Rear Adm. Gregory Smith, Direktur Perhubungan untuk militer AS dan NATO.
“Kami tengah melakukan investigasi gabungan dengan partner kami dari Afghan dan akan melaporkan apapun yang kami temukan,” klaimnya.
Penduduk Helmand mengulang peristiwa naas tersebut, saat militer AS melakukan operasi besar di distrik Sangin yang selama bertahun-tahun menjadi tempat mematikan bagi tentara salibis AS dan NATO. Mujahidin Imarah Islam Afghanistan memperingatkan penduduk untuk meninggalkan wilayah perang dan kebanyakan dari mereka berlari ke desa Rigi yang hanya berisi belasan rumah.
Anak-anak dan kaum perempuan dari delapan keluarga berlindung dalam satu rumah dan para pria berjaga-jaga di pegunungan sekitar desa. Sekitar pukul 16.30, mereka mendengar satu dari dua ledakan besar yang berasal dari desa Rigi.
“Mereka menargetkan daerah yang kami kira aman, namun dalam satu kali hantaman mereka membunuh lebih dari 52 orang,” ujar Abdul Samad Jan (25). “Kebanyakan dari yang gugur adalah perempuan dan anak-anak dan aku kehilangan banyak anggota keluarga.” (haninmazaya/arrahmah.com)