LONDON (Arrahmah.com) – Pemimpin kelompok fasis anti-Islam Inggris mengatakan pada hari Jumat (23/3/2012) bahwa gerakannya akan membentuk partai politik pada bulan Mei mendatang.
Stephen Lennon, kepala Liga Pertahanan Inggris (EDL), mengatakan kelompok akar rumput yang berusia tiga tahun itu ingin beralih dari kelompok yang hanya melakukan demonstrasi jalanan menuju kelompok politik yang ikut dalam pemilihan.
“Partai politik anti-Islam Inggris akan diluncurkan pada bulan Mei dalam demonstrasi di Luton,” kata Lennon pada Reuters. Ia mengatakan partainya itu akan diberi nama Partai Kebebasan.
“Pada demonstrasi Luton, seluruh negeri akan mendengar kemunculan sebuah partai politik anti-Islam yang memberikan pilihan pada setiap orang dengan cara non-rasis, yang berbeda dari Partai Nasional Inggris.”
EDL ini dibentuk sebagai tanggapan atas protes sekelompok kecil Muslim radikal yang meneriakkan slogan-slogan yang diarahkan pada tentara Inggris dalam parade kepulangan mereka di Luton, sebelah utara London.
EDL mendapat perhatian internasional Juli lalu setelah Anders Behring Breivik, pria Norwegia yang membunuh 77 orang dalam aksi yang ia sebut sebagai “misi internasional untuk mencegah kebangkitan Islam”, mengaku telah melakukan kontak dengan para pemimpin dan anggota EDL.
EDL membantah hubungan formal dengan Breivik dan Lennon menolak kelompoknya disebut sebagai ekstrim kanan.
“Kami membenci Nazi, kami anti-Nazi,” katanya sembari menekankan dukungan kelompoknya bagi Yahudi dan Israel.
“Di Inggris, kami satu-satunya organisasi yang berdiri untuk komunitas Yahudi.”
Namun, kritikus dan komentator menuduh EDL menjadi sebuah wajah baru kelompok ekstrim kanan, yang tidak hanya menentang Islam garis keras tetapi juga menentang semua Muslim. Organisasi ultranasionalis itu pun beranggotakan mantan kaum hooligan.
Lennon sendiri dinyatakan bersalah tahun lalu karena perkelahian jalanan yang melibatkan fans sepak bola dan juga dinyatakan bersalah atas penyerangan selama perselisihan dalam salah satu demonstrasi EDL.
Aksi unjuk rasa kelompok ini sering berakhir dalam konfrontasi kekerasan dengan organisasi anti-fasis. (althaf/arrahmah.com)