KABUL (Arrahmah.com) – Tahun 2010 disinyalir sebagai tahun terburuk di Afghanistan sejak AS memimpin invasinya ke negara tersebut tahun 2001, salah satu organisasi HAM Afghanistan melaporkan.
Menurut Afghanistan RIghts Monitor (ARM), kematian warga sipil terus mengalami peningkatan bersamaan dengan terus meningkatnya kekerasan yang terjadi di Afghanistan dan klaim kekalahan Taliban yang diungkapkan oleh salibis AS dan para sekutunya semakin jauh dari kenyataan.
“Dalam hal kekerasan, 2010 menjadi tahun terburuk sejak runtuhnya rezim Taliban di penghujung 2001,” lembaga tersebut mengatakan, dikutip Al Jazeera pada Senin (12/7).
“Bukan hanya itu, perlawanan yang diperlihatkan oleh kelompok ‘militan’ pun semakin pelik dan secara dramatis terus menguat,” tambah ARM.
Sekitar 1.074 warga sipil tewas dan lebih dari 1.500 orang mengalami cedera akibat peperangan di awal 2010. Jumlah ini sangat tinggi dibanding jumlah korban pada periode yang sama tahun lalu yakni 1.059 jiwa.
Sementara itu, sejak akhir Desember tahun lalu, presiden Amerika Serikat, Barack Obama, terus-menerus mengirimkan pasukan tambahan ke Afghanistan, sebagai bagian dari strategi baru yang disusun untuk mengalahkan Taliban dan dengan dalih mempercepat perang yang sudah berlangsung selama kurang lebih sembilan tahun ini.
Namun laporan pertengahan tahun ARM yang berjudul “Korban Sipil Akibat Konflik” menyatakan bahwa kebijakan Obama dalam mengintensifkan operasi militer di Afghanistan justru menjadi faktor yang memperburuk keadaan. Anggapan bahwa strategi tersebut akan mengalahkan Taliban ternyata meleset sama sekali.
“Sebaliknya, perlawanan semakin meningkat, pelik, dan mematikan,” ungkap ARM.
Jumlah tentara asing ini menurut rencana akan terus meningkat. Dalam beberapa minggu yang akan datang, AS akan menambah 10.000 pasukan tambahan. Laporan semakin buruknya kondisi Afghanistan ini, nampaknya akan semakin buruk dengan direalisasikan strategi perluasan perang AS ke Pakistan, dengan dalih yang sama: menghadang insurgensi Taliban. (althaf/arrahmah.com)