JAKARTA (Arrahmah.com) – Pengamat Politik Ray Rangkuti menilai bahwa pembelian pesawat khusus kepresidenan dari hasil utang jelas menunjukkan betapa pemerintah tidak peka.
“Bukan tidak boleh, tapi liat situasinya, bukan melarang, kebijakan situasi menghabiskan dana, tidak berhambur-hamburkan uang hampir Rp1 Triliun,” kata Ray saat berbincang dengan okezone, Sabtu (11/2/2012).
Dia menambahkan saat ini kondisi masyarakat Indonesia tengah sulit, dimana kebutuhan pokok yang terus merangkat naik, belum lagi ancaman kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
“Ini jelas menyakiti hati rakyat dan seolah pemerintah tidak peka terhadap apa yang dialami oleh rakyat,” terangnya.
Presiden susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam pidatonya berulang kali menekankan soal penghematan, namun kenyataannya Kepala Negara tidak melakukan penghematan.
“Hingga saat ini kita belum mengetahui jenis pesawat yang di beli, dan saya melihat prosesnya memang tidak terlalu transparan,” tukasnya.
Sebelumnya, Koordinator Advokasi dan Investigasi Sekretariat Nasional Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Uchok Sky Khadafi mengatakan bahwa pembelian pesawat khusus presiden hasil dari hutang.
“Kalau pembelian pesawat bukan dari utang, memang pihak luar negeri mau bayar dengan rupiah? Pasti enggak mau dong, maka bayar dari utang,” ujar Uchok dalam pesan singkatnya kepada okezone, 10 Februari kemarin.
Menurut Uchok, pembayaran pengadaan pengadaan pesawat tertanggal 21 Januari 2012 kepada pihak Boeing Company jelas-jelas memperlihatkan pemerintah tengah “kucing-kucingan” dengan publik demi meng-goalkan pembelian pesawat kepresidenan tersebut.
“Dan Istana tidak tahu malu, karena pembelian pesawat ini sangat mengusik rasa keadilan rakyat, dan publik pasti menolak pembelian ini karena hanya mengahambur-hamburkan duit utang saja, dan yang bayar tetap disuruh rakyat melalui pajak,” tegasnya. (okz/arrahmah.com)