MADURA (Arrahmah.com) – Untuk menikmati karya intelektual, kini tak lagi mudah. Pasalnya sebuah Perpustakaan Daerah Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, melarang masuknya buku-buku yang dianggap berbau radikalisme.
Kepala Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Pamekasan, Luqman Hakim menjelaskan, jika buku bertema radikalisme menjadi referensi dan bacaan pengunjung, dikhawatirkan hasil bacaan akan berpengaruh kepada yang bersangkutan.
“Sengaja memang kita sweeping semua buku yang berbau aliran keras karena kita berfikir dampak negatifnya,” kata Luqman, Senin (6/2).
Luqman mengakui, banyak kiriman buku yang disumbangkan oleh beberapa penerbit kepada perpustakaan daerah. Namun buku-buku tersebut diseleksi terlebih dahulu oleh sebuah tim yang menurutya layak untuk dibaca oleh umum.
“Kami tentukan dulu melalui tim seleksi buku, mana buku yang layak untuk konsumsi publik dan mana yang tidak layak menjadi bahan bacaan publik,” katanya.
Luqman menjelaskan, di antara buku berbau radikalisme yang dilarang adalah buku-buku yang mengarah kepada tindak kekerasan dan terorisme.
“Tidak perlu saya sebutkan satu-satu bukunya. Tapi kalau sampulnya saja soal ledakan bom, sambil mengacungkan senjata dan pedang, sudah bisa diprediksi isinya,” ujarnya.
Tidak hanya buku, tetapi beberapa majalah dan buletin yang menyebarluaskan semangat terorisme juga tidak luput dari sasaran.
“Dari 80 persen pengunjung yang datang ke perpustakaan adalah pelajar dan mahasiswa. Jika otak mereka sudah terisi dengan bacaan yang ekstrem, radikal dan sebagainya, pengaruh jangka panjangnya sulit untuk merubah pola fikirnya,” Tandasnya.
Ditegaskan Luqman, buku-buku berbau radikalisme jika dibandingkan dengan jumlah buku yang lainnya jauh lebih sedikit. Tetapi, menurutnya buku yang jumlahnya sedikit dan berbeda dengan buku lainnya itu yang kecenderungannya dicari oleh pembaca.(bilal/kps/arrahmah.com)