BEIJING (Arrahmah.com) – Kekejaman polisi Cina terhadap muslim Uighur kembali terbongkar. Associated Press pada Jumat (25/6) melansir sebuah laporan mengenai seorang warga Xinjiang yang meminta suaka pada pemerintah Belanda.
“Sekali waktu saya, setelah keluar dari pesawat saya minta pihak keamanan bandara bahwa saya membutuhkan perlindungan politik,” kata Vali (22) melalui telepon pada AP.
“Saya katakan pada mereka segala yang saya alami dan ketidakinginan saya untuk kembali ke Cina. Karena jika saya kembali maka sudah bisa dipastikan 100% saya akan mati,” lanjutnya.
Vali meninggalkan rumah atas desakan ayahnya beberapa hari pasca kerusuhan berdarah di Xinjiang tahun lalu. Ia bersembunyi selama berminggu-minggu sebelum akhirnya ia melarikan diri ke Belanda dan bergabung dengan 150 Muslim Uighur lainnya, mencari perlindungan.
Menurut AP, Vali dan beberapa orang lainnya yang diwawancara hanyalah segelintir dari banyak Uighur yang keluar akibat tindakan keras pemerintah.
Ada sedikitnya 300 warga Uighur yang diperkirakan telah melarikan diri dari Cina sejak kerusuhan pada Juli lalu, menurut Kongres Uighur Dunia. Sebagian menyelinap secara ilegal ke negara-negara tetangga di Asia Tengah, yang secara berkala mengekstradisi Uighur kembali ke Cina.
Menurut pemerintah Cina, kelompok muslim Uighur adalah teroris atau penjahat yang mengancam keamanan di kawasan itu, dan telah meminta negara lain untuk mengekstradisi warga Uighur yang mengungsi.
Kamboja mengirimkan 20 orang pengungsi Uighur kembali ke Cina pada bulan Desember, meskipun diprotes oleh pihak internasional. Sedang Turki, yang memiliki kedekatan secara etnis, membuat aturan masuk yang cukup ketat ke negaranya bagi warga Uighur. (althaf/arrahmah.com)