MOGADISHU (Arrahmah.com) – Harakah Al Shabab Mujahidin memperingatkan seluruh warga di Somaliland untuk tidak memilih dalam pemilihan presiden. Hal ini disampaikan melalui rekaman audio yang diterima AFP pada Jumat (25/6).
“Mereka yang ambil bagian dalam pemilihan akan menerima konsekuensi,” kata Ahmed Abdi Godane, amir Al Shabab, dalam pesan yang dirilis menjelang pemilu yang akan diselenggarakan pada hari Sabtu di Somaliland.
Godane, yang juga dikenal sebagai “Abu Zubair” dan merupakan penduduk asli kota Hargeisa (ibukota Somaliland), mengatakan pemilihan diselenggarakan untuk menghadang kekuatan Islam di Somalia.
Pemilihan presiden Somaliland yang sempat tertunda tiga kali sejak tahun 2008 rencananya akan dilaksanakan hari Sabtu, tepat 50 tahun setelah wilayah tersebut memperoleh kemerdekaannya dari Britania.
Somaliland menyatakan wilayahnya merdeka pada tanggal 26 Juni 1960, kemudian bergabung dengan Somalia, yang pernah ada di bawah pemerintahan Italia, tapi memisahkan diri lagi tahun 1991, pasca diturunkannya presiden Somalia Mohamed Siad Barre.
Sementara Somalia tengah dan selatan menjadi kacau, Somaliland berhasil memastikan stabilitas dan mengembangkan perekonomiannya, tetapi belum diakui secara internasional sebagai sebuah negara merdeka.
Dalam pesan audio yang dikirim ke media pada hari Kamis itu, pemimpin Al-Shabaab mengatakan syari’at Islam tidak mendukung pemilihan umum dan demokrasi.
“Hal pertama adalah bahwa pemilu dan demokrasi sangat berbahaya. Allah berfirman siapa saja yang mengikuti hukum yang tidak berasal dari Allah, telah sepenuhnya menjadi kafir dan meninggalkan agama Allah,” kata Godane. Ia pun mendesak dan menyeru umat Islam untuk melawan demokrasi.
“Setiap individu harus berjuang melawan demokrasi secara lisan, jika perlu menggunakan tangannya untuk melawan demokrasi atau meninggalkan daerah di mana demokrasi sedang dipraktekkan,” katanya. (althaf/arrahmah.com)