BEKASI (Arrahmah.com) – Di tengah gencar-gencarnya ‘pembinaan kerukunan’ umat, kelompok Kristen Radikal Bekasi justru sibuk ‘memancing kerusuhan’ antarumat beragama. Para misionaris Kristen Radikal Bekasi tak pernah puas menabuh permusuhan antarumat beragama.
Belum usai kasus penodaan Abraham Felix yang menghina umat Islam dengan menginjak Al-Qur’an di SMA 5 Bekasi, muncul pelecehan agama bertajuk “Gerakan Menghabisi Islam” yang memasukkan Al-Qur’an ke dalam WC di blog Santo Bellarminus Bekasi. Sepekan kemudian kelompok Wong Christoper menginjak-injak kesabaran Muslim Bekasi dengan membuat formasi Pedang-Salib di pelataran Masjid Agung Bekasi dalam pawai Hari Pendidikan Nasional (2/5).
Ketika polisi sedang sibuk mengusut berbagai kasus penodaan tersebut, kini muncul kasus yang jauh lebih dahsyat di Perumahan Kemang Pratama Regency. Ratusan warga Muslim di kawasan Senen, Jakarta Pusat ditipu dengan berbagai cara, lalu dibaptis di Perumahan Kemang Pratama Regency, Bekasi. Darah umat Islam makin mendidih dibuatnya!
Peristiwa biadab bagi keharmonisan umat beragama ini terjadi Selasa siang, sekira pukul 13.30 WIB. Tiba-tiba tiga buah minibus Kopaja warna hijau parkir di ujung jalan Kumala 2. Ratusan penumpang yang kebanyakan wanita pun turun menuju rumah di blok L nomor 14, milik Hendry. Mereka terdiri dari beragam umur, dari anak-anak balita hingga nenek-nenek. Sebagian di antaranya adalah ibu-ibu yang berjilbab rapi.
Para ibu muslimah tetangga Hendry yang sudah lama mengendus aktivitas pemurtadan di lokasi tersebut segera mendatangi Samsul dan Bandi, security perumahan yang sedang piket di pos satpam.
“Ada apa ini pak kok banyak bis?” Syamsul menjawab, “Saya tidak tahu itu acara apaan. Setahu saya di rumah Pak Hendry sering ada acara Bu,” jawabnya singkat.
Tak puas dengan jawaban itu, para ibu muslimah perumahan elit itu meminta agar Syamsul agar melaporkan sekaligus menanyakan izin acara keramaian tersebut kepada ketua RT setempat.
Setengah jam kemudian satpam menelepon para ibu muslimah, “Assalamu’alaikum, lapor Bu. Saya sudah cek, di rumah Pak Hendry ada acara pembaptisan,” lapor Syamsul. “Malah sekarang nambah tiga bus lagi Bu, jadi ada enam bus bertuliskan Senen dan Daan Mogot,” tambahnya.
Setengah jam kemudian, beberapa ibu muslimah yang aktif di majelis taklim perumahan tersebut kembali mendatangi rumah Hendry, ternyata sudah sepi. Mereka pun mendatangi satpam. “Kok nggak ada pak, bus Kopajanya?” “Oh, sudah selesai Bu, acara pembaptisannya,” jawab Syamsul ramah.
Mendengar keterangan itu, para ibu muslimah balik pulang ke rumah masing-masing. Baru lima belas menit sampai di rumah, satpam kembali menelepon ibu-ibu muslimah. “Assalamu’alaikum. Lapor Bu, sekarang ada delapan bus lagi,” lapor satpam. “Wa’alaikum salam pak. Tolong dicari tahu, mereka dari mana?” jawab seorang ibu muslimah. “Sudah saya tanya bu, koordinator rombongannya menjawab dari Yayasan Mahanaim. Semua informasi sudah saya laporkan kepada Wakil Ketua RT. Kata Wakil Ketua RT acara tersebut tidak ada izinnya Bu,” jelas Syamsul.
Tak mau kecolongan kedua kalinya, para ibu muslimah langsung menghubungi para pengurus masjid. Tak membuang-buang waktu, usai shalat ashar, Ustadz Ikhlas Bahar dan jamaah Masjid Baitul Jihad Kemang Pratama 2 pun menggeruduk rumah beralamat di Perumahan Kemang Pratama Regency, Jalan Kumala 2 blok L nomor 14 milik Hendry.
Di lokasi sudah ada delapan bus Kopaja terparkir di pinggir jalan. Para pengurus masjid segera masuk ke rumah Hendry yang digunakan sebagai tempat pembaptisan massal. Pemilik rumah tidak mengaku acara tersebut sebagai pembaptisan.
Acara pembaptisan pun jadi kacau-balau. Beberapa orang yang baru masuk kolam renang kembali keluar dari kolam renang. Prosesi acara yang baru dimulai pun gagal dilaksanakan.
Ibu-ibu wanita yang diinterogasi pengurus masjid mengaku berasal dari kawasan Senen dan Tanah Tinggi, Jakarta Pusat.
Ikhlas terus mencari tahu kebenaran informasi pembaptisan di rumah itu. Ia pun mencurigai seorang pemuda berkacamata yang membawa tas dan mengenakan kaos biru. Sejak kedatangan para pengurus masjid, pria tak dikenal ini begitu sibuk menelepon ke sana kemari. Pria yang kaosnya bertuliskan “Berbagi Bahagia” ini dicecar berbagai pertanyaan oleh para pengurus masjid, namun selalu menjawab dengan kalimat yang berbelit-belit.
Andreas mengadakan bahwa dia sedang mengadakan bimbingan tes dan bimbingan belajar dari kelompok studi Bimbingan Belajar Pelangi. Materi yang diajarkan adalah matematika dan bahasa Inggris.
Jawaban ini membuat warga makin tak percaya. Terlihat jelas bahwa Andreas berbohong dan mengada-ada, karena massa yang didatangkan itu terdiri dari anak-anak balita, anak-anak SD, ibu-ibu, bapak-bapak dan nenek-nenek. “Mana ada nenek-nenek ikut bimbingan tes matematika?” tukas Sulaiman Ahmad, pengurus Yayasan Babut Taubah Al-Insani Kemang Pratama 1.
Warga perumahan makin kesal, karena acara yang melibatkan ratusan massa yang bercampur baur dari anak-anak kecil, nenek-nenek, ibu-ibu dan bapak-bapak itu tak diadakan secara diam-diam tanpa melapor kepada RT dan RW.
Karena kesal, dengan nada keras para pengurus masjid dan warga sekitar menanyakan KTP sang pemuda. Setelah terdesak, ia pun mengaku bahwa dialah koordinator acara tersebut. Dari KTP sang pemuda, jelaslah bahwa sang pemuda adalah bukan warga Kemang Regency, melainkan orang dari luar perumahan. Tertera di KTP, ia bernama Andreas Dusly Sanau, lelaki Kristen kelahiran Tanjung Bara 2 Mei 1981 yang kini beralamat di Pondok Kopi RT 04/RW 04 Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur.
Ketika ditanya jumlah massa yang didatangkan, Andreas menjawab bahwa jumlah totalnya ada 350 orang, terdiri dari 100 anak-anak dan 250 orang dewasa. Jawaban Andreas ini dinilai kebohongan oleh para warga. Karena satu minibus Kopaja berkapasitas 30 orang. Berarti jumlah massa yang diangkut dalam 14 minibus adalah 420 orang.
Anehnya, setelah diinterogasi warga sekitar, Andreas buru-buru menyelinap ke dalam lalu berganti kaos. Ada apa dengan kaos berlogo “Berbagi Bahagia,” sehingga ia berganti kaos ketika hendak digelandang ke kantor polisi?
Seorang pembantu wanita di rumah Hendry menjelaskan, bahwa acara permandian di rumah itu sudah sering dilakukan. “Biasanya setelah renang itu kemudian dibaptis,” kata sang pembantu. Tapi rencana pembaptisan Selasa siang itu batal dilakukan, karena pendetanya belum datang, tapi sudah digerebek warga.
Tak lama kemudian, datanglah Ustadz Salimin Dani, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah (DDII) Bekasi. Ia menjelaskan bahwa dari logo kaos yang bertuliskan “Berbagi Bahagia” adalah milik Yayasan Mahanaim. Bulan November 2008 lalu, Yayasan Mahanaim juga berulah di Bekasi dengan membuat acara tipuan berkedok “Bekasi Berbagi Bahagia” yang salah satu acaranya adalah pembaptisan terhadap umat Islam.
Untuk menghindari amukan warga, massa dipulangkan ke Jakarta dengan minibus masing-masing. Hendry dan Andreas, dua orang yang paling bertanggungjawab dalam acara pembaptisan, dibawa ke Polsek Bekasi Timur, kemudian dipindahkan ke Polres Metro Bekasi. Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi, Kompol Ade Ary Syam Indradi ketika ditemui voa-islam.com tak berkomentar apapun soal kasus pembaptisan itu, karena hingga pukul 22.00 WIB, Hendry dan Andreas sedang menjalani pemeriksaan intens di Polres Metro Bekasi.
Selain itu, untuk keterangan lebih lanjut Polsek Bekasi Timur memintai keterangan kepada beberapa orang saksi mata kejadian, antara lain: Sulaiman Ahmad (Yayasan Baabu Taubah), Ikhlas Bahar (Masjid Baitul Jihad), Cecep Pramono (Wakil Ketua RT), Edi Kusnadi (tetangga Hendry), dan pembantu wanita Hendry.
Di mata warga, Hendry adalah sosok eksklusif yang tak pernah bergaul dengan warga sekitar. Menurut Adi, bendahara RT setempat, semenjak dua tahun tinggal di perumahan elit itu, Hendry tak pernah ikut dalam acara-acara RT baik rapat kegiatan sosial maupun acara-acara olahraga. Warga etnis China ini dikenal pendiam, sehingga tak ada warga yang tahu apa profesi dan aktivitas Hendry.
Dalam pantauan voa-islam.com, rumah dua lantai milik Hendry yang luasnya sekira 400 meter ini didesain sedemikian unik tak layaknya rumah tinggal. Lantai satu dibagi menjadi dua bagian, separoh dipakai sebagai ruang pertemuan, sedangkan sisanya terhampar kolam renang memanjang dari depan ke belakang. Kedua ruangan itu dipisahkan oleh kaca tembus pandang. Sedangkan lantai dua juga kosong, hanya ada meja dan kursi layaknya ruang pertemuan. [voa-islam/arrahmah.com]