AMERIKA SERIKAT (Arrahmah.com) -Sebuah survei investor internasional mengatakan kapitalisme berada dalam krisis karena ketidaksetaraan pendapatan tumbuh di negara barat.
Menurut Bloomberg Global Poll yang dirilis pada Rabu (25/1/2012), mayoritas investor setuju bahwa ketimpangan pendapatan merusak ekonomi dan bahwa pemerintah harus melakukan sesuatu tentang hal itu.
Lebih dari 70 persen dari para investor mengatakan sistem ini (kapitalisme) berada dalam krisis, 32 persen mengatakan perlunya “perubahan radikal”, dan 39 persen lain menganggap gejolak krisis akan memudar dengan sendirinya.
Para investor juga menyuarakan “kekhawatiran” tentang peran industri keuangan dalam masyarakat, dengan 70 persen menganggap setidaknya beberapa kebenaran dalam argumen tersebut bahwa “bank memiliki kekuasaan terlalu besar atas pemerintah”.
Sementara itu, 70 persen dari mereka yang disurvei mengatakan bahwa penurunan ekonomi Eropa akan menyebabkan ketidakstabilan sosial pada tahun 2012, termasuk kerusuhan-kerusuhan lainnya.
Jajak pendapat kuartal, yang dilakukan pada 23-24 Januari, mempertanyakan 1.209 investor, analis dan pedagang yang menjadi pelanggan Bloomberg.
Gerakan Occupy Wall Street (OWS), sebuah gerakan protes yang dimulai pada tanggal 17 September 2011 di Zuccotti Park, di zona keuangan Wall Street, New York, untuk memprotes ketidaksetaraan ekonomi dan sosial, pengangguran tinggi, kerakusan, serta korupsi, dan pengaruh perusahaan-perusahaan besar—terutama dari sektor jasa keuangan—terhadap pemerintah. Para demonstran merujuk pada ketidaksetaraan pendapatan dan kekayaan di AS antara orang-orang kaya dan seluruh penduduk AS. Protes di New York itu telah memicu munculnya protes dan gerakan Occupy serupa di seluruh dunia.