ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Para pemimpin militer dan intelijen Pakistan bertemu dengan perdana menterinya pada hari Selasa (24/1/2012), statsiun televisi nasional Pakistan melaporkan di tengah krisis politik paling buruk pasca kudeta 1999.
Ketegangan terus berlangsung mengenai memo misterius yang diduga disusun atasan arahan mantan duta besar untuk Washington, Husain Haqqani, yang meminta AS membantu mengekang militer.
Pada saat yang sama, Presiden Asif Ali Zardari, sedang melakukan kunjungan kenegaraan dua hari ke Myanmar.
Televisi pemerintah memberikan rincian mutakhir pada pertemuan tinggi, yang juga dihadiri oleh menteri luar negeri, bahwa hanya masalah keamanan regional, terutama situasi di Afghanistan, yang telah dibahas.
Ketika seorang pengusaha Amerika mengungkapkan perannya dalam menulis dan memberikan memo tersebut akhir tahun lalu, tentara itu marah. Haqqani dipaksa mengundurkan diri, dan “Memo Gate” telah terkunci oleh Zardari dan militer dalam perang sejak itu.
Mahkamah Agung Pakistan pekan lalu menunda sidang perkara penghinaan Perdana Menteri Yusuf Raza Gilani dalam sebuah kasus yang bisa mendorongnya hengkang dari kekuasaan dan menambah kekecewaan bahwa pemerintah sipil sudah tidak bisa lagi memimpin Pakistan.
Militer, meskipun secara resmi di bawah kontrol sipil, menetapkan kebijakan luar negeri dan keamanan serta menarik kritik publik setelah pasukan AS membunuh pemimpin Al-Qaeda, Syaikh Usamah bin Laden di tanah Pakistan dalam serangan Mei 2011, suatu tindakan dilihat oleh banyak orang Pakistan sebagai pelanggaran kedaulatan.
Krisis terbaru di Pakistan, yang telah meningkatkan kekhawatiran akan ketidakstabilan lebih lanjut di negara bersenjata nuklir ini, menjadi masalah baru bagi Washington.
Amerika Serikat ingin hubungan antara pemimpin sipil dan militer berjalan dengan baik sehingga Pakistan bisa membantu upaya-upaya AS untuk ‘menstabilkan’ negara tetangganya, Afghanistan, yang merupakan prioritas utama bagi Presiden Barack Obama. (althaf/arrahmah.com)