SOMALIA (Arrahmah.com) – Setelah sejak enam bulan bencana kelaparan melanda wilyaha Somalia, Puntland, Timur Laut Somalia harus menghadapi bertambahnya jumlah pengungsi yang datang, dan para pengungsi hingga kini masih berada di dalam kelaparan.
Arus besar para pengungsi yang melarikan diri ke bagian negara lain akibat kekeringan berkepanjangan meluas, membuat Puntland harus berjuang lebih keras untuk mengatasinya.
Sejak 2011, negara di Afrika Timur menghadapi kekeringan parah, merupakan salah satu bencana kemanusiaan terburuk dalam sejarah karena jutaan orang menderita kelaparan.
Lebih dari 180.000 warga Somalia meninggalkan rumah-rumah mereka untuk mencari bantuan di bagian negara lain, sekitar 85.000 mengungsi ke Kenya, sebagian besar di kamp pengungsi Dadaab.
47.000 lainnya pergi ke daerah Barat, Ethipoia, dan yang lainnya ke Djibouti dan Yaman.
Enam bulan krisis kelaparan dinyatakan, sekitar 13 juta orang masih menderita kelaparan dan kekurangan pangan di Afrika Timur.
Di Puntland, organisasi bantuan internasional menyediakan bantuan bagi para keluarga yang kelaparan dengan bantuan makanan, namun banyak pengungsi yang menyatakan tidak cukup.
Wartawan Aljazeera mengatakan, banyak kendala yang dihadapi oleh usaha kemanusiaan di wilayah tersebut.
Penderitaan para pengungsi Somalia tak hanya kelaparan, tetapi banyak dari mereka yang harus menghadapi tindakan keji dari pasukan kafir Kenya, terkhusus para pengungsi di Dadaab, Kenya yang mendapatkan perlakuan paling keji dari pasukan kafir Kenya seperti pemukulan, pemerkosaan, penyiksaan, dan baru-baru ini dilaporkan bahwa beberapa pengungsi Somalia di kenya di bakar hidup-hidup oleh pasukan Kenya.
(siraaj/arrahmah.com)