IRAN (Arrahmah.com) – Selat Hormuz menjadi titik eskalasi keteganan antara Washington-Teheran baru-baru ini, setelah AS yang menyatakan dirinya sebagai police state mengumumkan untuk memboikot Bank Sentral Iran atas program nuklir negara itu dalam upaya untuk menghukum perusahaan-perusahaan asing dan Bank yang berbisnis dengan institusi keuangan Iran, kemudian AS menargetkan penjatuhan hukuman terhadap produksi minyak Iran dengan mencegah para penyuling di seluruh dunia dari membayar minyak mentah Iran.
Iran kemudian merespon sangsi tersebut dengan berencana menutup selat Hormuz jika sangsi benar-benar diterapkan.
Mohammad Reza Rahimi, wakil presiden pertama Iran, telah memperingatkan sebelumnya bahwa pengenaan sangsi minyak kepada negaranya akan mendesak Teheran untuk mencegah kargo minyak melewati selat Hormuz.
“jika mereka memberlakukan sangsi terhadap minyak Iran, bahkan setetes minyak pun tidak akan diizinkan untuk melewati selat Hormuz,” tambahnya.
Para penasehat AS mengatakan bahwa Iran membutuhkan dana dan prasarana untuk menutup selat Hormuz.
“mereka telah berinvestasi sesuai kemampuan, untuk jangka waktu penutupan selat Hormuz,” kata ketua gabungan staf, Jn.Martin Dempsey, yang berbicara pada wawancara langsung di CBS Tv kemarin (8/1/2012).
Penasehat militer tertinggi Barack Obama itu menambahkan bahwa AS akan berusaha membuka selat Hormuz tersebut jika Iran memutuskan untuk menutupnya.
“kami telah menginvestasikan kemampuan untuk memastikan bahwa jika itu terjadi, kita bisa mengalahkannya,” tambahnya.
Sementara itu, Komandan Agkatan Laut Iran, Lks. Habibullah Sayyari telah menegaskan bahwa Iran memiliki hak penuh atas selat Hormuz dan untuk menutupnya sangatlah mudah bagi Angkatan Laut Iran. (siraaj/arrahmah.com)