BEKASI (Arrahmah.com) – Majelis Ilmu Ar-Royyan (MIAR) untuk kedua-kalinya ditahun Hijriyyah 1433 menggelar Kuliah Umum di Masjid Muhammad Ramadhan, kemarin, Ahad (8/1/2012), bertemakan kritenisasi yang merupakan bumerang ditubuh kaum Muslimin dan menjadi permasalahan serius Umat Islam yang harus diperhatikan.
Kali ini juga MIAR mengangkat tema tersebut setelah sebelumnya 3 bulan secara berturut-turut membahas permasalahan ini pada Kuliah Umum sebelumnya. “Sejarah Kristenisasi di Indonesia dan Modus Penyebarannya” merupakan tajuk dari acara ini.
Acara rutin yang diselenggarakan setiap Ahad kedua tiap bulannya tersebut mengundang Ustadz Hartono Ahmad Jaiz sebagai salah-satu narasumber tamu mendampingi Ustadz Abu Muhammad Jibriel AR. selaku Amir MI Ar-Royyan dan Wakil Amir Majelis Mujahidin.
Pada kesempatan pertama, Ustadz Hartono yang juga berprofesi sebagai wartawan, penulis buku-buku Islam, dan berkecimpung dalam masalah-masalah gerakan pemurtadan umat Islam, menyampaikan bahwa kegiatan kristenisasi khususnya yang ada di Indonesia banyak dipengaruhi oleh para orientalis Belanda yang berkiprah pada masa-masa penjajahan negara tersebut di Indonesia selama hampir tiga setengah abad.
Kemenangan partai Kristen di Negara itu pada masa tahun 1901 telah mengawali dimulainya pemerintahan yang berorientasi kepada landasan kekristenan. Namun upaya dan keinginan mereka dibabat habis oleh raja-raja Islam nusantara melalui perlawanan senjata. Lalu muncullah sosok seorang Snouck Hurgronje, yang memiliki peran sebagai penggagas kebijaksanaan pemerintah Belanda untuk menghadapi kekuatan Islam.
Prof. Christian Snouck Hurgronje yang kelahiran Belanda tahun 1857 itu, adalah seorang protestan Calvinisme yang memiliki pemahaman teologi yang keras. Terlahir dalam lingkungan keluarga kristen yang ta’at, Snouck kemudian mencetak para anak muridnya menjadi seorang pendeta yang handal. Keinginan kuatnya untuk mengkristenkan umat Islam sebanyak-banyaknya telah menghantarkannya untuk ikut ambil bagian dalam pengkaderan para misionaris dari negaranya untuk tujuan memurtadkan kaum Muslimin di setiap tanah jajahannya.
Khusus di Indonesia, Snouck memiliki sumbangsih besar bagi keberhasilan proyek tersebut, selain membantu negaranya dalam pengadaan ‘juru-juru penyelamat domba’—ia pun ‘nekad’ berpura-pura menyatakan keIslamannya dan kemudian merubah namanya menjadi Abdul Ghaffar. Kebencian Snouck terhadap Islam telah membuatnya terpacu untuk melebarkan sayap pengetahuannya dalam meneliti segala hal tentang Islam. Mulailah ia mempelajari bahasa Arab, menetap di tanah haram Mekkah, menjalin hubungan baik dengan para ulama, hingga sempat juga mengawini putri seorang pegawai pemerintahan di Indonesia yang beragama Islam.
Bagi Snouck, menghancurkan sebuah keyakinan yang memiliki jumlah pengikut terbesar di dunia seperti Islam haruslah disikapi dengan politik yang berbeda seperti ketika dalam keadaan hendak menjajah sebuah negeri melalui peperangan fisik. Strategi melalui jalan kebudayaan diamatinya jauh lebih tepat ketimbang harus terang-terangan memaksakan keyakinan Kristen seperti yang banyak dilakukan oleh misionaris kepada orang-orang pribumi yang masih amat kuat aqidahnya, terlebih karena para ulama setempat masih memiliki peran yang sangat aktif sekaligus menjadi daya penggerak spiritual bagi umat.
Tabligh yang dimulai sejak pukul 09.00 wib itu, lalu dilanjutkan dengan pemaparan kondisi umat saat ini yang masih saja berhadapan dengan permasalahan yang sama dan juga dilakukan dengan gaya yang sama. Selain seorang Snouck Hurgronje yang memang kafir tulen, terdapat pula sosok-sosok setengah muslim-setengah kafir atau istilahnya muslim jadi-jadian. Mirisnya, sosok ini bergelar kyai atau ulama. Namun kiprahnya justru membodoh-bodohi umat dan mencelakai aqidah umat. Kalau zaman dahulu ada kyai Sadroh di Purworejo yang telah murtad sekaligus mengemban misi untuk memurtadkan para pengikutnya, kini perkembangannya telah sampai pada batas memprihatinkan. Sebab bagaimana tidak, disana-sini tiba-tiba bermunculan aneka kyai dengan berbeda gelaran, ada kyai sekularis, kyai pluralis, kyai liberalis, hingga kyai mistis. Tujuan dan misinya sama, hendak memurtadkan aqidah muslim.
Seperti yang dapat ditemukan pada seorang kyai dari sebuah partai yang berbasis massa terbesar di Indonesia, sikap pluralis dan sikap toleransi yang yang terlalu, telah menjadikannya sosok yang dicintai oleh kaum Kristen. Ia mengatakan bahwa aqidah Kristen Ortodoks tidak mempunyai perbedaan yang signifikan dibandingkan Islam dalam hal tauhid rububiyah, uluhiyah, dan asma wa sifat. Bayangkan, seorang muslim yang bertitel professor doktor dalam bidang ilmu agama Islam telah menyamakan aqidah Islam dengan aqidah kafir, lalu bagaimana pula dengan umat yang dangkal pemahamannya? “Kristenisasi saat ini disebarkan oleh para kyai lalu mendapat pembelaan juga dari para kyai—oleh sebab itu waspadalah dari kyai berpaham menyesatkan seperti ini!” Seru ustadz Hartono mengingatkan jama’ah di akhir da’wahnya.
Sementara itu pada sesi kedua, Utadz Abu Muhammad Jibriel AR. mengemukakan tentang karakteristik jahat bangsa Yahudi dan Nasrani. Diantara sifat-sifat kaum terkutuk itu telah disebutkan dalam al-Qur’an, yaitu:
1. Kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah bersahabat dengan kaum Muslimin selama-lamanya.
Allah Ta’ala berfirman dalam QS. al-Baqarah (2): 120
Artinya, “Wahai Muhammad, kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah senang kepadamu sampai kamu mau mengikuti agama mereka. Wahai Muhammad, katakanlah, “Sungguh Islam itulah agama Allah yang sebenarnya.” Sekiranya kamu mengikuti agama kaum Yahudi dan Nasrani, padahal telah datang kepadamu perintah mengikuti Islam, niscaya tidak ada orang yang dapat menolong kamu dari siksa Allah di akhirat.“
2. Kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan pernah senang jika kaum Muslimin mendapat kebaikan dan kejayaan.
Firman Allah Ta’ala QS. Al-Baqarah (2): 105,
Artinya, “Wahai orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi dan Nasrani yang kafir serta kaum musyrik Makkah sangat ingin kalian tidak mendapatkan nasib baik dari Tuhan kalian. Akan tetapi Allah tetap memberikan rahmat-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Allah yang memiliki semua karunia lagi Mahabesar kekuasaan-Nya.“
3. Kaum Yahudi dan Nasrani bekerja keras untuk mencelakakan dan memurtadkan kaum Muslimin.
Firman Allah Ta’ala QS. Al-Baqarah (2): 109,
Artinya, “Wahai orang-orang mukmin, sebagian besar kaum Yahudi dan Nasrani menginginkan kalian menjadi kafir setelah kalian beriman. Mereka dengki kepada kalian setelah bukti-bukti kerasulan Muhammad jelas bagi mereka. Karena itu, maafkanlah dan berilah tempo kepada orang-orang kafir sampai Allah menimpakan adzab-Nya kepada mereka. Sungguh Allah Mahakuasa mengatur apa saja.“
4. Kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan berhenti memerangi kaum Muslimin dengan berbagai jenis peperangan sehingga mereka murtad.
Firman Allah Ta’ala QS. Al-Baqarah (2): 217,
Artinya, “…Golongan kafir selalu memerangi kalian sampai kalian meninggalkan agama kalian, sekiranya mereka dapat melakukannya. Wahai kaum mukmin, siapa saja yang keluar dari Islam dan mati dalam keadaan kafir, semua kebaikannya menjadi sia-sia di dunia dan di akhirat. Mereka menjadi penghuni neraka, dan mereka kekal di dalamnya.”
5. Kaum Yahudi dan Nasrani akan terus berupaya menipu dan membuat rekayasa jahat untuk menghancurkan Islam dan umat Islam.
Firman Allah Ta’ala QS. Ali Imran (3): 118-120,
Artinya, “Wahai kaum mukmin, janganlah kalian memilih teman kepercayaan selain dari golongan mukmin. Orang-orang kafir tidak mau memperhatikan kesulitan-kesulitan kalian, bahkan mereka selalu ingin agar kalian berada dalam kesulitan. Kebencian orang-orang kafir kepada kalian telah mereka nyatakan dengan mulut-mulut mereka, padahal kebencian yang tersembunyi dalam hati mereka jauh lebih besar. Kami telah menjelaskan bukti-bukti kebencian golongan kafir itu kepada kalian, jika kalian benar-benar mau memperhatikan keselamatan kalian. Wahai kaum mukmin, begitulah sikap kalian kepada orang-orang kafir munafik dahulu. Kalian mencintai mereka, padahal mereka tidak mencintai kalian. Kalian beriman kepada semua kitab Allah yang turun sebelum Al-Qur’an, tetapi mereka tidak. Bila orang-orang kafir itu bertemu dengan kalian, mereka berkata: “Kami beriman seperti kalian.” Tetapi ketika mereka berpisah dari kalian, mereka menggigit jari-jari mereka sebagai tanda benci kepada kalian. Wahai kaum mukmin, katakanlah kepada mereka, “Wahai kaum kafir, semoga kalian mati dengan membawa kebencian kalian kepada kami. Allah Maha Mengetahui isi hati kalian. Wahai kaum mukmin, bila kalian memperoleh kebaikan, maka golongan kafir merasa jengkel, tetapi jika kalian ditimpa musibah, mereka bergembira. Jika kalian sabar, rela menerima musibah, dan tetap taat kepada Allah, maka tipu daya mereka tidak akan membahayakan kalian sedikit pun. Allah mengetahui secara rinci apa yang mereka lakukan.“
Setelah menerangkan ayat-ayat diatas serba ringkas, Ustadz Abu Jibriel memaparkan bagaimana solusi sar’iyah menghadapi permasalahan keristenisasi tersebut dengan menukil ayat-ayat berikut:
Firman Allah QS. Ali Imran, 3: 120, yang artinya, “Jika kalian sabar, rela menerima musibah, dan tetap taat kepada Allah, maka tipu-daya mereka tidak akan membahayakan kalian sedikit pun. Allah mengetahui secara rinci apa yang mereka lakukan.”
Firman Allah QS. al-Anfal, 8:60, yang artinya, “Wahai kaum mukmin, bersiap dirilah kalian untuk menghadapi kaum kafir dengan segenap kemampuan kalian dan dengan pasukan berkuda, untuk menimbulkan ketakutan pada musuh-musuh Allah, musuh-musuh kalian, dan orang-orang lain di luar mereka. Kalian tidak tahu kekuatan mereka, tetapi Allah mengetahui kekuatan mereka. Harta apa saja yang kalian telah dermakan untuk mendanai jihad untuk membela Islam, niscaya Allah akan memberikan pahala kepada kalian, dan kalian tidak akan diperlakukan zhalim.“
Firman Allah QS. At-Tahrim, 66: 9, yang artinya, “Wahai Nabi, berjuanglah kamu melawan orang-orang kafir yang melanggar perjanjian damai dengan senjata, dan melawan orang-orang munafik dengan hujah dan ancaman. Lakukanlah tindakan keras kepada kaum kafir dan munafik. Tempat tinggal kaum kafir dan munafik adalah neraka Jahanam, seburuk-buruk tempat tinggal.“
Firman Allah QS. At-Taubah, 9: 123, yang artinya, “Hai Wahai kaum mukmin, perangilah orang-orang kafir yang membahayakan kalian yang tinggal di sekitar negeri kalian, agar mereka merasakan kekerasan kalian terhadap mereka. Ketahuilah bahwa Allah bersama hamba-Nya yang taat kepada-Nya.“
Dan firman Allah QS. At-Taubah, 9:73, yang artinya, “Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Dan tempat tinggal mereka ialah Jahannam. dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.”
Maka tindakan umat Islam yang beriman adalah kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah Saw. dengan mendengarkan ilmu (menuntutnya) di mejelis-majelis ta’lim, memahami, mengamalkan dan menda’wahkannya keseluruh lapisan masyarakat. Itulah Jihad tingkatan pertama menurut penjelasan Imam Ibnul Qayyum dalam kitabnya Zaadul Ma’ad. Adapun tahapan Jihad berikutnya adalah Jihad melawan hawa nafsu, Jihad melawan orang-orang kafir, iniah Jihad yang paling agung, mulia dan paling tinggi nilainya disisi Allah, dan Jihad tahapan akhir adalah memerangi orang-orang dzalim dan ahli bid’ah. Demikianlah penjelasan singkat yang disampaikan Ustaz Abu Muhammad Jibriel AR. menjelang akhir tabligh beliau.
Dari itu semua, kata beliau dengan penuh semangat, “Setelah kita mendengarkan penjelasan bagaimana karakter jahat dua bangsa kera yang memiliki sifat pembohong, penipu, pengkhianat, perampas dan perampok, perekayasa kejahatan itu, kita tidak boleh berhenti sampai disini. Dengan hanya mendengarkan seminar, muktamar, dan Tabligh Akbar saja tidaklah mencukupi, mestilah diikuti dengan tindakan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan. Penerangan dengan penerangan, hujjah dengan hujjah, diplomasi dengan diplomasi, pedang dengan pedang, senjata dengan senjata, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar…” sentak suara takbir bergemuruh serentak sambutan dari para jamaah tanda kegembiraan dan semangat yang berkobar.
“Maka tugas kita yang paling besar wahai para ikhwan dan akhawat ialah membumikan syariat Allah dibumi ini dengan dakwah dan Jihad fiesabilillah. Tanpa itu dunia ini tidak akan mendapat rahmat Allah subhanahu wata’ala, bahkan sebaliknya yang terus menimpa yaitu musibah dan bala bencana yang tidak akan pernah berakhir. “Barangsiapa menolak syari’at Allah Ta’ala, baik secara keseluruhan maupun setengah-setengah, maka Allah Ta’ala tidak akan menerima imannya, tidak akan menerima Islamnya, dan tatkala seorang muslim menolak syariat Allah, maka bersiap-siaplah menerima laknat Allah… Allah Swt. berfirman : “Wahai Muhammad ,demi Allah, tidaklah seseorang itu dikatakan beriman dengan sebenarnya sehingga mereka menerima syri’atmu, tidak didapati keberatan dihati mereka untuk menerima keputusanmu dan mereka menerima syari’atmu dengan peneimaan yang total.” (QS. An Nisa, 4: 65).” tegas Ustadz Abu Jibriel di akhir penyampaian materi da’wahnya.
Tampaknya, umat memang sudah harus ekstra kerja-keras untuk membangun kembali kemuliaan Islam serta memperjuangkannya sehingga propaganda musuh-musuh Islam melalui kristenisasi hancur, bi iznillah. Wallahul musta’an. (Ghomidiyah)
Source: abujibriel.com