MOSKOW (Arrahmah.com) – Rusia pada hari Sabtu (7/1/2012) menyatakan kekhawatirannya setelah sejumlah jaksa Mesir yang meminta vonis hukuman mati bagi diktator yang berhasil digulingkan, Hosni Mubarak, dengan dalih tidak manusiawi.
“Pengumuman semacam ini kami dengar di Moskow dengan penuh kekhawatiran,” kementerian luar negeri Rusia melaporkan dalam sebuah pernyataan.
“Kami kira masih sangat mungkin untuk menyertakan pertimbangan kemanusiaan dalam kasus Hosni Mubarak. Kami tahu dia adalah seorang pria tua yang berusia 83 tahun dan menderita penyakit yang sangat serius,” lanjutnya.
“Pertimbangan lain adalah, bahwa sebagai seorang figur politik, pada akhir Februari ia memutuskan untuk mundur dari kekuasaan. Langkah ini seharusnya diperhatikan sebagai langkah yang cukup penting dilakukan oleh seorang pemimpin untuk mencegah lebih banyak jatuhnya korban yang tidak bersalah.”
Presiden Rusia, Dmitry Medmedev, pada bulan Juni tahun lalu, meminta agar semua pihak memperhatikan rasa manusiawi dan keadilan bagi Mubarak.
Mubarak ditahan di sebuah rumah sakit militer, tempat ia memperoleh perawatan atas kondisi jantungnya yang lemah.
Ia menjadi tersangka utama yang memerintahkan pembunuhan para demonstran selama pemberontakan berlangsung. Dua anaknya, Alaa dan Gamal, juga diseret ke meja hijau karena kasus korupsi. Dan mirisnya, mereka ditemukan tidak bersalah dan dibebaskan dari tuduhan.
Pada hari Kamis (5/1), sejumlah jaksa meminta Mubarak digantung, dengan alasan bahwa ia adalah orang yang sangat bertanggung jawab atas pembunuhan pada demonstran selama pemberontakan anti-rezim berlangsung.
“Hakim yang adil seharusnya melayangkan vonis mati bagi terdakwa seperti Mubarak,” kata Mostafa Khater, salah satu dari lima jaksa penuntut umum dalam kasus Mubarak.
“Kami merasa roh para martir terbang di atas pengadilan, dan mereka yang kehilangan penglihatan karena Mubarak tertatih-tatih untuk menemui hakim dan meminta keadilan,” tambahnya. “Bangsa dan rakyat Mesir tengah menunggu keadilan dan kebenaran.” (althaf/arrahmah.com)