WASHINGTON (Arrahmah.com) – Sebuah penyelidikan yang dilakukan oleh militer AS atas kematian 24 tentara Pakistan dalam serangan udara Amerika terhadap dua pos perbatasan bulan lalu memperlihatkan bahwa kedua belah pihak memang bersalah. Kesalahpahaman di antara kedua belah pihak menyebabkan hasil yang cukup fatal, Guardian melansir pada Kamis (22/12/2011).
Tapi temuan penting dari penyelidikan ini adalah penekanan bahwa pasukan Pakistan yang menembak pertama. Penemuan ini disinyalir akan membuat marah penguasa militer Pakistan dan memicu ketegangan baru di antara kedua belah pihak.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada hari Kamis (22/12) setelah beberapa bagian dari laporan rahasia itu muncul di berbagai media outlet Amerika, juru bicara Pentagon menyalahkan insiden pada koordinasi yang buruk antara tentara Pakistan, tim gabungan khusus AS-Afghanistan yang menargetkan kamp pelatihan Taliban, serta personil NATO yang disebut-sebut sebagai pelaku utama dalam serangan udara itu.
“Para penyelidik menemukan bahwa pasukan AS, berdasarkan informasi yang diperoleh saat itu, bertindak dalam rangka mempertahankan diri,” ungkap Pentagon dalam pernyataannya.
Para pejabat Pakistan telah berulang kali mengklaim bahwa tentara mereka sengaja diserang dan menyatakan bahwa sangat tidak mungkin AS dan sekutunya menganggap bahwa tentara yang ada di pos perbatasan sebagai pemberontak. Sebagai buntut dari bentrokan itu, Jenderal Ashfaq Kayani, kepala staf tentara dan prajurit tertinggi di Pakistan, secara terbuka berjanji untuk “mempertahankan kedaulatan negara dengan cara apapun” dan dilaporkan memberikan izin pada komandan lapangan untuk melepaskan tembakan balasan jika menghadapi lagi “agresi” dari pasukan NATO yang beroperasi di Afghanistan.
Menurut pernyataan Pentagon mengatakan penyelidikan, “tidak ada upaya yang disengaja dari militer Barat untuk menargetkan target yang merupakan bagian dari militer Pakistan, atau sengaja memberikan informasi lokasi yang tidak akurat kepada para pejabat Pakistan”.
Sementara itu, pejabat militer Pakistan yang tidak bersedia untuk memberikan komentar pada hari Kamis (22/12).
Laporan ini datang pada saat-saat yang sulit bagi pemerintah sipil Pakistan yang sudah tidak lagi populer dan saat ini berada di bawah tekanan dari militer dan unsur-unsur peradilan tinggi.
Tentara Pakistan masih merasa jengkel atas serangan Amerika yang menewaskan pemimpin Al Qaeda, Syaikh Usamah bin Ladin bulan Mei lalu. (althaf/arrahmah.com)