ASTANA (Arrahmah.com) – Kazakhstan pada Kamis (22/12/2011) mengundang PBB untuk mengambil bagian dalam penyelidikan kerusuhan mematikan pekan lalu di wilayah barat negara itu yang kaya minyak, di tengah kekhawatiran yang meningkat atas perlakuan aparat terhadap demonstran.
Setidaknya 15 orang tewas di kota Zhanaozen pada hari Jumat pekan lalu dalam bentrokan antara pasukan keamanan dan pekerja minyak. Insiden ini menjadi pertumpahan darah terburuk di negara Asia Tengah sejak jatuhnya Uni Soviet.
Penuntut umum Kazakhstan, Askhat Daulbayev, mengundang PBB untuk mengambil bagian dalam investigasi gabungan pada pertemuan di Astana bersama dengan utusan Badan HAM PBB untuk Asia Tengah, Armen Harutyunyan.
“Askhat Daulbayev berusaha untuk terbuka dan transparan serta mengundang para pakar PBB untuk mengambil bagian dalam penyelidikan atas insiden tersebut,” katanya dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh kantor berita Interfax-Kazakhstan.
Presiden Nursultan Nazarbayev menyalahkan para “hooligan” (berandalan) atas kekerasan yang meletus saat kota Laut Kaspia itu sedang mempersiapkan perayaan Hari Kemerdekaan Kazakhstan.
Tetapi Amerika Serikat mengatakan pihaknya “sangat prihatin” dengan kekerasan yang berlangsung di Kazakstan. Bahkan baru-baru ini video yang menunjukkan pasukan keamanan memukuli dan menembak beberapa demonstran telah beredar melalui internet.
Sementara itu, Human Rights Watch pada Kamis (22/12) menyeru Kazakhstan untuk “segera menyelidiki” laporan penyiksaan dan perlakuan buruk terhadap puluhan orang yang ditahan setelah kerusuhan.
Para jaksa mengatakan 15 orang tewas dalam kerusuhan di Zhanaozen, lebih besar dari laporan sebelumnya, yakni 14 jiwa. Sebuah bentrokan di kota lain muncul satu hari kemudian dan menewaskan satu orang serta melukai lebih dari sepuluh orang lainnya. (althaf/arrahmah.com)