Bangsa yang besar adalah bangsa yang menyadari pentingnya melahirkan generasi berkualitas. Oleh karena itu kualitas generasi suatu bangsa merupakan isu yang sangat penting untuk dicermati semua pihak. Inilah Kampanye yang tengah digaungkan oleh Muslimah HTI dengan tema besar “Kampanye Kebangkitan Intelektual Muslimah 2011”.
Di penghujung tahun MHTI mengadakan Konferensi Intelektual Muslimah pada tanggal 16 Desember 2011 dengan tema “Catatan Intelektual Muslimah Untuk Bangsa: Sistem Pendidikan Pragmatis Sebagai Faktor Pendorong Esensial Rusaknya Kualitas Generasi”
dengan menghadirkan para intelektual dan pemikir yang memberikan orasi-orasinya seperti Dr. Nikmatuzzahro Ketua Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga, Caria Ningsih, M.Si Dosen Fak Ekonomi UPI, Siti Muslikhati, M.Si (Pakar Hubungan Internasional UMY) dan tentunya intelektual-intelektual dari MHTI. Tidak ketinggalan, Dr. Isnaeni, MS. Apt (Anggota MWA UNAIR) meski tidak berkesempatan hadir tapi beliau menyampaikan orasinya melalui rekaman video. Selain orasi para pakar acara ini juga menghadirkan para aktivis dari kampus-kampus kenamaan seperti UI, ITB, UGM, dan UNAIR yang membakar semangat juang 350 peserta yang lain dengan testimoni-testimoninya.
Auditorium Adhyana Wisma Antara dipenuhi lebih dari 300 orang delegasi intelektual muslimah dari seluruh kampus di penjuru Nusantara baik dari Sumatera seperti USU dan UNILA, Kalimantan yaitu UNLAM dan UNPAR, Banten UNTIRTA, dan kampus-kampus representatif di pulau Jawa seperti IPB, UI, UNPAD, UIN Syahid, ITB, UPI, UGM, UNY, UNAIR, UNS, ITS, Unibraw dan UM Malang, serta masih banyak lagi perwakilan kampus yang tidak bisa disebutkan. Delegasi ini terdiri dari pakar, dosen dan aktivis pergerakan mahasiswi.
Acara yang dibuka pada pukul 09.00 ini berjalan dengan cukup khidmat. Dalam paparannya sebagai pembuka Dr. Nikmatuzzahro mengungkapkan kegelisahannya atas sistem pendidikan yang miskin visi sehingga hanya mencetak generasi-generasi instan. Pendidikan yang miskin visi dengan kurikulum yang tanpa arah menyebabkan tujuan pendidikan negeri ini berorientasi pasar. Di akhir pemaparannya beliau mengatakan bahwa kegagalan pendidikan akibat penerapan sistem kapitalisme ini hanya bisa diselesaikan dengan menerapkan syariah Islam dalam bingkai Khilafah.
Virus pragmatisme telah melanda dunia pendidikan kita dari dua sisi. Internal dan Eksternal. Sistem pendidikan yang miskin visi dan ketergantungan ilmu pengetahuan terhadap dunia Barat adalah penyebab utamanya. Isi orasi yang disampaikan para pembicara mencoba mengurai persoalan itu dan menawarkan solusi tuntas yang sistemik. Orasi-orasi yang berjudul Komodifikasi Pendidikan Indonesia : Konsekuensi Ekonomi Neoliberal oleh ibu Caria Ningsih, M.Si, Kemitraan Komprehensif dengan AS : Kembalinya Era Politik Etis oleh ibu Siti Muslikhati, M.Si (Pakar Hubungan Internasional UMY), Politik Diplomasi Islam dalam hal Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi oleh ibu Zidniy Sa’adah, M.Si (Lajnah Khusus Intelektual MHTI) , Politik Ekonomi Islam negeri Untuk Pendidikan yang Berkualitas dan Bebas Biaya oleh ibu Nida Sa’adah, SE (Pengamat Ekonomi MHTI) dan Sistem Pendidikan Islam: Visioner dan Melahirkan Generasi Pemimpin oleh ibu Febrianti Abassuni, M.Si (Pemerhati Pendidikan MHTI) semakin meyakinkan para pakar dan aktivis lainnya dari seluruh nusantara bahwa tidak ada solusi lain untuk menyelesaikan masalah pelik negeri ini kecuali dengan menyiapkan negara kuat berdaulat dan mandiri yang sistem politik dalam negerinya menjamin pendidikan tidak menjadi komoditas dan sistem politik luar negerinya mencegah pendidikan sebagai alat penjajahan. Agar bisa demikian, tentu kedaulatan negara harus dikembalikan kepada pemilik kedaulatan yakni pencipta seluruh alam.
Acara ini disambut baik oleh para peserta dari kalangan pakar dan aktivis, sehingga setelah Konferensi berakhir, para peserta segera merapatkan barisan bersama Muslimah Hizbut Tahrir dan membuat komitmen bersama untuk mewujudkan arus perubahan dalam skala yang lebih besar lagi. Komitmen ini akan ditindaklanjuti oleh serangkaian aksi seperti masivitas diskusi kalangan pakar dan opini-opini skala besar yang akan diusung oleh jaringan-jaringan intelektual yang sudah meminta MHTI untuk mengawal arus perubahan ini.
Nurvictory