ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Pakistan sedang berencana untuk menarik pajak dari NATO karena menggunakan wilayahnya sebagai jalur pengiriman suplai pasukan salibis asing di Afghanistan, sebagai salah satu bentuk penyikapan Islamabad atas insiden mematikan di perbatasan negaranya.
Di bawah proposal tersebut, pajak atau bea cukai akan diberlakukan pada setiap pengiriman yang melewati Pakistan, sejumlah pejabat sipil dan militer Pakistan menyatakan pada Guardian, Kamis (15/12/2011). Langkah ini diambil pasca tewasnya 24 tentara Pakistan oleh serangan udara AS di pos pemeriksaan militer di perbatasan bulan lalu.
Pajak ini diperkirakan akan menambah pengeluaran tahunan perang Afghanistan senilai puluhan juta dolar.
Menurut laporan Guardian, Islamabad diperkirakan akan memungut sekitar $ 1.500 (£ 970) per kontainer yang melalui Pakistan, bersama dengan biaya terpisah untuk masing-masing tanker bahan bakar.
Islamabad telah menghentikan pergerakan pasokan NATO ke Afghanistan, negara yang terkurung daratan, setelah insiden penyerangan terhadap pasukan Pakistan pada 26 November. Pemberlakukan pajak ini merupakan salah satu langkah ‘berdamai’ ala Pakistan untuk membuka kembali rute suplai yang telah membuat salibis sedikit kelabakan. Setelah kematian di perbatasan, Pakistan juga menutup pangkalan udara Shamsi yang biasa digunakan militer AS dan memboikot sebuah konferensi internasional mengenai Afghanistan.
Diperkirakan terdapat sekitar 4.000 kontainer per bulan yang mengangkut perlengkapan untuk pasukan salibis yang melewati dari tiga rute. Sekitar 1.300 truk kontainer dan 1.000 tanker bahan bakar melalui Pakistan tiap bulannya.
Pakistan mengeluh bahwa truk-truk besar telah merusak jalan-jalan, sementara itu NATO tidak membayar kompensasi apapun untuk memelihara fasilitas transit. Meski demikian, kontainer-kontainer itu disediakan oleh perusahaan Pakistan, yang kemudian menjadi devisa berharga bagi negara itu dan telah mempekerjakan sekitar 40.000 orang.
Juru bicara ISAF di Kabul, Kolonel Gary Kolb, mengatakan bahwa negosiasi dengan pemerintah Pakistan atas masalah pasokan ini sedang berlangsung.
“Tidak tepat jika ISAF mengomentari diskusi-diskusi yang ada pada saat ini,” kata Kolb.
Nadeem Khan, kepala eksekutif Raaziq Internasional, salah satu perusahaan Pakistan utama yang terlibat dalam membawa pasokan NATO, mengatakan bahwa pengenaan biaya transit yang benar-benar akan menguntungkan perdagangan jika itu disertai dengan pembukaan kembali pelabuhan Karachi serta penyediaan perlindungan bagi truk-truk tersebut. (althaf/arrahmah.com)