Berikut hak jawab/sanggahan Elis Z. Anis, peserta KMII, yang diwawancarai oleh reporter Arrahmah.com pada acara Konferensi Media Islam Internasional (KMII) ke-2 di Hotel Sultan, Rabu (14/12/2011) yang dikirim via email redaksi.
Kepada Yth.
Pimpinan Redaksi arrahmah.com
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sehubungan dengan pemberitaan arrahmah.com pada Hari Rabu, 14 Desember 2011 dengan Judul: Mahasiswi UGM: Internet digunakan Jihadis, berbahaya !. Dengan ini saya, Elis Z. Anis ingin menggunakan Hak Jawab saya dan menyanggah beberapa hal yang tidak sesuai dengan apa yang saya sampaikan kepada wartawan arrahmah.com (Sdr. Bilal). Hal hal tersebut adalah sebagai berikut:
1. Judul -> Mahasiswi UGM: Internet digunakan Jihadis, berbahaya !. Judul ini mengandung fakta yang tidak benar. Saya bukan mahasiswa UGM, tetapi saya bekerja di UGM. Lalu penulisan “Mahasiswi UGM:” artinya adalah bahwa pendapat yang ada dalam judul merupakan pendapat semua mahasiswi UGM. Padahal ini adalah interview terhadap satu orang yang tidak mewakili suara mahasiswi UGM.
Pembuatan judul “Internet Digunakan Jihadis, berbahaya!” saya kira itu juga out of context dari interview yang dilakukan Sdr Bilal. Dengan ini saya meminta Pimpinan Redaksi untuk merevisikan Judul tersebut. Saya berkeberatan bahwa Judul tersebut membawa institusi UGM. Judul tersebut saya rasakan tidak mengandung unsur damai, padahal Visi dari arrahmah.com adalah menebarkan Islam sebagai rahmatan lil alamin.
2.Saya menyesalkan foto yang dipakai dalam berita tersebut diambil dari website ICRS UGM tanpa meminta ijin kepada pemilik foto untuk digunakan di arrahmah.com dan tidak ada konfirmasi kepada saya. Padahal salah satu prinsip dasar arrahmah.com seperti yang tertuang dalam web arrahmah.com adalah investigative (melakukan investigasi berimbang dengan konsep tabayyun atau klarifikasi).
Foto pertama adalah foto peserta Konferensi dan disitu ada tanda merah dengan menyebutkan nama saya. Dalam foto tersebut, saya tidak ada. Foto yang diberi tanda merah adalah foto teman saya. Juga pemberian tanda merah memberikan kesan yang kurang baik. Foto yang kedua, saya memang ada dalam foto tersebut, namun rasanya jika foto bersama dimaksudkan untuk foto seseorang, rasanya kurang tepat.
3.Dalam alinea ke-2, disebutkan “ia merujuk bukunya Robert Hefner mengatakan organisasi Jihad di Indonesia banyak menggunakan internet.” Sebenarnya yang menjadi rujukan Saya bukan buku Robert Hefner, melainkan buku yang salah satu penulisnya adalah Robert Hefner. Wartawan tersebut tidak menyimak dengan baik apa yang saya sampaikan.
4.Dalam alinea 3, disebutkan “kata aktivis Indonesian Consorsium for Religius Studies UGM.” Penggunaan “aktivis” tidak tepat untuk posisi saya di Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS-Yogya). Alasannya, ICRS-Yogya adalah lembaga pendidikan S3, sehingga penyebutan saya sebagai activis di ICRS-Yogya tidaklah tepat.
5.Dalam alinea 6 tertulis, “Dan menjadi masalah adalah ketika internet menjadi tempat hated massages yang membuat orang menjadi benci, jelas Elis, terlebih kepada non-muslim.”. Yang saya katakan adalah “Hatred Massages,” bukan Hated Massages.
6.Dalam alinea 7, disebutkan “Tidak hanya mempersoalkan penggunaan internet oleh para jihadis, Elis juga menyerang Suara Islam Online sebagai penyebar kebencian dan jahat.” Saya tidak pernah membuat pernyataan tersebut. Hal ini bisa menimbulkan fitnah.
Juga disebutkan dalam kalimat berikutnya: “Seperti Suara Islam yang tidak mencerminkan Islam sebenarnya.” lontarnya. Hal ini akan membuat persepsi kepada pembaca bahwa Suara Islam memang tidak sesuai dengan “Islam sebenarnya”. Padahal saya menyatakan lebih lanjut hal tersebut terkait dengan penggunaan diction (pilihan kata) dalam website Suara Islam yang kurang sesuai dengan dakwah Islam yang damai.
7.Dalam 3 alinea terakhir disebutkan: “Namun Elis tidak sadar, bahwa propaganda kaum zionis dan Neoliberalisme kuffar lebih berbahaya bahkan menghegemoni bukan saja di jaringan Internet, tetapi juga melalui media cetak dan elektronik serta sudah memasuki alam fikiran anak-anak kaum muslimin. Berita-berita yang disyiarkan oleh media Islam, masih lebih berhati-hati dibanding berita yang dilansir oleh media barat dan zionis yang tidak menerapkan prinsip tabayyun (klarifikasi).Dan sebaiknya, kita kaum muslimin mendukung perkembangan media Islam yang menjadi alternatif informasi serta perlawanan terhadap hegemoni nilai-nilai barat di jagat informasi.”
Dalam kaedah jurnalistik, tulisan berita tidak boleh bercampur antara opini dan fakta. Dalam kenyataannya, ditulisan ini jelas-jelas wartawan tersebut memasukkan opininya yang dapat membentuk opini negatif terhadap narasumber.
Demikianlah hal-hal yang ingin saya klafikasi terkait dengan pemberitaan saya di arrahmah.com tanggal 14 Desember 2011. Dengan ini, saya meminta Redaksi untuk memuat Hak Jawab Saya secepatnya, sebelum Konferensi KMII ini selesei (Pukul 12 siang Hari Kamis, 15 Desember 2011).
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Elis Z. Anis
Peserta KMII