At Talbis adalah salah satu dari banyak fitan yang menguji kita dengan hebat, terutama sekali dari tawaghet pada hari ini, dan faktanya dari Ulama pemerintahan Tawaghit. Allah Swt. memerintahkan kita untuk menolak thaghut dan Thaghut adalah sesuatu yang disembah, diikuti atau ditaati selain Allah Swt.. Menolak Thaghut adalah poin pertama dari pilar Tauhid dan tanpa itu kita tidak bisa menjadi Muslim, serta itu adalah prasyarat dari pilar kedua (beriman pada Allah); kedua pilar itu harus dipenuhi jika ketidakadaan dari itu juga akan meniadakan At Tauhid. Allah Swt. berfirman,
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus.”(QS Al Baqarah, 2: 256)
Itu adalah At Tauhid kemudian seburuk-buruk Talbis adalah yang mencoba untuk menyembunyikan realitas Tauhid.
At Talbis adalah menutupi Haq (kebenaran) dengan Batil (kesalahan), dan itu adalah berasal dari kata Iblis[1].
Ini penting untuk diingat bahwa At Ta’wil (interpretasi) adalah juga tipe dari Talbis; itu adalah menafsirkan kebenaran, mengambilnya keluar dari kebenarannya serta menunjukkan penafsiran yang lebih condong kepada perumpamaan.
At Talbis adalah sebuah peninggalan yang telah mempengaruhi banyak bangsa sebelum kita dan Allah Swt. menisbatkan At Talbis terutama sekali pada Yahudi, karena begitu banyak digunakan untuk mengatakan bahwa “Talbis adalah Atribut Yahudi.” Allah Swt. berfiman:
“Hai Bani Israil[2], ingatlah akan nikmat-Ku yang Telah Aku anugerahkan kepadamu, dan penuhilah janjimu kepada-Ku, niscaya Aku penuhi janji-Ku kepadamu; dan Hanya kepada-Ku-lah kamu harus takut (tunduk). Dan berimanlah kamu kepada apa yang Telah Aku turunkan (Al-Qur’an) yang membenarkan apa yang ada padamu (Taurat), dan janganlah kamu menjadi orang yang pertama kafir kepadanya, dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah, dan Hanya kepada Akulah kamu harus bertakwa. Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu Mengetahui.”[3]
Talbis adalah menutupi sesuatu yang serupa dengan cara kita menutupi diri kita dengan pakaian kita; Allah melarang kita menutupi kebenaran dengan yang Batil dalam ayat ini. Disamping larangan selanjutnya, Allah Swt. menginformasikan kepada kita bahwa akan ada hal yang tidak bisa diabaikan yang menjadi beberapa Talbis dari waktu ke waktu.
Selanjutnya, Allah menginformasikan kepada kita akan waktu yang akan datang, pada saat Talbis akan tersebar luas bahwa dan sebahagian orang-orang akan kelihatan seperti benar-benar aneh (asing); pada waktu dimana orang-orang menjadi benar-benar tersesat, dimana pembunuhan, dan zina akan berada dimana-mana, pada saat “Muslim” akan bersekutu dengan Kuffar melawan Muslim lainnya, pada saat orang-orang akan mengambil riba’ dengan bebas dan dengan bangga serta tersebar dimana-mana, pada saat semua orang-orang mulai terlihat seperti Kuffar dimana menjadi sulit untuk membedakan antara seorang Muslim dan kafir; waktu dimana seorang Muslim terlihat aneh menurut kebanyakan orang, pada saat Mujahid disebut sebagai Teroris dan seorang da’I yang ‘lurus’ dianggap fundamentalis dan sungguh Rasulullah Saw. bersabda,
“Islam datang sebagai sesuatu yang asing (gharib) dan akan kembali menjadi sesuatau yang asing; surga bagi orang-orang yang terasing (Al-Ghurobaa’).”
Allah memperingati kita dari terjatuh kedalam fitnah ini pada saat orang-orang bekerja sama, berteman dan mendukung Kuffar maka banyak dari mereka yang akhinya menjadi Kafir karena diri mereka sendiri, Allah Swt. berfirman,
“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka Telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong (mu).”[4]
Ini adalah keinginan Kuffar, mereka menginginkan kita menjadi seperti mereka maka dengan begitu kita akan berstatus rendah sebagaimana mereka, dimana pada faktanya Muslim selalu tinggi di atas Kuffar dan tidak pernah bisa disamakan dengan non-Muslim, Rasulullah Saw. bersabda,
“Islam itu tinggi dan tidak ada yang lebih tinggi darinya.” Allah Swt. memperingati kita bagaimana Kuffar akan bekerja sama dengan yang lainnya untuk membungkus Batil sebagai Haq,
“Dan Demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”[5]
Dengan alasan ini penting bagi kita untuk mempelajari At Talbis, tentang dampaknya dan solusinya.
Alasan lain tentang pentingnya mempelajarinya adalah sebagaimana berikut:
Untuk beribadah pada Allah Swt. Itulah pentingnya untuk mempelajari At Talbis pertama dengan tujuan untuk beribadah kepada Allah Swt.; karena dengan tujuan untuk menyembah-Nya dengan tulus (Ikhlas dan Tauhid) kita harus bisa membedakan apa yang benar dan apa yang salah karena Allah Swt. berfirman,
“Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.”[6]
At Talbis mendistorsi ayat dengan mencampur adukkan kebenaran dengan kebatilan, padahal untuk beribadah kepada Allah dengan benar kita harus memelihara ikhlas dan jalan yang benar serta metode dalam dien kita, shalat, haji, puasa dan semua ibadah yang lainnya, kita tidak bisa melakukan ini sepanjang kebenaran tercampur dengan kebatilan kecuali pertama memutuskannya dari satu dengan yang lain kemudian membuatnya jelas lagi (antara haq dan batil).
Karena propaganda. Selanjutnya, kita harus mempelajari masalah ini terutama karena pada saat ini terlalu banyak perang dari Talbis yang telah merajalela. Kita melihat bagaimana Kuffar dan Tawaghit menggunakan TV, video, radio, surat kabar, dan semua perangkat yang lainnya untuk menyebarkan kebohongannya dan propaganda. Sungguh Rasulullah Saw. bersabda,
“Akan datang suatu masa dimana orang-orang akan mengatakan ma’ruf (kebaikan) sebagai munkar (keburukan), dan seruan munkar (keburukan) sebagai ma’ruf (kebaikan) ; serta orang-orang akan mendukung para pembohong, padahal mereka menyeru kepada kebohongan.”
Dengan semua ini batil akan tersebar, untuk itu haq harus jelas dan kebenaran harus menang; memang itu adalah Sunnah Allah bahwa kebenaran tidak akan menang sampai itu datang, menghadapi, dan menghancurkan Batil ; ini pokok-pokok yang menjadi tugas kita untuk diperjuangkan.
Diamnya Ulama. Ketiga kita harus mempelajari tentang Talbis karena diamnya Ulamaa dan orang-orang yang menuntut ilmu; orang-orang yang diam dalam menghadapi Batil dan dengan begitu akan menjadi sulit memunculkan Haq.
Pada saat Syayatin datang dan berusaha untuk membungkus Syirik demokrasi sebagai Islam, kita melihat bahwa tidak ada Ulamaa’ yang bangkit dan tidak juga menyerang mereka dengan Haq. Padahal Rasulullah Saw. bersabda:
“Tidak ada seseorangpun yang diam terhadap Al- Haq, kecuali adalah Syaitan.”
Jika dia diam tentang kebenaran padahal dia mengetahuinya, dia adalah Syaitan; tetapi ini menimbulkan pertanyaan, apakah jika dia berbicara tentang Batil seperti kebanyakan masih disebut Ulamaa’? Sungguh, jika dia berbicara tentang Batil; lebih baik bagi dia untuk diam dan menjadi Syaitan yang bisu daripada berbicara kemudian membuat Talbis, dalam kasus ini (At-Talbis) dia akan menjadi juru bicara Syaitan.
Untuk Mengekspos Batil. Selanjutnya, kita harus mempelajari Talbis untuk mengekspos kesalahan dan orang-orangnya di depan umum, untuk mengekspos orang-orang yang berpaling dari dien Allah seperti orang-orang yang mengatakan bahwa wajib taat kepada Raja atau Ratu ; seperti orang-orang yang mengatakan bahwa lebih baik bagi wanita untuk tidak menggunakan Khimar dan Jilbab ; mereka harus diketahui dan kebatilan mereka harus diekspos maka dengan begitu tidak ada seseorang pun lagi yang terjatuh karena perbuatan mereka.
Sesuatu hal yang penting juga untuk mengekspos Tawaghit, seperti Raja Fahd, Bashar Al Asad, Husni Mubarak dan pemerintah tawaghit lainnya yang berkuasa di negeri muslim; sungguh mereka semua telah murtad . Allah Swt. berfirman,
“yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula).”[7]
Karena orang-orang Sekuleris. Lebih lanjut, kita harus mempelajari tentang Talbis karena orang-orang yang menyeru untuk mengikuti kekufuran dari sekulerisme; mereka menginginkan untuk memisahkan Dien dari dunia dan permasalahan kehidupan, namun Allah Swt. mengirimkan dien dan Syari’ah untuk dunia ini dan untuk menentukan semua kepentingan kita. Allah Swt. berfirman,
“Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. Apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman.” mereka menjawab: “Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?” Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.”[8]
Karena mundurnya Ulama dari Haq. Kita harus mempelajari tentang Talbis karena banyak Ulama yang walaupun mereka dahulu berada pada haq mulai berubah dan mengikuti Hawaa’ mereka. Ada orang-orang yang telah melakukan dan berkata bahwa tidak ada seorang pun yang mengatakan sebelumnya, mereka memberikan Fatwa yang bahkan sangat bertentangan dengan Ulama di masa lalu; sungguh, bahkan Jahm bin Safwan tidak pernah mendeklarasikan Fattawa Kufur seperti beberapa yang disebut Ulama pada saat ini.
Jika kita tidak mengekspos Talbis kemudian orang-orang akan terus mengumpulkan Ulama tersesat ini serta meringankan setiap kekufurannya dan kesyirikannya.
Masyarakat terasing dari haq karena tiga alasan, Rasulullah Saw. bersabda, “Yang aku takutkan dari ummatku adalah Fitnah.”
Sungguh itu adalah satu yang yang harus ditakuti, itu adalah sesuatu yang bisa merubah Ulama yang berada pada Haq masuk ke dalam Batil, Beliau Saw. memperingati kita tentang masa Fitnah yang akan dihadapi malam demi malam dimana seseorang pada pergi ketempat tidurnya (dalam kondisi muslim) dan bangun dalam keadaan Kafir.
Fitnah ada tiga jenis sebagaimana disebutkan oleh Abdullah Ibnu Abbas, dia berkata,
“Fitnah itu ada tiga, Fitan Ash-Shubuhat, Fitan Shahawaat, dan fitan Shubu Shahawaat.”
Rasulullah Saw. bersabda:
“Yang halal telah jelas, dan yang haram juga telah jelas, diantaranya ada keragu-raguan, maka jauhilah keragu-raguan…”
(i) Fitnah Ash-Shubuhat; keraguan bisa dihilangkan dengan membuang keraguan (ii) Fitnah Asy-Syahawat[9] bisa difilter dengan mendeklarasikan Iman secara perkataan dan perbuatan. Semua alasan ini dan banyak lagi berdampak pada gaya tarik At Talbis dan pentingnya untuk mempelajarinya dan dalam halaman berikut ini kita akan menjelaskan bagaimana dan mengapa Talbis bisa terjadi serta bagaimana menfilternya Insya Allah.
At Talbis selalu terjadi dalam tiga hal, (i) At Ta’wil Al Fasid, (ii) Al Kitm Al haq dan (iii) At Tahrif Al Adillah,
(1) At Ta’wil Al Faasid – salah menafsirkan.
Pertama, At Talbis terjadi dalam salah interpretasi–itu adalah pengkaburan kebenaran dan pengertian, dari yang jelas dengan pengertian yang metapora (kiasan) dan tanpa hujjah apapun.
Tetapi yang lebih buruk lagi daripada itu adalah seseorang yang merubah pengertiannya tidak hanya dari makna sebenarnya menjadi sesuatu yang metapora, tetapi menjadi sesuatu yang benar-benar baru dan bermakna Batil, Ibnu Qayyim berkata,
“Seseorang yang menyetujui di atas kepentingan Allah sebuah fatwa seharusnya berani masuk ke neraka, fondasi dari kehancuran dan kerusakan dunia adalah ta’wil yang tidak mempunyai hujjah dari Al- Qur’an dan Sunnah..…adakah penyebab yang besar atau kecil kecuali dengan ta’wil ? Bahkan darah Muslim bisa tertumpah dengan ta’wil.”[10]
Fitnah yang pertama kali terjadi pada Ummat ini adalah fitnah pembunuhan Ustman bin Affan Ra. Kemudian beberapa orang mulai mempertanyakan penunjukkan (kebijakan) oleh Ustman Ra. dari beberapa utusannya; dan dalam waktu yang sama Khawarij bangkit dengan ta’wil mereka terhadap ayat,
“Yang berhak menetapkan (hukum) itu tidak kain hanyalah Allah.”[11]
Ijtihad Mu’awiyah dan Ali telah direkonsiliasi dengan ketetapan mereka pada dua Shahabat ; Abu Musa Al-As’ari dan Amru bin Al-Aash. Meskipun itu benar bahwa At-Tahakum kepada selain Allah adalah Syirik Akbar, memutuskan hukum pada Allah Swt. adalah dilakukan dengan bertanya pada Alim, dengan begitu Imam Ali dan Mu’awiyah pergi ke kedua Ulama ; Khawarij selanjutnyan telah membuat sebuah ta’wil yang rusak kemudian berkata kepada Imam Ali,
“Jika kamu berada pada Haq, kemudian bagaimana bisa kamu menetapkan ketentuan?” Imam Ali berkata, “Aku memutuskan dengan Al-Qur’an, “mereka berkata, “tidak, kamu memutuskan hukum dengan Abu Musa Al Asy’ari dan Amru Bin Al Aash.” Dia berkata, “Abu Musa mempunyai Al-Qur’an dalam hatinya, maka aku memutuskan hukum dengan Al-Qur’an.”
Ta’wil Khawarij membimbing pada Fitnah yang besar dan bahkan membimbing Takfir pada Shahabat dan banyak pertumpahan darah.
Selanjutnya, Allah Swt. menginformasikan kepada kita tentang Ta’wil Yahudi,
“Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al kitab, supaya kamu menyangka yang dibacanya itu sebagian dari Al Kitab, padahal ia bukan dari Al Kitab dan mereka mengatakan: “Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah”, padahal ia bukan dari sisi Allah. mereka berkata dusta terhadap Allah sedang mereka mengetahui.”[12]
“Dia-lah yang menurunkan Al Kitab (Al-Qur’an) kepada kamu. di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat, Itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat. adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat daripadanya untuk menimbulkan fitnah untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihaat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal.”[13]
Ayat-ayat ini adalah Al-Mutasyabihat yang mempunyai beberapa pengertian antara pengertian yang jelas dan pengertian yang samar; sebuah contoh dari ini adalah dimana Allah Swt. membicarakan tentang tangan-Nya (yadd), Allah mengatakan bahwa Dia mempunyai tangan dan tidak menyiratkan kesamaan antara tangan kita dan tangan Allah; tetapi yang ditakutkan dari implikasi ini adalah sebagian orang akan mengambil Ta’wil yang hasilnya bahwa mereka meniadakan pengertian yang benar dari kata Yadd (tangan) dan mereka menyatakan bahwa Allah tidak mempunyai tangan – ini adalah fitnah. Ahlus Sunnah Wal Jama’ah beriman sebagaimana Shahabat yang beriman bahwa Allah mempunyai dua tangan dan kita tidak mengetahui bagaiman atau terlihat seperti apa.
(2). Al Kitmal haq – merahasikan kebenaran. Kedua, At Talbis terjadi dengan menyembunyikan Haq; pada saat yang sama dimana haq menjadi umum, Batil telah lenyap, menyembunyikan haq tidak bisa dipungkiri bersekutu dengan Batil untuk memberlakukannya dan ini adalah penyebab At Talbis.
Maka kecuali orang-orang dari Haq datang, Batil akan tumbuh dan meluas dimana saja; ini berari bahwa kita mempunyai sebuah tanggung jawab untuk menyebarkan haq bersekutu dengan kebenaran untuk mengekspos Batil dan inilah mengapa Al-Jihad fi Sabilillah adalah kewajiban terbesar setelah Tauhid.
Dalam Islam, Jihad mempunyai posisi yang tidak ada amalan fardhu lain yang bisa menyamai kedudukannya, Imam Ahmad bin Hambal berkata,
“Jika orang-orang berselisih, untuk pergi berjihad, Allah membukakan pintu untuk mereka (yaitu, orang-orang yang berperang dijalan Allah – Allah menunjukkan mereka jalan).”
Jihad membawa Haq dan berhadapan dengan kebatilan secara langsung menghancurkan Talbis dengan kekuatan, sebaliknya meninggalkan Jihad dan tetap diam pada haq akan membimbing pada Talbis dan diam adalah sesuatu yang dilarang dan di laknat, Allah Swt. befirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu Sebenarnya tidak memakan (Tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih.”[14]
Ayat ini dengan mudah mengekspos pemimpin Tawaghit, Ulama Tawaghit mereka kemudian diam yang lidah-lidah mereka terisi oleh kebohongan dan perut-perut mereka berisi dengan api.
Selanjutnya, Yahudi mempunyai Suhufut Taurat yang mengetahui tentang Muhammad Saw. seperti bahwa mereka akan berbicara tentangnya dan menginformasikan kepada siapa saja, Allah Swt. berfirman,
“Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya, dikala mereka berkata: “Allah tidak menurunkan sesuatupun kepada manusia”. Katakanlah: “Siapakah yang menurunkan Kitab (Taurat) yang dibawa oleh Musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu jadikan Kitab itu lembaran-lembaran kertas yang bercerai-berai, kamu perlihatkan (sebahagiannya) dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya, padahal telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak-bapak kamu tidak mengetahui(nya) ?” Katakanlah: “Allah-lah (yang menurunkannya)”, Kemudian (sesudah kamu menyampaikan Al-Quran kepada mereka), biarkanlah mereka bermain-main dalam kesesatannya.”[15]
Mereka dahulu mengambil sebagian, dan menyembunyikan sebagian kemudian dikutuk dan dihukum seperti itu, itu adalah penyebab kehancuran Ummat mereka dan itulah sebab Muhammad Saw. bersabda,
“Seseorang yang menyembunyikan Ilmu akan menyebabkan Allah mengisi mulutnya dengan api.”[16]
Sungguh, jika Ulama tetap diam, bagaimana orang-orang akan mendapatkan petunjuk? Ulama mempunyai peranan dan tanggungjawab untuk memenuhi yang tidak seperti orang-orang yang lain, yakni kewajiban atas mereka kepada yang lainnya untuk membangkitkan kewajiban amar ma’ruf nahi munkar untuk memadamkan Talbis.
(3). At Tahrif Al Adillah – distorsi Hujjah. At Talbis adalah memutar-balikkan hujjah (At Tahrif Al Adillah) seperti orang yang mengutip ayat Al- Qur’an,
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqadmu itu.”[17]
Kemudian menggunakannya untuk menyeru Muslim melakukan syirik yaitu memenuhi kontrak dengan tentara Inggris dan USA untuk memerangi Muslim; dalam realitas ini telah diketahui dengan baik bahwa setiap syarat (perjanjian) yang berlawanan dengan syari’ah maka tertolak. Rasulullah Saw. bersabda,
“Tidak ada ketaatan dalam mendurhakai Allah.”
Ini adalah salah satu dari buah busuk dari dua bentuk At Talbis; salah menafsirkan dan menyembunyikan Haq yang tidak akan bisa diacuhkan hasilnya dalam memutar-balikkan Hujjah.
Penawar At Talbis Penawar untuk Talbis adalah jelas dan satu yang jelas itu adalah bangkit dengan Haq untuk menghadapi dan menghancurkan Batil, bisa dengan perkataan dan dengan pedang. Sungguh Allah Swt. telah memerintahkan Muslim dimana saja ada masalah untuk membuat klarifikasai dengan ketetapan wahyu, terutama pada saat itu akan berdampak pada kehidupan, kehormatan dan kekayaan. Allah Swt. berfirman,
“Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang Telah diberi Kitab (yaitu): “Hendaklah kamu menerangkan isi Kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya.”[18]
Selanjutnya menjadi kewajiban kita sebagai Muslim untuk menjelaskan kepada orang-orang, dan Allah telah menjelaskan bahwa orang-orang yang menyembunyikan ilmu tidak akan terpuji juga akan berada dalam neraka sebagaimana firman-Nya.
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Al kitab, mereka itu dila’nati Allah dan dila’nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela’nati, Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), Maka terhadap mereka Itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima Taubat lagi Maha Penyayang.” [19]
Adalah kewajiban kita untuk menyebarkan Islam kepada seluruh manusia dan untuk menerapkan bukti-bukti atau melawan mereka, untuk menyerahkan mereka tidak ada keringanan atau kemungkinan kecuali untuk memeluk kebenaran atau akan masuk neraka. Itu adalah kewajiban kita untuk berjaga-jaga melawan Batil, untuk memadamkan suaranya sampai benar-benar lenyap sebagaimana Allah Swt. berfirman, “Katakanlah: “Kebenaran Telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi.[20]
Adalah kewajiban kita untuk meyakinkan bahwa Haq dan Batil itu terpisah satu sama lain, untuk melindunginya Allah Swt. berfirman : ”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.”[21]
Adalah kewajiban kita untuk menantang setiap Talbis dan semua orang-orang tanpa rasa takut kecuali pada Allah; kita harus tetap pada bagian Ummat yang mempertahankan Haq, tentang siapa mereka Rasulullah Saw. bersabda,
“Akan ada yang terus melanjutkan dari Ummatku yang akan berperang untuk Haq, itu tidak merugikan mereka bagi siapa saja yang berselisih dengan mereka,”[22]
Dalam riwayat yang lain Salamah bin Kafai meriwayatkan,
“pada saat saya duduk dengan Rasulullah (saw), seorang laki-laki datang, “Yaa Rasulullah, orang-orang telah meninggalkan kuda-kudanya dan telah meletakkan senjatanya, kemudian mereka mengatakan bahwa tidak ada lagi jihad dan bahwa perang telah berakhir” Rasulullah bangkit dan … beliau (saw) bersabda, “mereka adalah pembohong, peperangan baru saja dimulai, akan ada sekelompok dari ummatku yang berperang demi kebenaran (al Haq), dan Allah akan menyesatkan hati orang-orang selainnya, dan mereka akan berhadapan dengan kelompok itu sampai akhir waktu dan sampai janji Allah terpenuhi, dan kuda-kuda; yang telah diikat pada leher mereka adalah kebaikan sampai hari pengadilan… dan kamu akan mengikuti bagianku setelah terbagi, dan kamu akan berperang satu sama lain dan penyelesaian dari dar ul mu’minien adalah Asy Syam.”
Zuhur adalah salah satu dari dakwah dan jihad, satu akan mendominassi dengan kekuatan dan yang lainnya dengan perkataannya; dalam hadits ini Rasulullah berkata, ‘Zahiriin’ dalam lain makna diartikan berperang[23] dan dalam riwayat Bukhari beliau Saw. menjelaskan tentang yang mempertahankan dien; itu adalah At-Taa’ifah Az-Zaahirah dan At-Tha’ifah Al-Mansurah (kelompok yang dimenangkan) tentang siapakah mereka Imam Ahmad berkata,
“At-Tha’ifah Al-Mansurah adalah Ahlul Hadits, jika bukan Ahlul Hadits, lalu siapa?”
Pada waktu itu , Ahul Hadits adalah satu-satunya orang yang berdiri pada saat Al-Qur’an di bawah tekanan[24], pada saat Jahl (kebodohan) dan Batil tersebar dimana-mana–mereka satu-satunya yang bangkit dengan Haq dan menyeru kebaikan serta mencegah kemunkaran.
Sama halnya kita harus menjaga dien, memperjuangkannya dan memerangi Batil (kufur, syirik, tawaghit, kuffar dan sebagainya) sampai tidak ada Talbis tidak juga Fitnah dan sampai dien merata dan dominan sebagaimana Allah swt. telah perintahkan,
“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah.”[25]
Kita harus mendukung Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, bersama dengan mereka, bersatu dengan mereka dan tidak membiarkan mereka jatuh dan mereka terdiri dari dua, Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
“Ahlus Sunnah Wal Jama’ah ada dua jenis, Mujahidin dan Munafihun; satu mujahidin dengan pedang dan yang satu Mujahidin dengan perkataan.”
Dan sungguh tidak perlu merasa kecil hati dan lemah karena kemenangan pada akhirnya terjadi dan milik kaum muslimin, sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah Swt. dan Muhammad Saw.,
“Dialah yang Telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.”[26]
——————————————————————————–
[1] Iblis adalah nama dari Syaitan.
[2] Anak Israel: Israil adalah salah satu nama dari Nabi Ya’qub a.s. dan dengan begitu Yahudi sering tertuju sebagaimana Bani Israil.
[3] (QS Al Baqarah, 2: 40-42)
[4] (QS An Nisaa’, 4: 89)
[5] (QS Al An’Aam, 6: 112)
[6] (QS Al Baqarah, 2: 256)
[7] (QS Al Anfal, 8: 42)
[8] (QS Al Baqarah, 2: 12-13)
[9] Hawaa ada dua jenis, Hawaa yang baik yaitu sesuai dengan Syari’ah dan Hawaa yang buruk adalah kebalikannya : Shahawaat apabila telah dijelaskan tidak dilarang selalu mempermasalahkan hawaa yang buruk.
[10] Al Muwaqqi’iin, jilid. 4, Hal. 353
[11] (QS Yusuf, 12: 40)
[12] (QS Ali Imran, 3: 78)
[13] (QS Ali Imran, 3: 7)
[14] (QS Al Baqarah, 2: 174)
[15] (QS Al An’aam, 6: 91)
[16] Shahih Muslim, Hadits Shahih yang bersumber dari Abu Huraira.
[17] (QS Al Ma’idah, 5:1)
[18] (QS Ali Imran, 3: 187)
[19] (QS Al Baqarah, 2: 159-160)
[20] (QS Al Isra’, 17: 18)
[21] (QS Al Baqarah, 2: 256)
[22] Shahih Al Bukhari
[23] Musnad Imaam Ahmad dan An-Nasaa’i
[24] Masalah fitnah Al-Qur’an, orang-orang mengklaim bahwa Al-Qur’an adalah makhluk dan Ahlul Hadits adalah orang-orang yang tetap berdiri dengan pendirian mereka dan menyeru kebenaran agar berlaku; dengan menyampaikan bahwa Al-Qur’an adalah perkataan Allah (kalamullah), itu bukanlah ciptaan (makhluk), bukan juga kiasan, itu mempunyai suara, bisa dibaca, dan didengar.
[25] (QS Al Anfal, 8: 39)
[26] (QS At Taubah, 9: 33)
Sumber: Almuhajirun