JAKARTA (Arrahmah.com) – Presiden World Conference on Religions for Peace (WCRP) KH Hasyim Muzadi meragukan keterangan Polri bahwa kelompok teroris di Indonesia mengincar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
“Saya tidak yakin kalau terorisme di Indonesia punya target membunuh SBY,” kata Hasyim di Jakarta, Minggu (16/5).
Hasyim yang juga pengasuh Pesantren Al Hikam, Depok mengatakan fase terorisme adalah ekstremitas ideologi dan perlawanan global terhadap Amerika Serikat (AS).
“Belum tampak urusannya dengan SBY,” kata mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) tersebut.
Apalagi, lanjutnya, pernyataan adanya ancaman kepada SBY dikeluarkan oleh Polri sendiri, bukan oleh sisa teroris yang ditangkap.
Hasyim menyayangkan tindakan Polri yang langsung menembak mati orang-orang yang diduga sebagai anggota jaringan teroris tersebut.
“Polri dengan arogan langsung menembak mati teroris, tanpa bisa ditanya apa benar mereka teroris,” katanya.
Dikatakannya, asal tembak mati terhadap teroris telah menghapus nama baik dan prestasi Indonesia di masa lalu yang memproses pelaku terorisme melalui pengadilan.
Padahal, lanjutnya, AS yang menjadi sponsor perang melawan terorisme, sudah memperbaiki caranya melawan terorisme, menjadi lebih manusiawi.
“Sementara Indonesia semakin buruk caranya memberantas terorisme dan sangat berbeda dengan pemberantasan korupsi kelas kakap,” katanya.
Serang Pejabat
Sebelumnya Kapolri Jenderal Pol Bambang Hendarso Danuri mengatakan di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (14/5) dalam jumpa pers yang juga dihadiri oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan Djoko Suyanto, mengatakan, jaringan teroris yang terungkap di Aceh, diduga akan menyerang pelaksanaan upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI, pada 17 Agustus 2010 yang dihadiri oleh Presiden RI.
Dugaan adanya serangan saat upacara itu, kata Kapolri, terungkap dalam sejumlah dokumen yang diperoleh saat polisi menangkap para tersangka di Bekasi dan Sukoharjo, Rabu dan Kamis (12-13/5).
“Mereka akan menyerang semua pejabat yang hadir pada Upacara 17 Agustus 2010. Semua pejabat negara akan dibunuh, termasuk para tamu negara yang hadir,” katanya.
Untuk itu, kelompok teroris ini sudah menugaskan seorang tersangka bernama Suhardi alias Usman untuk mengambil 21 pucuk senjata, termasuk senjata pelontar granat.
Jika serangan itu berhasil dan semua pejabat negara terbunuh, maka mereka akan mengganti negara demokrasi menjadi sistem negara yang sesuai dengan keinginan mereka, kata Kapolri. (ant/arrahmah.com)