JAKARTA (Arrahmah.com) – Setelah menempuh perjalanan belasan jam, pesawat yang membawa Tim MER-C yang terdiri dari 3 insinyur (Ir. Faried Thalib, Ir. Idrus M. Alatas dan Ir. Nur Ikhwan Abadi) dan 1 jurnalis (Desi Fitriani) mendarat dengan selamat di Bandara Kairo pukul 11.05 waktu setempat. Tim langsung disambut oleh Protokoler KBRI, Mr. Hafiz (Mesir) dan relawan lokal mahasiswa Indonesia di Mesir. Berkat bantuan semua pihak, proses di Imigrasi Bandara Internasional Kairo pun berjalan lancar dan cepat tanpa kendala.
Keluar dari bandara, Tim langsung bergerak menuju KBRI Kairo untuk beraudiensi dengan pejabat setempat. Di KBRI, Tim MER-C diterima oleh pejabat Bagian Protokoler dan Konsuler, Bapak Ali Wardhana. Dalam kesempatan tersebut, Ir. Faried Thalib selaku Ketua Tim menyampaikan tujuan Tim MER-C datang ke Gaza kali ini serta menginformasikan perkembangan proses pembangunan RS Indonesia yang tengah berlangsung di Gaza.
Usai audiensi, tim berpamitan dan kemudian menuju Al Arish, kota yang terdekat dengan perbatasan Rafah dan berencana bermalam di sana. Hal ini dilakukan agar memudahkan Tim ke perbatasan Rafah keesokan harinya untuk mencoba masuk ke Gaza dengan berbekal surat dari Kemenlu Mesir yang sudah ditangan.
Tepat pukul 15.00 waktu Kairo, Tim beranjak menuju Al Arish. Perjalanan diperkirakan akan menempuh waktu selama 5 jam dengan jarak + 500 km. Pukul 19.00 waktu setempat, Tim tiba di Ismailiya dan berhenti untuk beristirahat sejenak di kota ini, agak telat sedikit dari jadwal karena selama perjalanan mobil Toyota Hi-Ace yang disewa tim terjebak macet di jalanan Mesir.
Setelah melewati 2 check point sebelum jembatan Salam -jembatan penyeberangan di Terusan Suez- yg kali ini lebih mudah dari perjalanan sebelumnya, mungkin dikarenakan pasca Revolusi Mesir atau mungkin karena Tim sudah mengantongi izin langsung dari Kemenlu Mesir, jadi perjalananpun terasa lancar.
Akan tetapi sesampainya di check point selanjutnya, kira-kira 150 km sebelum kota Al Arish, Tim ditahan oleh keamanan setempat. Alasannya, karena melakukan perjalanan di malam hari, Tim MER-C harus dikawal oleh mobil patroli demi keamanan dan kenyamanan. Yang unik dari pengawalan kali ini, menurut Faris, relawan lokal seorang mahasiswa asal Indonesia yang mendampingi Tim MER-C, adalah mobil foraider yang mengawal tim bukan mobil foraider yang berada di check point tersebut, melainkan mobil foraider yang menjaga di check point selanjutnya lagi. Tim terpaksa harus menunggu berjam-jam lamanya sampai mobil foraider dari check point selanjutnya datang dan menjemput tim. “Padahal di depan kami pun masih ada 4 check point lagi yang harus dilewati,” ungkap Faris dalam laporannya. Insiden unik ini menyebabkan Tim MER-C baru tiba di Al Arish pukul 24.00 tengah malam.
Bisa dibayangkan perjalanan yang biasanya hanya ditempuh dalam waktu 5 jam, namun karena harus menunggu mobil forider datang untuk mengawal tim, maka lama perjalanan menjadi 12 jam.Kesabaran tim mulai diuji di sini. (mer-c/arrahmah.com)