Berikut ini adalah tulisan akhuna Muhammad Jibriel Abdul Rahman sebagai tahridh penyemangat untuk Mujahid Media dan Jurnalis-jurnalis Islam.
Kepada:
Mujahid Media dan Jurnalis-jurnalis Islam yang ku Cintai Karena Allah.
Mujahid Media Itu Harus Eksis & Media Islam Harus Menjadi Yang Terdepan
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Segala puji bagi Allah SWT atas segala karunia-Nya berupa kenikmatan Iman, Taqwa dan Keistiqomahan buat para Mujahid-mujahid yang berjuang di jalan-Nya. Shalawat dan salam buat junjungan besar kita, komandan Mujahid, Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat-sahabatnya. Amma ba’du.
Dengan izin Allah, Ana bisa menulis kembali untuk ikhwah dan akhwat sekalian. Walaupun tidak seberapa, namun Insya Allah bisa menjadi Tahridh (penyemangat) dan bermanfaat buat kalian dalam menjadi sosok Mujahid media.
Ikhwani Wa Akhwati fillah…
Memang perjuangan ini amatlah berat, penuh hal-hal yang membuat kaum Muslimin sesak ketika melihat penindasan-penindasan kaum Munafik, Kafir dan sebagainya terhadap ummat ini. Penindasan yang mereka lakukan bukan saja secara fisik melalui invasi militer dan kekuatan-kekuatan yang lain, namun juga didukung oleh media-media sekuler antek-antek yahudi dalam penindasan bentuk lain. Dengan sarana propaganda jijik lagi keji, melalui media TV, Internet, surat kabar dan sebagainya.
Ironisnya, Ikhwani fillah, perang media propaganda mereka ini didukung oleh media-media yang katanya “Islami”, tapi keberpihakan terhadap kaum Muslimin begitu minim bahkan tidak adil sama sekali dengan alasan netralitas semu.
Subhanallah, bagi Umat Islam terutama Mujahid Media Islam, netralitas kita adalah keberpihakan kita terhadap kaum Muslimin dan perjuangan-perjuangan Islam yang membela kaum Muslimin, yang mereka sanggup membela Agama Allah ini dengan harta dan jiwa. Menabrak pakem yang telah dibuat oleh kaum sekuler dan kafir ini adalah sebuah kemuliaan buat Islam dan Izzatul Islam.
Coba kalian renungkan dengan baik saudara-saudaraku… Semua aturan-aturan media internasional itu adalah bikinan kaum zionis, dari aturan jurnalistik, kenetralan dan hal-hal humanis serta keberpihakan media kepada negara-negara penjajah. Semua itu adalah bentuk penjajahan jiwa buat jurnalis-jurnalis Islam di dunia.
Mereka yang membuat sumber-sumber berita, dan kita yang mengutip untuk kita publish, lihat AP, Reuters, AFP, CNN, BBC dan lain-lain, sebuah contoh kiblat yang kebanyakan kita berkiblat dalam segala hal, mulai pengambilan, penyaduran, bahkan gaya atau lifestyle yang mereka buat.
Terus terang, selama lima tahun ana berkecimpung dalam dunia media ini, walaupun secara khusus ana bukan jurnalis yang hebat, bahkan masuk sekolah jurnalis saja tidak pernah, namun dengan izin Allah, dengan dibantu orang-orang yang ikhlas, ana bisa menabrak pakem yang dibuat kaum sekuler ini. Semua ini ikhwah, bisa terjadi bukan karena kita menguasai ilmu jurnalistik tapi harus lebih dari itu.
Untuk menjadi jurnalis Islam yang hebat itu sangat mudah. Semua itu harus bermula dari jiwa yang bersih, hati yang bersih, yang hanya meletakkan Allah Swt di atas segala-galanya, dan hanya bertauhid kepada-Nya, serta menjadikan Nabi Muhammad Saw sebagai suri tauladan hidup dan Al-Qur’an-Hadis sebagai pegangan hidup. Demi Allah, kalian akan hebat bilamana itu semua kalian laksanakan.
Mengapa harus memerlukan jiwa yang bersih? Karena dengan jiwa yang bersih, Allah SWT akan memberikan kita sebuah mata hati yang bisa melihat antara yang haq dan bathil, kebenaran dan kesesatan, yang bisa membedakan mana yang Islam dan mana yang Kafir serta Munafik.
Tanpa hati yang bersih, maka kebatilan selalu terdepan, sedangkan kebenaran tersingkir hanya demi memuaskan musuh-musuh Allah Swt. Maka konsep cek and ricek atau dengan kata lain tabayyun ini sangatlah penting. Wajib bagi jurnalis-jurnalis Islam bertabayyun dalam setiap hal, dan bisa memberikan yang terbaik buat Islam dan kaum muslimin, walaupun orang kafir membenci dan memboikot. Jangan hanya gara-gara orang tidak ingin beriklan di media kita, kita sanggup mengorbankan kebenaran ke arah sesuatu yang samar-samar atau bohong.
Yang kedua, meletakkan Allah di atas segalanya. Dan poin ini sangatlah penting, di sinilah banyak di antara kita, dari jurnalis muslim kadang sering ragu dalam hal kebenaran. Bahkan takut menyampaikan kebenaran itu, karena masih merasa manusia lebih besar dari Allah, takut kepada bos, pemerintah, penegak hukum thaghut.
Apabila kebenaran itu disampaikan, maka mungkin akan diintimidasi bahkan ditangkap. Saudaraku, ingatlah jika manusia ini berkumpul untuk memberikan kemudhorotan (mencelakakan) kepada kamu, mereka tidak akan bisa kecuali dengan izin Allah. Allahu akbar!! Allah Maha Besar, tidak ada yang lebih besar dari-Nya. Jangan takut, bergantunglah hanya kepada-Nya dan bijaksanalah.
Ketiga, menjadikan Nabi Muhammad Saw sebagai suri tauladan. Nabi Muhammad SAW telah memberikan contoh terbaik buat umat Islam dalam segala hal, perhatikan QS. Al-Fath ayat 29:
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka…”
Ayat tersebut menggambarkan sikap dan keberpihakan kita serta loyalitas, keras terhadap orang kafir dan lembut sesama orang Islam, ini perlu kebijaksanaan para mujahid itu sendiri. Intinya, sebelum menulis sesuatu berita atau artikel, kita harus mempertimbangkan dampaknya untuk kaum muslimin.
Jika itu sebuah kebenaran, maka harus disampaikan walau pahit, tapi harus bijaksana dan lembut, namun jika menyampaikan kekalahan-kekalahan orang kafir, harus tegas, karena itu akan membuat kaum Muslimin bangga karena itu merupakan sebuah kabar gembira bagi mereka.
Dan terakhir, kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Apapun masalahnya atau argumentasinya, jika kita berselisih atau bingung dalam memposisikan sesuatu, maka kembalikanlah kepada kitabullah wa sunnatu rosulullah (Al Qur’an dan As Sunnah), karena di situlah petunjuk dari sang pencipta dan tauladan buat umat manusia. Insya Allah, jika kita istiqomah dalam segala hal ini, kita akan sukses dunia akhirat.
Ikhwah fillah…
Maka oleh itu, jangan kalian merasa kecil dan tidak bersemangat dalam membela agama Allah ini. Jika belum berkesempatan untuk berjuang di medan laga maka kita bisa berjihad di medan maya dan sejenisnya, sehingga Dien ini hanya milik Allah.
Sebelum Ana mengakhiri tahridh ini, Ana ingin menukil beberapa kata dari seorang Mujahid agung, Dr. Ayman Az Zawahiri dalam bukunya At-Tabriah; Mengapa Mujahid Media Itu harus Eksis dan Media Islam Harus Menjadi yang Terdepan. Ada tiga poin yang Ana kutip:
- Untuk menjawab syubhat-syubhat (fitnah) kaum kafir dan antek-anteknya dengan bukti yang benar.
- Menjawab segala asumsi dan opini media kafir dan sekuler dengan fakta.
- Membangkitkan rasa percaya diri umat ini, bahwasanya eksistensi umat itu masih ada.
Alhamdulillah, semoga tulisan ini bermanfaat untuk saudaraku sekalian yang Ana cintai karena Allah. Ikhlas, sabar, istiqomah dan optimislah untuk menjadi manusia yang terbaik untuk umat ini. Bersatulah dan pupuklah ukhuwah dengan sesama jurnalis Muslim yang lain serta kaum Muslimin yang lain. Selalu menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. Doakan Ana istiqomah dan terlepas dari fitnah yang telah musuh-musuh ini lemparkan. Allahu maulana wala maulaalahum! Allah pelindung kita dan mereka (orang kafir) tidak punya perlindungan.
Wallahu a’lam bishshawab…
April 2010
Saudara kalian,
Muhammad Jibriel AR @ Prince of Jihad
Istana Uzlah, Mako Brimob.