SEMARANG (Arrahmah.com) – Sebagian besar rakyat Semarang tak percaya lagi kepada Pemilihan Umum. Mereka lebih memilih golput daripada memilih salah satu kontestan. Dalam pesta demokrasi bertajuk “Pemilihan Walikota Semarang, Jawa Tengah,” angka golput (golongan putih) mencapai 40 persen. Angka ini mengalahkan pemenang sementara pasangan Soemarmo-Hendi (Marhen).
Pasangan Marhen memperoleh suara 34,04 persen atau sekitar 166.173 suara, sedang pasangan Mahfudz Ali-Anis Nugroho di urutan kedua dengan 31,162 persen atau 152.141 suara. Sedangkan Bambang Raya-Kristanto mendapatkan 17,029 persen atau 83.129 suara, disusul Harini-Ari sebesar 9,333 persen atau 45.561 suara sedang pasangan Farchan-Dasih memperoleh 8,433 persen atau 41.169 suara.
Menurut pakar politik Undip, Teguh Yuwono angka golput yang cukup tinggi tersebut dikarenakan beberapa aspek. Di antaranya sikap antipati dari masyarakat yang masih belum merasa yakin terhadap pemimpin, apakah nantinya bisa merubah keadaan Kota Semarang atau tidak.
Selain itu, pertimbangan bahwa keikutsertaan dalam pilwakot, tak akan ada pengaruhnya. Pasalnya, mereka percaya telah ada sistem yang mengatur mengenai proses pilwakot ini.
“Untuk menyelenggarakan pilwakot ini pasti sudah ada sistem yang mengatur sehingga mereka percaya dengan adanya sistem tersebut, pilwakot akan berjalan lancar,” kata Teguh, Senin (19/4).
Ia menilai anggapan masyarakat mengenai faktor figur yang kurang menjual, menurutnya tidak begitu berpengaruh. Justru, dia menganggap bahwa figur-figur calon walikota dan wakil wali kota saat ini sudah merupakan yang terbaik yang dipunyai Semarang. [voa-islam/arrahmah.com]