BAGHDAD (Arrahmah.com) – Pasukan AS dan Irak diklaim telah berhasil membunuh dua tokoh puncak al-Qaidah di Irak dalam serangan roket malam hari di sebuah rumah dekat kampung halaman Saddam Hussein, Tikrit. Operasi ini merupakan operasi gabungan Amerika Serikat yang disebut sebagai pukulan signifikan bagi pemberontakan.
Al-Qaidah di Irak masih merupakan kekuatan besar, yang diklaim AS dan pemerintah Irak terus menabur kekacauan setelah pemilu 7 Maret lalu dan menjelang penarikan pasukan AS yang telah direncanakan. Kelompok ini telah menunjukkan kemampuan luar biasa untuk mengubah taktik dan beradaptasi meskipun serangan berulang-ulang terjadi pada kepemimpinan.
Perdana Menteri Irak, Nouri al-Maliki, mengumumkan pembunuhan dua pemimpin besar Al Qaidah, Abu Omar al-Baghdadi dan Abu Ayyub al-Masri, dalam sebuah konferensi pers di Baghdad dan wartawan pun diperlihatkan foto jenazah yang bersimbah darah yang diklaim al-Maliki sebagai mereka. Kematian tersebut, tak lama kemudian, juga dikonfirmasi oleh para pejabat militer AS.
Pemimpin Irak mengatakan pasukan darat telah mengepung rumah dan menembakkan sejumlah roket membunuh dua orang yang saat itu sedang bersembunyi di dalam. Militer Amerika mengatakan sebuah helikopter Amerika jatuh dalam serangan itu, menewaskan seorang tentara Amerika.
Di Washington, Wakil Presiden Joe Biden menyebutkan bahwa pembunuhan dua orang penting itu berpotensi menghancurkan al-Qaidah Irak.
Komandan pasukan AS Jendral Raymond Odierno memuji operasi tersebut.
“Kematian teroris ini berpotensi menjadi pukulan yang paling signifikan terhadap al-Qaidah di Irak sejak awal pemberontakan,” ujar Odierno. “Masih banyak tugas harus dilakukan, tetapi kami patut berbangga hati bahwa ini merupakan langkah signifikan dalam perang melawan terorisme di Irak.”
Di Washington, jurubicara Pentagon, Bryan Whitman mengatakan operasi yang menargetkan kedua pemimpin Al Qaidah itu menunjukkan kemampuan yang semakin berkembang dari pasukan keamanan Irak.
Whitman mengagung-agungkan peran pasukan keamanan Irak dalam operasi tersebut sebagai suatu cara menunjukkan kemampuan mereka untuk mengambil alih kendali keamanan setelah penarikan pasukan Amerika.
Di bawah rencana oleh Presiden Barack Obama, semua pasukan tempur akan keluar dari Irak pada akhir Agustus, namun tetap menyisakan sekitar 50.000 pasukan AS di negara untuk menjadi pelatih dan personil pendukung.
Al-Masri adalah pemimpin bayangan al-Qaidah di Irak, yang mengambil alih tampuk kepemimpinan setelah pendirinya kelahiran Yordania, Abu Musab al-Zarqawi, tewas dalam serangan udara AS Juni 2006. (althaf/dawn/arrahmah.com)