HYDERABAD (Arrahmah.com) – Hyderabad berubah menjadi kota yang menyeramkan seiring dengan hari keempat (30/3) kerusuhan yang terjadi di kota tersebut. Jam malam diperpanjang, rumah dibakar, terjadi penjarahan, dan satu orang ditikam hingga meninggal. Para pejalan kaki dan orang-orang yang sedang berada di dalam mobil menjadi sasaran amuk massa dan banyak kendaraan yang dibakar.
India sejak pembentukannya memang selalu diguncang oleh kerusuhan besar, di mana masyarakat minoritas dibantai, seperti pembantaian Gujarat pada tahun 2002 yang menyebabkan hampir 1.000 warga muslim dibantai dengan bantuan polisi setempat. Ini bukan peristiwa pertama kalinya yang terjadi di kota selatan India, Hyderabad.
Kerusuhan terburuk di Hyderabad terjadi pada tahun 1989, yang dipicu setelah Marri Chenna Reddy mengambil alih sebagai menteri utama, membuat frustrasi faksi kuat lainnya yang ada di dalam Kongres India.
Gelombang kerusuhan terbaru datang di saat pemerintah pusat tengah gamang untuk memberikan kenegaraan pada Telangana, wilayah negara Andhra Pradesh yang mencakup Hyderabad. Para aktivis Telangana berspekulasi bahwa cara terbaik untuk menarik perhatian New Delhi adalah dengan mengancam keamanan ekonomi Andhra Pradesh yang memiliki Hyderabad sebagai pusat teknologi informasi India.
Pemerintah pusat India terus mengulur rencana untuk melepas Telangana, tanpa sedikitpun menyinggung-nyinggung status Hyderabad. India masih khawatir dengan Hyderabad yang selama ini menjadi daya tarik para investor asing.
Saat pemerintah bekerja sama dengan Telangana Rashtra Samiti (TRS) untuk meraih kekuasaan, kongres menjanjikan TRS untuk membentuk negara Telangana yang independen.
Sementara kerusuhan masih muncul dan tampak bahwa kelompok Hindu Saffron mengganti bendera yang ditancapkan oleh Muslim di wilayah Hyderabad selama festival Hanuman Jayanti pada hari Sabtu (27/3). Sebuah bentrokan besar serupa terjadi di daerah Kurmaguda-Santosh Nagar minggu sebelumnya ketika bendera hijau yang diturunkan oleh sejumlah orang untuk menaruh bendera Shafron pada festival Hindu Ram Navmi.
Sebuah laporan survei wilayah yang terkena dampak kerusuhan di Kota Lama oleh Cova telah menemukan bahwa bentrokan itu telah diatur. “Massa membawa senjata dan segala sesuatu tampak telah direncanakan. Ada 30-40 orang pemuda yang mensurvey lokasi sebelum kerusuhan berlangsung. Kemudian diikuti massa bersenjata dan menyerang satu sama lain,” anggota Cova mengatakan.
Selain itu, banyak anggota kongres yang menggambarkan kerusuhan saat ini telah diatur. Saksi mata membenarkan apa yang dituduhkan politisi. Penghasut bersenjata mengenakan topeng dan menyebarkan pesan melalui ponsel untuk menyebarkan serangan di Kota Lama, penduduk setempat mengatakan bahwa orang luar mengatur kekerasan.
Pada hari Senin (29/3) Komisaris Polisi Kota Hyderabad AK Khan, briefing media tentang bentrokan menggambarkan bentrokan di Kota Lama sebagai ‘upaya yang direncanakan dan disusun sedemikian rupa’ oleh beberapa orang yang akan diperiksa oleh Tim Investigasi Khusus (SIT). Khan mengatakan, “Sepertinya beberapa orang sengaja menghasut dan melakukan provokasi kekerasan.”
Kerusuhan besar tersebut secara historis telah dimanfaatkan oleh para politisi untuk mencapai tujuan-tujuan politik mereka sendiri. Pembantaian Gujarat pada tahun 2002 digunakan oleh Narendra Modi untuk merebut kursi Ketua Menteri negara bagian Gujarat. Hyderabad, kota yang paling padat penduduknya itu terakhir menjadi saksi kerusuhan serupa tahun 1989 ketika Marri Chenna Reddy mengambil alih kursi menteri utama, dan membuat frustrasi faksi kuat lian di Kongres. Dan sebagai akibatnya, darahan ratusan kaum muslimin harus kembali tumpah. (althaf/dbs/arrahmah.com)