Lebih 1.000 warga sipil tewas di Libanon sejak Israel melancarkan serangannya 12 Juli, kata sebuah badan resmi, Kamis. Sementara itu, Jumat pagi, Israel menyerang Kota Dahiyeh, Beirut.
Sedikitnya 1.002 warga sipil, 30 persen dari mereka anak di bawah usia 12 tahun, tewas dan juga 30 tentata dan sejumlah polisi, kata komisi pertolongan negara itu, sementara 3.580 orang yang lain terluka.
Kelompok Syiah Libanon, Hizbullah, mengumumkan kematian 58 dari pejuangnya, sementara tujuh petempur gerakan Amal Syiah, yang bersekutu dengan Hizbullah, tewas selama serangan yang sudah berlangsung empat pekan lamanya itu.
Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina-Komando Umum (PFLP-GC) yang pro-Suriah juga mengumumkan kematian satu dari pejuangnya. Empat pengamat PBB dan satu anggota Pasukan Sementara PBB di Libanon (UNIFIL) juga tewas.
Dalam 30 hari, 915.792 orang telah terlantar, termasuk 220.000 warga Libanon yang meninggalkan negara itu, menurut Komisi Pertolongan Tinggi pemerintah.
Jumlah itu juga mencakup 100.000 orang asing atau orang yang memiliki dua kewarganegaraan yang telah dievakuasi, menurut hitungan AFP.
Dekati Beirut
Sementara itu, Jum’at. pagi tadi, pesawat-pesawat tempur Israel, dikanbarkan kembali melakukan serangan ke selatan Beirut di Kota Dahiyeh. Sebanyak delapan ledakan terdengar hingga ke pusat Kota Beirut selama 20 menit. Hingga saat ini, belum diketahui target serangan tersebut.
Menurut Radio Voice of Lebanon (VOL) mengatakan bumbungan asap tebal sempat terlihat. Sebuah jaringan televisi setempat mengatakan pesawat tempur Israel itu menghancurkan sebuah jembatan di Provinsi Akkar. Namun, mereka juga belum dapat memastikan korban dari serangan terbaru Israel itu.
Tentara Israel juga dikabarkan mulai mendekati ibu kota Lebanon, Beirut. Mereka telah menguasai dataran tinggi yang cukup strategis Ibl el-Saqi. Namun, pasukan Israel menahan diri setelah pemerintah memutuskan menunda serangan untuk memberikan waktu bagi diplomasi yang sedang berlangsung di PBB.
Sumber: hidayatullah.com