(Arrahmah.com) – Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Pemurah
Saat ini sudah sangat jelas bahwa tidak ada satu hal pun yang dapat terjadi dalam pemerintahan Kabul tanpa persetujuan Amerika. Mulai dari nominasi dan pengangkatan pejabat tinggi, pemberlakuan undang-undang militer, politik dan program-program sosial serta implementasinya.
Bahkan Karzai tidak memiliki kemampuan untuk mencalonkan seorang gubernur provinsi, atau kepala kepolisian provinsi, atau kepala intelijen tanpa persetujuan dan penegasan dari jenderal Amerika sebelumnya. Terlebih lagi dalam mencalonkan anggota kabinet dan deputi-menteri yang secara rutin diperkenalkan oleh Kedutaan Amerika di Kabul sebelum dimulainya prosedur pengangkatan resmi mereka. Singkatnya, Karzai adalah otoritas yang berwenang, namun ironis karena ia tidak dapat menunjuk pejabat pemerintahannya sendiri.
Selain itu, ia tidak dapat melepaskan satu tawanan pun dari penjara Bagram, Kandahar, Guantanamo dan Pulli-Charkhi. Jadi jelaslah bahwa terlalu sulit bagi otoritas semacam ini untuk melakukan proses perdamaian dengan rivalnya, Imarah Islam Afghanistan.
Karzai tahu betul bahwa Perlawanan Taliban saat ini bukan ditujukan untuk mencapai beberapa tujuan seperti merenggut harta, kekuasaan, ataupun keinginan untuk unggul di mata internasional. Karzai tahu betul bahwa perlawanan utun dilancarkan sebagai reaksi atas pendudukan Afganistan secara ilegal oleh Amerika serta melawan keberadaan lebih dari seratus ribu tentara di negara ini.
Rakyat Afghanistan, baik laki-laki maupun perempuan, tidak akan pernah, menerima kehadiran pasukan asing di tanah mereka atau tunduk kepada mereka, meskipun untuk untuk sementara. Tapi Karzai belum bosan untuk tidak mengulang-ulang permintaan pseudo-rekonsiliasi (rekonsiliasi palsu).
Dia membuat pernyataan mengenai rekonsiliasi di setiap forum dan pertemuan bahkan dalam sebuah pertemuan di Uruzgan beberapa hari lalu, ia mengaku telah mengirim undangan kepada para pemimpin Taliban untuk berpartisipasi dalam pertemuan damai dari dengan para tokoh yang akan diadakan di Kabul.
Menurut pendapat kami, klaim tak berdasar itu menggambarkan kesetiaan Karzai dan kewajiban yang telah diletakkan di pundaknya oleh Amerika untuk seolah-olah berbicara tentang perdamaian dan rekonsiliasi (yang ternyata hanya upaya untuk menipu pihak lain), sementara Amerika secara de facto, akan terus melaksanakan kebijakan perang di negara ini.
Mengapa mereka tidak tahu bahwa Imarah Islam sejak dulu memilih untuk menerima pengusiran terhadap rezim mereka daripada bersujud pada pemerintahan asing. Mereka menerima kematian, luka, penjara, penderitaan, dan tetap tidak mau tunduk di bahwa tekanan dan penaklukan asing. Mereka juga tidak mau menerima pembatasan pelaksanaan peraturan dan prinsip-prinsip Islam.
Karzai dan rekan-rekannya harus tahu bahwa perdamaian tidak akan ada, bahkan untuk satu hari, di hadapan pasukan asing di Afghanistan. Menerima kehadiran pasukan asing di tanah kami sama dengan melawan tradisi rakyat Afghan dan itu bertentangan dengan sejarah.
Karzai berbicara tentang rekonsiliasi di saat orang-orang Amerika itu belum mau untuk mengakhiri perang di Afghanistan, tetapi mereka malah mengumumkan untu memulai pertempuran baru. Mereka akan terus berupaya untuk mengubah Afghanistan menjadi sarang konspirasi dan ambisi kolonialis mereka dalam waktu yang lama.
Imarah Islam Afghanistan percaya bahwa Karzai, Amerika, dan kalangan lainnya telah berusaha untuk mengemudi segelintir orang di antara jajaran kepemimpinan Taliban dengan meluncurkan proses rekonsiliasi palsu dan dengan klaim bahwa kepemimpinan Taliban telah berhasil dibujuk.
Selama sembilan tahun, mereka gagal untuk masuk ke dalam jajaran Imarah Islam, sekarang dengan pertolongan Allah SWT, mustahil bagi musuh untuk menginfiltrasi barisan Islam juga tidak mungkin ada seorang pun yang akan cenderung untuk menerima rekonsiliasi sangat tidak realistis, menggelikan, dan menyesatkan.
10 Rabi’us Sani 1431 H / 27 Maret 2010
Imarah Islam Afghanistan
(althaf/tum/arrahmah.com)