YERUSALEM (Arrahmah.com) – Ratusan warga Palestina bentrok dengan pasukan keamanan Israel di Yerusalem timur dalam kerusuhan terburuk yang terjadi sepanjang tahun ini bersamaan dengan diserukannya “Intifadhah” baru dari seorang pemimpin senior.
Ketika kerusuhan mengguncang Yerusalem, utusan AS untuk Timur Tengah AS George Mitchell menunda kunjungannya ke wilayah Timur Tengah yang paling parah dalam dekade pertikaian diplomatik antara Israel dan Amerika Serikat, yang mensinyalir telah berusaha keras untuk menghidupkan kembali perundingan damai.
Polisi menembakkan peluru karet, granat kejut dan gas air mata pada pengunjuk rasa yang melemparkan batu-batu dan membuat barikade serta membakar ban di beberapa pemukiman.
Setidaknya satu orang polisi yang menyamar sebagai demonstran pemrotes mencoba untuk meringkus dan memborgol mereka.
Enam belas warga Palestina dilarikan ke rumah sakit, karena patah tulang, luka pada mata dan perut, dan puluhan lainnya ditangani secara medis di tempat demonstrasi oleh layanan darurat Bulan Sabit Merah.
Selain itu, bentrokan terjadi di pemukiman Shuafat dan di beberapa bagian lain dari Yerusalem timur, yang diduduki Israel dalam Perang Enam Hari 1967 dan kemudian dicaplok secara ilegal dan tidak diakui oleh masyarakat internasional.
Saat kerusuhan sedang berlangsung, deputi Hamas Mussa Abu Marzuk menyerukan warga Palestina untuk melakukan pemberontakan (Intifadhah).
“Intifadhah kali ini harus diikuti oleh seluruh masyarakat Palestina,” katanya kepada televisi Al-Jazeera. “Setiap warga Palestina harus bangkit … melawan pendudukan pasukan Israel.”
Di Jalur Gaza, Hamas beserta ribuan orang turun ke jalan, berteriak: “Dengan darah kami, dengan jiwa kami, kami berkorban untukmu, Yerusalem.”
Sepanjang sejarahnya, Palestina telah menjadi saksi atas dua intifadhah melawan pemerintahan Israel di wilayah-wilayah pendudukan, yang pertama terjadi pada tahun 1987 dan yang kedua pada tahun 2000.
Perlawanan besar kedua, yang dikenal sebagai Intifadhah Al-Aqsa, memperlihatkan aksi syahid di dalam wilayah Israel dan serbuan militer Israel besar-besaran di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Kemarahan telah mengalami titik klimaks di tubuh rakyat Palestina terhadap pengumuman Israel mengenai rencananya untuk membangun 1.600 unit perumahan baru untuk para pemukim Yahudi di Yerusalem timur.
Pengumuman yang dipublikasikan minggu lalu itu pun memicu kemarahan pemerintah AS, tepatnya saat wakil presiden Joe Biden datang ke Israel dan Palestina untuk melanjutkan pembicaraan damai.
Mitchell menunda kunjungannya ke wilayah Israel yang rencananya akan dimulai pada hari Selasa (16/3), kata kedutaan AS.
Awal bulan ini, Palestina enggan bersepakat untuk mengadakan pembicaraan tidak langsung dengan Israel setelah 14 bulan membeku.
Pembukaan kembali sinagoga Hurva di Yerusalem pada hari Senin semakin memicu ketegangan.
Banyak orang Palestina yang melihat proyek Israel di dekat Masjid Al-Aqsa sebagai suatu serangan terhadap Palestina dalam rangka membangun ketiga kuil Yahudi di sana.
Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada hari Selasa mengecam peresmian kembali dibangunnya rumah ibadat Israel itu, dengan mengatakan bahwa pembangunan itu dapat memicu perang agama.
Saingan Hamas, Fatah Palestina juga kali ini satu suara dalam mengecam pembukaan rumah ibadat yang hancur 62 tahun lalu dalam pertempuran dengan Yordania, tepatnya tahun 1948.
“Ini bukan sekadar rumah ibadat,” kata Hatem Abdel Qader, pejabat yang bertanggung jawab atas urusan Yerusalem dari gerakan Fatah.
“Rumah ibadat ini akan menjadi awal dari kekerasan, fanatisme, dan ekstremisme agama, dan ini tidak terbatas pada ekstremis Yahudi, tapi juga meliputi anggota pemerintah Israel,” tambahnya.
Departemen Luar Negeri AS menuding bahwa pernyataan para pejabat Palestina itu akan menjadi seperti hasutan yang akan meningkatkan ketegangan.
Warga Palestina semakin geram saat polisi Israel membatasi akses mereka untuk masuk ke dalam Masjid Al-Aqsa sejak Jumat lalu dan tentara Israel pun telah menutup pintu perbatasan di Tepi Barat, karena khawatir kerusuhan tersebut akan semakin merambat ke wilayah lainnya. (althaf/afp/arrahmah.com)