OTTAWA (Arrahmah.com) – Jenderal David Petraeus mengatakan pada hari Kamis (4/3) bahwa ia telah memperluas kewenangan Jenderal Stanley McChrystal di Afghanistan, yakni untuk memegang kendali operasional hampir semua pasukan Amerika di negara tersebut.
Para pejabat di Washington mengatakan langkah itu merupakan bagian dari upaya untuk lebih merampingkan hirarki militer di Afghanistan.
McChrystal dapat memerintah pasukan AS dan NATO di sana sesuai dengan yang dikehendakinya – kecuali untuk pasukan Operasi Khusus AS dan penjaga penjara yang menjalankan fasilitas penahanan, kata mereka.
Pasukan operasi khusus ini dimasukkan di bawah pengawasan sejak serangan udara NATO akhir bulan lalu yang menewaskan 27 warga sipil Afghanistan.
McChrystal telah berupaya untuk membatasi penggunaan kekuatan udara, dengan mengatakan bahwa kematian warga sipil akan menyulitkan agendanya untuk memenangkan ‘hati’ penduduk setempat dan mengalahkan mujahidin Afghanistan.
Berbicara dalam konferensi pertahanan di Ottawa, Petraeus mengatakan ia telah memerintahkan “semua pasukan AS akan ditempatkan di sana secara operasional di bawah kendali Jenderal McChrystal, bukan hanya dalam hal yang taktis dan pengawasan semata.”
Sebagai kepala Komando Sentral AS, Petraeus mengawasi perang di Afghanistan dan juga Irak. Dia mengatakan konsolidasi komando di bawah McChrystal ini dikeluarkan dalam seminggu terakhir setelah terjadi diskusi alot di dalam tubuh Departemen Pertahanan AS.
“Ini adalah perkembangan penting. Hal ini akan memberikan kewenangan terhadap Jenderal McChrystal yang belum pernah saya miliki selama saya menjadi komandan perang di Irak, meskipun saya berharap memilikinya, dan begitupun dengan para pendahulunya di Afghanistan,” kata Petraeus.
Strategi McChrystal di Afghanistan telah berulangkali ditekankan untuk merebut pusat-pusat populasi dan menghindari pertempuran di wilayah tersebut, serta mencegah kematian warga sipil. Namun sayangnya, strategi itu hanya bualan semata. Serangan NATO sejak ia mengambil alih komando pada pertengahan 2009 itu telah menyebabkan tewasnya sejumlah besar warga sipil di Afghanistan. (althaf/rtrs/arrahmah.com)